SAYA MEMILIH CACAT INTELEKTUAL DARIPADA KEHILANGAN MORAL (BIADAB)

Marwan/Ketua Umum HMI Komisariat Universitas Bangka Belitung/mahasiswa Hukum UBB

Jendelakaba.com — Sebuah keresahan ketika seorang aktivis (mahasiswa) sudah kehilangan/kekurangan adab. MeNuhankan intelektual namun melupakan moral (adab) yang menjadi dasar ia menuntut ilmu. Dinamika dikalangan mahasiswa hari ini memang miris terdengar ditelinga dan sampai akan nurani ketika ada kabar akan sebuah realitanya. Hari ini, bahkan detik ini terdengar kembali sebuah cerita tentang moral yang mulai tergeser. Pada hakikatnya menjalankan pendidikan adalah proses menyadarkan akan pentingnya ilmu pengetahuan dan membangun intelektual sebagai seorang yang terdidik. Tetapi hari ini, diantara mereka-mereka banyak yang lupa. Bahwa yang mereka pelajari sejak lahir adalah Moral. Ketika ini tidak diluruskan, akan berdampak pada kemerosotan moral. Pepatah yang sudah tidak asing lagi dari para leluhur, nenek moyang bahkan orang tua (guru) kita hari ini “Percuma pendidikanmu tinggi, tapi kau tak beradab”. Bagi diri penulis, ini memang benar dan mutlak bahwa adab itu lebih penting daripada ilmu (*bukan pula tidak penting menuntut ilmu*).

Sudah pernah penulis sampaikan perihal ini dalam tulisan yang pernah penulis terbitkan sebelumnya tentang “Kemerosotan Akhlak, Etika dan Moralitas Mahasiswa”. Memang hari ini terjadi pada mereka. Sangat disayangkan sebuah regenerasi cacat akan moral dan apakah akan menjadi orang yang kehilangan adab. Ingin saya tegaskan dan sampaikan pada nurani kalian, Bahwa : ***BANYAK PEMIMPIN BANGSA HARI INI YANG CERDAS, BANYAK MEREKA YANG KAYA AKAN INTELEKTUAL. TAPI APA? MEREKA KORUPSI. ARTINYA MEREKA KEHILANGAN MORAL DAN ADABNYA (BIADAB). MEREKA HANYA MEMIKIRKAN KEPENTINGAN DIRINYA TANPA MEMIKIRKAN NASIB ORANG LAIN. MEREKA ITU ORANG YANG TAK PANDAI MENGHARGAI PERJUANGAN ORANG LAIN***.

Bangsa ini bukan hanya dibangun soekarno, Bangsa ini bukan hanya dibangun Bung Hatta, Bangsa ini bukan hanya dibesarkan presiden. Tanpa rakyat presiden itu tidak akan ada. Begitulah gambaran jangka panjang jika adab tidak pernah dijaga. Korupsi yang menyengsarakan orang tua kalian, korupsi yang mencekik keluarga-keluarga kalian, dan itu akan kalian lakukan suatu saat ketika kalian menjadi pemimpin dan tidak pernah menjaga moral dan adab. Sudah saya dasari dalam tulisan sebelumnya bahwa Seorang ulama sufi, Abdullah Bin Mubarak juga menyatakan bahwa اْلعِلْمِ مِنَ كَثِيْرٍ إِلَى مِنَّا أَحْوَجُ بِ اْلأَدَ مِــنَ قَلِيْــلٍ إِلَى نَحْـنُ , yang artinya bahwa “Kita lebih membutuhkan adab meskipun sedikit dibandingkan ilmu meski itu banyak”.

Generasi saat ini adalah cikal bakal pemimpin Bangsa suatu saat. Apa bedanya dengan pemimpin yang menindas rakyat hari ini ketika mereka tidak menjaga adab dan moral mereka. Kita sebagai generasi muda adalah bibit-bibit yang merubah nasib Bangsa ini. Hari ini, terdengar perubahan pada diri seseorang yang adabnya bagi saya tergeser. Tanpa menyaring apa yang disampaikan orang lain, menelan mentah-mentah dan mengaktualisasikannya. Tanpa ia sadar, ucapan ia memanggil orang yang jauh lebih tua seperti itu yang berubah seketika adalah menunjukkan dengan terang bahwa adabnya merosot. Kalau merasa tundukanlah kepala, renungkan dalam hatimu, apakah yang engkau lakukan itu benar. Apakah orang tuamu (walimu) pernah mendidikmu untuk tidak beradab didepan orang yang jauh lebih tua. Ketika tidak! tanamkan dalam dirimu, setinggi-tinghinya dirimu menuntut ilmu. Namun didepan orang tua kau tidak mampu menghargai. Coba ingat dimana pertama engkau belajar. Orang tua? Guru ngaji? Guru dikampung?, mereka mengajarkan dasar untuk beradab, jarang mereka mengajarkan dirimu untuk langsung mempelajari filsafatnya Al-Ghozali, tidak menyuruh langsung mempelajari filsafatnya Aristoteles, dan tidak pula langsung mengajarkan filsafatnya Karl Marx. Tapi adab yang pertama ditanamkan dalam dirimu.

Semua tergantung pada niat kita : إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ bahwa “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya”. Ketika niat dalam diri bukan untuk selalu meninggikan diri, ketika ada niat untuk lebih baik. Maka semua ada jalan. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka sendiri yang merubahnya” (Q.S. Ar-Ra’d Ayat : 11).

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati bahwa diri ini jauh dari kata baik. Semoga sepercik tulisan yang sengaja menyinggung para aktivis/mahasiswa dapat direnungkan. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *