TERSENYUMLAH

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

              Sersenyumlah! Inilah jurus ampuh untuk menyikapi  hidup dan langkah paling tepat untuk membahagiakan diri dan orang lain. Orang yang tersenyum dalam menyikapi dan menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri, tetapi juga orang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh memikul kesulitan dan memecahkan persoalan, dan orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. 

 

Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram dan damai dan selalu tersenyum, pastilah saya memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cemberut dan kusut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu cemas? Apa artinya semua yang ada di dunia ini, bila perasaan selalu sedih seperti orang yang mengantar jenazah kekasihnya? Apa arti kecantikan seorang istri yang selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi neraka saja? Tentu saja, seorang istri yang tidak terlalu cantik akan seribu kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga yang menyejukkan setiap saat. 

 

Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum, matahari pagi pun tersenyum menyambut Anda. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dirinya tidak bercokol penyakit tamak, jahat dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut. Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampu melihat hakikat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya. Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran, dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat dunia ini akan tampak sangat indah memesona. Namun, bila tidak demikian, maka kacamata yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamata yang gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan pekat. 

 

Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara. Tapi, ada pula jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber kebahagiaan. Konon, ada seorang wanita yang di rumahnya selalu melihat segala sesuatu salah di matanya. Akibatnya, sepanjang hari ia merasa dalam gelap gulita; hanya karena sebuah piring pecah, makanan keasinan karena terlalu banyak garam, atau kakinya menginjak sobekan kertas di dalam kamar, ia sontak berteriak dan memaki siapa dan apa saja yang ada di rumahnya. Hal seperti ini sangat berbahaya sebagaimana percikan api yang setiap saat siap melahap apa saja yang ada di depannya. 

 

Ada pula seorang laki-laki yang acapkali membuat hidupnya dan orang-orang di sekelilingnya terasa berat dan sengsara hanya dikarenakan dirinya salah dalam memahami atau mengartikan maksud perkataan orang lain, perkara atau kesalahan sepele yang terjadi pada dirinya, keuntungan kecil yang berhasil diraihnya, atau dikarenakan oleh sebuah keuntungan yang tidak sesuai dengan harapannya. Begitulah ia memandang dunia ini; semua terasa gelap. Ironisnya, ia pun akan membuat semua itu terasa gelap pula oleh orang lain di sekitarnya. Dan orang-orang seperti ini sangat mudah mendramatisir suatu keburukan; sebuah biji kesalahan ia besar-besarkan hngga tampak sebesar kubah, dan setangkai benih kesulitan dapat terasa seperti sebatang pohon kesengsaraan. Maka dari itu, mereka pun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan; mereka tidak pernah puas  dan senang dengan sebanyak apapun pemberian yang pernah ia terima. 

 

Hidup ini seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus dipelajari dan ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam hidupnya. Itu lebih baik daripada ia terus menguras tenaga dan waktunya hanya untuk menimbun harta di saku atau gudangnya. Betapapun, apa arti hidup ini bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta keindahan dalam hidup. 

 

Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini. Mereka membuka matanya untuk rupiah dan rupiah semata. Maka, meskipun berjalan melewati sebuah taman yang rindang, bunga-bunga yang cantik memesona, air jernih yang memancar deras, burungburung yang berkicau riang, mereka sama sekali tidak tertarik dengan semua itu; di mata dan pikirannya hanya ada uang–berapa yang masuk dan keluar hari itu–saja. Padahal kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia harus membuat uang itu menjadi sarana yang baik untuk membangun sebuah kehidupan yang bahagia. Tapi sayang, mereka justru membalikkan semuanya; mereka menjual kebahagiaan hidup dengan uang. Struktur mata kita telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk melihat uang dan uang. 

 

Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi sedemikian muram selain keputusasaan. Maka jika Anda menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk Anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran Anda agar selalu menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang. 

 

Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal yang kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja dalam hidup ini. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan untuk menggapai hal-hal yang besar, niscaya Anda akan memiliki semangat dan tekad yang besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan hambatan. Dengan semangat itu pula Anda akan menembus setiap tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas untuk suatu tujuan yang sangat mulia. Ini dapat kita saksikan dalam banyak kenyataan hidup. Barangsiapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba lari empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda itu selalu yang tinggi dan sulit untuk dicapai. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan kaki untuk menempuh langkah baru setiap harinya. Sebab, rasa putus asa, patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan menghambat langkah, menciptakan kemuraman, dan menempatkan jiwa di dalam sebuah penjara yang pengap. 

 

Penerimaan seseorang terhadap suatu hal tidaklah sama dengan penerimaannya terhadap seorang pendidik yang telah berjasa mengembangkan dan mengarahkan bakat alamiahnya, meluaskan cakrawala pemikirannya, menanam kebiasaan ramah dan murah hati dalam dirinya, mengajarkan kepadanya bahwa sebaik-baik tujuan hidup adalah berusaha menjadi sumber kebaikan bagi masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya, mengarahkannya agar senantiasa menjadi matahari yang memancarkan dirinya, kasih sayang dan kebaikan, dan yang telah menuntunnya agar memiliki hati yang penuh dengan empati, kasih sayang, rasa perikemanusiaan, serta merasa senang berbuat baik kepada siapa saja yang berhubungan dengannya. 

 

Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya. Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum, menyiasatinya lalu tersenyum. Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu yang amat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acapkali menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang. Bahkan, tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata Seandainya Kalau saja, dan Seharusnya Orang seperti ini sangatlah nista. Bukan zaman yang mengutuknya, tapi dirinya dan pendidikan yang telah membesarkannya. Bagaimana tidak; ia menginginkan keberhasilan dalam kehidupan ini tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanya menunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan harta karunnya. 

 

Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi. Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa yang kecil akan semakin sulit karena selalu menghindar dari kesulitan itu. Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit; ia akan menggonggong dan mengejar Anda bila Anda tampak ketakutan saat melihatnya. Sebaliknya, ia akan membiarkan Anda berlalu dihadapannya dengan tenang bila Anda tak menghiraukannya, atau Anda berani memelototinya. 

 

Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman. Maka jika Anda, 

  • Kehilangan uang, sikap Anda adalah TERSENYUMLAH lalu tertawakan diri Anda sendiri. Tertawakan dosa Anda, barangkali Anda lupa sedekah, maka Allah–melalui tangan orang lain- mengambil harta Anda. Jangan menangis dan marah, karena uang tidak akan kembali kepada Anda. Benar bukan? Walaupun Anda keluarkan air mata Anda satu ember, maka uang tetap tidak akan kembali.  
  • Belum menikah, TERSENYUMLAH karena ada saatnya Anda untuk menikah. Tentunya harus Anda sikapi dengan doa dan ikhtiar. 
  • Miskin, TERSENYUMLAH karena dengan senyumnya Anda Allah akan mengasihani Anda, dan dengan izin-Nya suatu saat Anda akan kaya dan dikayakan.  
  • Belum punya keturunan, TERSENYUMLAH karena ada saatnya Anda akan mendapat keturunan. Cepat atau lambatnya itu urusan Tuhan. Bukankah istri Nabi Zakaria alaihissalam mandul, sudah tua, dengan izin Allah bisa melahirkan anak…?!! Maka, ketika istri saya keguguran dan bersedih, saya katakan kepadanya, Sayangku, tersenyumlah. Jangan menangis! Air mata tidak akan mengembalikan kehamilanmu.  
  • Seorang pejabat, lalu Anda dipecat, TERSENYUMLAH karena Allah sangat tahu kalau Anda menjadi pejabat terus-terusan bisa jadi Anda terjebak menjadi PENJAHAT. Atau barangkali ada keinginan Allah untuk menaikkan dan mengangkat Anda di tempat lain. 
  • Seorang juru dakwah, lalu Anda dihina dan dicemooh, dijatuhkan dan difitnah, maka TERSENYUMLAH, karena Anda adalah orang berkualitas. Bukankah ketika orang iri kepada kita, dia memfitnah lalu berpikir keras untuk menjatuhkan kita, berarti kita adalah orang yang sangat diperhitungkan? 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Pil_Anti_Sedih

#Tersenyumlah

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *