LENYAPNYA MALAM MENUNJUKKAN MUNCULNYA SIANG

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Seorang sejarawan dan sastrawan Mesir, Ahmad bin Yusuf, bertutur, Manusia telah mengetahui bahwa pemecahan masalah yakni lenyapnya kesedihan dan kepedihan dengan sesuatu yang sebaliknya adalah sesuatu yang pasti adanya. Ia tahu bahwa lenyapnya malam menandakan munculnya siang. Namun kelemahan tabiat manusia selalu saja mengiringi jiwa pada saat terjadinya bencana. Jika tidak diobati maka akan bertambahlah penyakitnya, dan akan semakin besar cobaannya. Masalahnya adalah bahwa jiwa harus diberi kekuatan baru pada saat berada dalam kesulitan. Karena bila tidak disuntik dengan kekuatan baru, jiwa akan dipenuhi keputusasaan, yang selanjutnya akan menghancurkan diri sendiri. 

 

Merenungkan bab ini bab tentang orang-orang yang mendapat cobaan lalu bersabar, dan buah dari sabar itu adalah akibat yang baik  adalah merupakan hal yang dapat menguatkan jiwa dan mendorongnya untuk tetap bersabar dan menjaga sikap kepada  Rabb berupa berbaik sangka akan terpenuhinya kebaikan setelah ujian berlalu. Bazerzamhar mengatakan, Kesulitan yang datang sebelum kemudahan itu laksana rasa lapar yang datang sebelum adanya makanan. Sehingga letak kesulitan itu akan tetap beriringan dengan datangnya kemudahan setelah itu, dan makanan akan terasa lezat dimakan ketika bersama rasa lapar. 

 

Plato mengatakan, Kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya. Sedangkan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya.

 

Dia juga mengatakan, Jagalah teman yang dihantarkan oleh kesulitan dan tinggalkan teman yang dihantarkan oleh kenikmatan. 

 

Katanya lagi, Kesenangan itu laksana malam, karena Anda tidak pernah berpikir tentang apa yang Anda berikan atau apa yang Anda dapatkan. Dan kesulitan itu laksana siang, karena Anda melihat dengan jelas apa yang Anda usahakan dan apa yang diusahakan oleh orang lain. Azdasyir mengatakan, Kesulitan adalah celak yang dengannya Anda melihat sesuatu yang tidak bisa Anda lihat dengan kenikmatan.

 

Katanya lagi, Sendi kemaslahatan dalam kesulitan itu ada dua: Yang paling kecil adalah kekuatan hati orang yang terkena kesulitan itu atas apa yang menimpanya. Yang terbesar adalah menyerahkan sepenuhnya kepada Dzat Yang Memilikinya dan Dzat Yang Memberi rezeki.

 

Jika pikiran seseorang itu telah mantap terhadap Penciptanya, maka dia akan tahu bahwa Allah tidak mengujinya kecuali bahwa ujian itu akan mendatangkan kebaikan baginya atau, menghilangkan dosa besar darinya. Dengan demikian ia akan selalu mendapatkan keuntungan yang terus berkelanjutan dan faedah yang tak pernah terhenti. 

 

Namun sebaliknya, jika pikirannya tercurah untuk sesama  makhluk, maka akan banyak sisi negatifnya dan akan banyak kepura-puraannya. Dia akan bosan dengan posisinya yang selalu gagal mencapai yang diangankannya. Dia merasa terlalu lama dengan ujian yang menimpanya, yang diharapkan akan segera berakhir. Dan, dia takut dengan hal-hal yang tidak menyenangkan padahal bisa saja semua itu tidak pernah terjadi padanya. 

 

Munajat ini dikatakan benar bila dilakukan antara seorang hamba dengan Rabbnya karena dia sadar bahwa ada sesuatu yang sangat rahasia dan dia percaya terhadap apa yang dikatakan oleh kata hatinya. Sedangkan munajat yang dilakukan antara seseorang dengan sesamanya lebih sering menyakitkan, dan tidak menyentuh kemaslahatan. 

 

Allah memiliki rahmat yang diberikan kepada orang yang telah merasa putus asa kepada-Nya. Rahmat itu akan diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. KepadaNya ada harapan untuk mendekatkan jalan keluar, dan memudahkan urusan.  

 

Jadi, jangan takut atas setiap kesulitan, musibah dan bencana karena semuanya akan berakhir dengan kehendak-Nya. 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Pil_Anti_Sedih

#Lenyapnya_Malam_Menunjukkan_Munculnya_Siang

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *