Antara Teman Kelompok Sebaya Dengan Introvert Di Sekolah Dasar

Oleh: Batra Daku Bamansa, Depita Kirana, Fenisa Rahmadita Putri, Marwani, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

Jendelakaba.com — Didalam kehidupan pendidikan peserta didik di sekolah dasar tentu memiliki kehidupan kelompok sosial diantara peserta didik. Seiring pertumbuhan, peserta didik memiliki perbedaan standar sendiri untuk memilih teman. Perbedaan ini lebih cenderung pada perbedaan kemampuan sosial antara anak yang lebih aktif dan anak yang lebih senang sendiri. Dengan adanya standar ini maka, pasti ada anak yang mengganggap salah satu diantara mereka kurang cocok dengan lingkungan pertemanannya, sehingga secara tidak sadar anak tersebut akan dikucilkan oleh anak yang lain. Anak yang dikatakanlah dikucilkan ini, dia akan merasa sendirian saat didalam kelas, sehingga dia akan lebih pendiam. Biasanya anak yang introvert ini akan kurang merasakan rasa percaya diri, rasa kurang percaya diri ini akan membuat anak malu untuk bertanya baik itu pada guru ataupun pada teman-teman sebaya di kelasnya yang tentu akan berdampak pada hasil belajarnya.

Ada perbedaan yang mencolok antara anak yang memiliki kelompoknya sendiri dan anak yang introvert didalam kelas, perbedaan itu bisa dilihat pada saat pembelajaran baik itu pembelajaran kelompok maupun individu. Dimana anak yang memiliki kelompok ini akan lebih mudah bersosialisasi sehingga pengerjaan tugasnya bisa lebih mudah dengan adanya kerja sama dalam kelompok dan lebih aktif bertanya kepada guru terkait materi yang kurang dipahaminya, sedangkan anak yang lebih pendiam dikatakanlah cenderung anak introvert walaupun didalam sebuah kelompok akan susah untuk bekerjasama dalam sebuah kelompok dikarenakan kurangnya rasa percaya dirinya sendiri. Dengan membawa rasa kurang percaya dirinya kedalam tugas kelompok ini, maka akan mendorong rasa ketidak sukaan anggota kelompok lain dengan anak yang cenderung pendiam tersebut. Hal ini akan berdampak negatif pada anak yang cenderung pendiam, karena bertambahnya rasa ketidaksukaan anak lain padanya dan anak tersebut akan merasa lebih tidak percaya diri akan dirinya sendiri. Apabila tidak diatasi, rasa tidak percaya diri ini akan terus melekat pada peserta didik sampai dewasa sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan bersosialisasi anak. Perbedaan kemampuan bersosialisasi anatara anak yang lebih aktif dan anak yang cenderung pendiam ini sangat mencolok, anak yang lebih aktif ini bisa berteman dengan siapapun dan dia juga bisa dekat dengan siapapun, baik itu dengan orang yang lebih tua, sebaya maupun yang lebih muda, namun kembali lagi pada standar pertemanan setiap orang yang berbeda tadi, walaupun anak yang aktif tersebut lebih mudah untuk bersosialisasi dia tentu akan memilih milih terlebih dahulu atau menyaring kelompok pertemanannya, atau dengan slank yang sering dijumpai dimasa sekarang peserta didik akan mencari circle pertemanan yang cocok untuk dirinya. Walaupun begitu tidak jarang ada anak yang aktif berteman dengan anak yang cenderung pendiam.

Untuk mengatasi berbagai perbedaan dalam kumpulan sosial ini terutama pada peserta didik yang lebih cenderung pendiam tentu tidak mudah, selain harus adanya kerja sama antara guru dan orang tua peserta didik dalam upaya mengembalikan rasa percaya diri peserta didik tentunya harus ada dorongan internal pada peserta didik untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Dalam menghadapi anak yang cenderung pendiam tentu berbeda dengan anak yang bisa lebih aktif, menangani anak yang pendiam ini harus di lakukan dengan hati-hati karena mereka memiliki perasaan yang lebih sensitif dalam hal yang berhubungan dengan lingkungannya. Peran orangtua dan guru sangat penting dalam mengenalkan lingkungan sosial yang baik bagi peserta didik. Seorang guru dapat mengenalkan lingkungan sekitar pada peserta didik dimulai dari membagikan kelompok didalam kelas secara heterogen, dimana guru mendorang siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam suatu kelompok belajar kecil secara perlahan. Apabila peserta didik sudah nyaman dan terbiasa dengan lingkungan kelas setidaknya peserta didik tidak akan merasakan lagi kesepian didalam kelas serta ada teman yang bisa diajak berbicara. Sedangkan untuk peran orangtua dalam mengenalkan lingkungan sosial adalah hal yang sangat mendasar, mungkin banyak orangtua yang lupa bertanya mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan peserta didik saat disekolah. Seperti “tadi disekolah belajar apa saja?”, “tadi ada kejadian apa saja disekolah?”. Pertanyaan-pertanyaan tadi mungkin sangat sepele bagi sebagian orangtua, namun berawal dari pertanyaan-pertayaan tadilah yang bisa membiasakan peserta didik agar bisa lebih terbuka kepada orang lain. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *