ALL EYES ON RAFAH “Bukan Perihal Keagamaan Tapi Esensial Kemanusiaan”

Oleh, Marwan/Sesama Umat

Jendelakaba.com — 30 Mei 2024_Kesedihan, Darah dan Duka Umat “All Eyes On Rafah” bukan rangkaian syair puisi, bukan rangkaian kata yang indah, bukan bagian bait dari pantun belaka. Melainkan sebuah peristiwa berdarah (Genosida dan Kejahatan Kemanusiaan). Jangan cari persoalan agama didalamnya baru bertindak, tapi bertindaklah dalam nilai-nilai Kemanusiaan. Niscaya kebenaran dalam sebuah ajaran akan terlihat. Realita yang terjadi bukan hanya untuk dipertontonkan oleh Bangsa-bangsa, tapi sebuah tragedi yang menitikberatkan pada panggilan hati nurani bagi Bangsa-bangsa. Tragedi yang menimpa diwilayah Gaza Selatan (Rafah), merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.

Serangan-serangan isra’el terhadap Palestina akhir-akhir ini jauh melampaui batas. Apakah hari ini negara-negara membiarkan peristiwa berdarah ini? Apakah bangsa-bangsa didunia tidak akan merespon tragedi ini?. Dinamika antara rusia dengan ukraina negara-negara merespon begitu cepat, negara-negara yang yang bukan negara tetangga justru ikut campur dan berperan aktif dalam kasus tersebut. Namun kenapa tidak dengan Gaza? Kenapa tidak dengan Rafah yang hari ini semua pasang mata telah tertuju kepadanya. Apakah nilai kemanusiaan dianggap hanya doktrinisasi ataukah dianggap keberadaannya.

Kata “Semua Pasang Mata Tertuju Pada Rafah” memiliki makna mendalam. Rafah yang menjadi titik pengungsian bagi masyarakat sipil (rakyat kecil) palestina, dihantam dengan membabibuta oleh Isra’el. Penulis rasa, semua pasang mata beralih pandangan pada kondisi pengamanan palestina diwilayah selatan Gaza, namun faktanya menjadi pandangan atas sebuah tragedi berdarah. All Eyes On Rafah jangan hanya jadikan sebuah tagar, jangan hanya jadikan sebuah syair kalimat, tapi jadikan sebagai panggilan kemanusiaan dan keumatan. Peristiwa berdarah yang menghantui Rafah bukan untuk dipertontonkan oleh negara-negara, bukan hanya menjadi ajang bagi umat beragama untuk sekedar beramal. Namun, ini menjadi panggilan keras bagi hati nurani setiap manusia. Tragedi ini bukan untuk dijadikan ajang kemanusiaan beragama, tapi ini menjadi ajang bagi setiap umat manusia tanpa memandang suku, ras dan agama dalam menyempurnakan kesadaran hati nurani terhadap sesama umat manusia. Pembantaian dimana-mana yang meneror Gaza tanpa sedikitpun celah aman bagi warga Gaza. Apakah bangsa-bangsa hanya diam?. Seorang pemimpin suatu Bangsa diuji dalam tragedi berdarah ini. Sejauh mana perannya untuk ikut memikirkan solusi dalam memecahkan sengketa-sengketa di negara-negara lain. Hal ini bukan perihal kesamaan suku, etnis, agama, ras dan sebagainya.
Melainkan ini menjadi perihal kemanusiaan yang harus diperjuangkan. Berani penulis Sampaikan bahwa Ketika seorang pemimpin tidak pernah bergetar hatinya melihat peristiwa ini, maka harus dipertanyakan apakah ia hanya memimpin untuk kepentingan pribadi ataukan kepentingan umat. Ketika seseorang yang ingin memimpin suatu negara atas hajat orang banyak, maka tidak akan membiarkan orang banyak yang tertindas. Hari ini, saudara kita sesama umat manusia ditimpa peristiwa berdarah yang membabi buta. Alangkah keji bagi seorang yang berkuasa hidup sebagai umat ketika membiarkan semua ini berlalu tanpa berbuat.

Ditengah sebuah kritikan untuk dan atas nama keumatan, maka penulis kembali menekankan bahwa hati nurani adalah keyakinan yang tinggi. Ketika kita sebagai pemuda masih sadar dan peduli akan peristiwa ini. Masih berusaha ditengah keterbatasan yang ada, maka tertanam nilai kemanusiaan yang tinggi dalam diri sebagai seorang intelektual. Menggaungkan perhatian terhadap mereka yang tertindas untuk dibantu adalah kewajiban dan ketulusan sebagai manusia. Cerminan bagi seorang pemua adalah kepedulian. Kalau sebagai pemuda hari ini anda biarkan begitu lewat peristiwa ini tanpa bertindak sedikitpun. Maka perlu dipertanyakan dimana jiwa muda itu diletakkan dan dimana hati nurani disimpan. Marilah sebagai pemuda, sekecil apapun yang kamu perbuat dengan ikhlas dalam membantu saudara kita di Rafah (Gaza Selatan) yang ditindas, adalah suatu hal yang menyatakan bahwa dirimu adalah regenerasi bagi Bangsa dan Negara ini.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *