PELIPUR LARA BAGI YANG DITINGGAL SI BUAH HATI

Khazanah

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Kematian anakmu, wahai saudaraku, membuatmu sedih, tetapi karena keputusan ada pada Allah, menerima keputusan-Nya dengan ikhlas adalah salah satu tiang dan tanda-tanda keimanan. Semoga Dia menjadikan anakmu yang wafat sebagai perantara kesejahteraanmu di Akhirat. Sedangkan untukku, aku akan menggunakan kesempatan ini untuk melihat kembali lima butir pelipur lara bagi orang-orang yang beriman yang ditulis oleh Badiuzzaman Said Nursi dalam The Letter. 

 

Butir pertama: yang dimaksud Al-Quran sebagai anak-anak muda yang tetap muda (QS. 56: 17), adalah ini: Anak-anak orang beriman yang meninggal sebelum masa puber, mereka akan tinggal di Surga abadi sebagai anak-anak yang menyenangkan. Mereka akan selamanya menjadi perantara bagi kebahagiaan dan kesenangan bagi orangtua mereka, yang akan menikmati kasih sayang mereka. Beberapa orang berpendapat bahwa penghuni Surga akan menikmati semua kesenangan kecuali cinta untuk anak-anak, karena Surga bukanlah untuk tempat untuk berketurunan. Tetapi, pernyataan Al-Quran anakanak muda yang tetap muda menunjukkan bahwa mereka akan selalu dikaruniai kasih sayang murni anak mereka yang telah mati, sedangkan di dunia ini cinta atau kasih sayang itu terbatas sampai paling lama sampai 10 tahun dan kemudian sering disakiti oleh kesedihan dan anak yang tidak mau berterima kasih. 

 

Butir kedua: Dulu pernah ada seorang ayah yang dibuang ke penjara sementara ia masih harus menjaga anaknya. Dia tidak hanya harus menanggung deritanya sendiri, tetapi dia juga harus merawat anaknya. Ketika menderita, gubernur kota yang iba mengirim seorang utusan untuk menawarkan merawat anaknya di dalam istana, karena anak tersebut adalah rakyatnya. Tanggapan laki-laki itu adalah tangisan duka: Anak adalah satusatunya pelipur laraku. Aku tidak akan menyerahkannya kepada siapa pun. Tetapi, temannya dalam penjara memberi saran kepadanya: Tidak ada gunanya kau bersedih. Apabila kau kasihan pada anakmu, biarkan dia dikeluarkan dari penjara yang pengap dan kotor ini untuk dibawa ke istana yang indah dan luas. Sebaliknya, apabila kamu memilih dia harus tinggal di sini untuk kesenanganmu sendiri, pikirkan usaha keras yang akan kamu lakukan untuk merawatnya. Terserah, kamu mau memberikannya kepada gubernur atau tidak. Kasih sayang dan simpati gubernur itu pasti akan tumbuh sehingga ia berharap bisa bertemu kamu. Gubernur tidak akan mengirim anakmu ke penjara, tetapi sebaliknya yaitu gubernur akan memanggilmu ke istana asalkan kamu taat dan memercayainya.

 

Yang ada di dalam perumpamaan di atas, saudaraku, adalah semua orang yang beriman yang anak atau anakanaknya telah meninggal harus berpikir demikian: anakanak (sebelum akil baligh) tidak berdosa. Sang Pencipta mereka Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Pemurah, telah membawa mereka ke dalam perawatanNya di dalam kasih sayang-Nya yang sempurna, sedangkan aku tidak akan dapat memberi mereka bekal jiwa dan moral yang memadai. Juga, Pencipta mereka jauh lebih menyayangi mereka dibanding besarnya kasih sayangku. Betapa bahagianya anak-anak itu, karena Allah telah mengeluarkan mereka dari kehidupan dunianya yang melelahkan menuju Surga tertinggi. Apabila dia hidup lebih lama, mereka mungkin telah mengalami kesesatan. Jadi, aku sebenarnya tidak berduka. Mereka mungkin akan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagiku apabila mereka telah tumbuh dewasa dan menjadi orangorang yang taat, tetapi sekarang mereka menikmati kebahagiaan abadi. Selain itu, mereka akan menjadi perantara kesenangan yang abadi untukku atas cintanya terhadap aku, orangtuanya, dan mereka akan memohon kepada Allah untuk kebahagiaanku yang kekal di Surga. Karena itulah, seseorang yang pahala ribuan kali lebih besar dari hanya sekadar sebuah pahala seharusnya tidak berduka dan meratap. 

 

Butir ketiga: Seorang anak adalah makhluk dan hamba Allah, dan milik-Nya. Allah telah menitipkan anakanak dalam perawatan orangtuanya dalam jangka tertentu dan demi kepentingan anak-anak tersebut. Kemudian, Allah telah memberikan di dalam hati mereka kebahagiaan, memberikan kasih sayang kepada anakanak. Oleh karena itu orang-orang beriman seharusnya tidak meratapi anak ketika Allah, Sang Pencipta yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengambilnya. 

 

Butir keempat: Orangtua mungkin mempuyai hak untuk meratapi kematian anaknya apabila dunia ini abadi dan manusia hidup selamanya. Tetapi realitanya adalah sebaliknya, karena dunia ini hanyalah tempat persinggahan. Kita semua akan menyusul ke tempat anakanak yang meninggal ini pergi, karena kematian tidak hanya berlaku bagi anak-anak saja. Karena perpisahan bersifat sementara, dan pertemuan kembali ditentukan di dunia antara (antara kematian dan Pengadilan Terakhir) dan Surga, orang-orang beriman seharusnya bersyukur kepada Allah atas segalanya menghadapi setiap musibah dengan penuh keyakinan bahwa Keputusan ada di tanganNya (Lihat QS. 28: 70, 78). 

 

Butir kelima: Kasih sayang, salah satu manifestasi termanis dan terindah dari Kasih Sayang Allah, adalah salah suatu jenis air kehidupan yang membawa manusia kepada Allah lebih cepat dibandingkan cinta. Seperti halnya cinta terhadap makhluk yang fana dapat berubah menjadi cinta terhadap Allah, meskipun melampaui banyak kesulitan, kasih sayang dapat membuat hati seseorang setulusnya dipersembahkan kepada Allah, tetapi tanpa terlalu menghadapi banyak kesulitan. Orangtua mencintai anak-anak mereka sebagai-mana mereka mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia mereka. Apabila mereka beriman, mereka akan melepaskan dunia ketika anak mereka diambil dari mereka, dan  benar-benar berserah diri kepada Allah. Kemudian mereka mulai terasa sangat tertarik dengan tempat di mana anak-anak mereka pergi, yakin bahwa dunia fana tidak dapat patut mendapatkan minat mendalam semacam itu, lalu mencapai tingkat spiritual yang tinggi. Namun demikian, orang-orang yang sesat berada dalam tingkat spiritual yang mengenaskan setelah kehilangan anak mereka. Mereka menjalani hidup yang liar, mengabaikan perintah Allah, dan sangat kecewa dan merasa diperlakukan tidak adil ketika anak mereka meninggal, karena mereka yakin anak mereka telah berpindah dari tempat tidur yang empuk ke liang kubur yang gelap. Ketidakpercayaan atas Surga, yang telah dipersiapkan Allah untuk hamba-Nya yang telah meninggal dunia, memperparah rasa duka cita mereka.  Tetapi orang-orang yang beriman yakin bahwa Sang Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah membawa anak-anak mereka ke Surga keluar dari dunia yang fana ini, dan menghadapi kematian mereka dengan kesabaran. Jadi, jangan khawatir saudaraku. Ini merupakan perpisahan sementara. Katakan: Keputusan adalah milik-Nya. Kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita kembali, “inna lillahi wa inna ilaihi raji‟un” – dan bersabarlah. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Pil_Anti_Sedih

#Pelipur_Lara_Bagi_Yang_Ditinggal_Si_Buah_Hati

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *