TIPE-TIPE PEMBANGUNAN EKONOMI

Ilustrasi Pembangunan Ekonomi

 

Oleh : Syaiful Anwar

 

Jika suatu negara yang sedang berkembang telah memiliki syarat-syarat utama tersebut, maka negara tersebut telah siap untuk membangun perekonomiaanya. Tipe-tipe dari pembangunan ekonomi tersebut juga bermacam-macam. Tipe-tipe tersebut antara lain:

  1. Pembangunan Ekonomi secara Spontan

Pembangunan ekonomi ini terjadi secara tidak langsung dalm suatu negara di mana memerlukan proses secara gradual untuk mencapai perumbuhan ekonomi yang signifikan. Sistem-sistem yang ada dalam tipe ini terjadi secara tidak langsung di mana sistem-sistem tersebut tercipta melalui interaksi-inteaksi ekonomi antarpersonal di suatu negara.

  1. Pembangunan Ekonomi yang Didorong

Pembangunan ekonomi ini terjadi karena ada dorongan dari para pemimpin/penguasa. Para pemimpin/penguasa tersebut mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang berguna untuk mendorong perekonomian negara mereka. Dalam tipe ini, bisa dikatakan bahwa pemerintah turut ikut campur dalam rangka pembangunan ekonomi namun tidak secara absolut.

  1. Pembangunan Ekonomi yang Dipaksakan

Pembangunan ekonomi ini terjadi karena ada paksaan dari para pemimpin/penguasa. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan harus dipatuhi dan dijalankan oleh pelaku perekonomian (masyarakat). Pemerintah berperan absolut dalam proses pembangunan ekonomi (sentralistis).

Perbedaan Tipe-tipe Pembangunan Ekonomi

Pembangunan Ekonomi Spontan Pembangunan Ekonomi Didorong Pembangunan Ekonomi Dipaksakan
  1. Sistem ekonomi yang ada terjadi secara tidak langsung/spontan
  2. Kurangnya campur tangan pemerintah dalam perekonomian

Contoh : Negara- Negara Barat

  1. Peran pemerintah tidak mutlak
  2. Pemerintah berperan membuat kebijakan yang mendorong pembangunan dan kemajuan ekonomi

Contoh : Jepang

  1. Pemerintah memilki peran yang mutlak sehingga semua kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus dilaksanakan
  2. Terdapat ekonomi dualis

Contoh : Rusia

 

2.1.1.1. Perkembangan Ekonomi di Negara- Negara Barat “Pembangunan Secara Spontan” (Spontaneous Development)

Keadaan ekonomi yang statis pada abad pertengahan, disebabkan oleh factor-faktor non-ekonomi. Artinya, semua penilaian dari lembaga-lembaga social adalah dari segi non- ekonomi. Akumulasi capital didasarkan atas pinjaman berbunga terlarang karena alasan-alasan agama. Pinjaman hanya untuk konsumsi dan bukan untuk produksi. Tujuan pokok dari organisasi ekonomi ialah supaya produsen terjamin dan stabil dengan jalan membagi-bagi pasar. Irawwan dan Suparmoko (2008:240)

Faktor non-ekonomi antara lain :

  1. Lembaga atau faktor sosial dan budaya

Pendidikan dan kebudayaan di Barat membawa ke arah penalaran (reasoning) dan skeptisisme yaitu :

  • Menanamkan semangat baru dan memunculkan kelas pedagang baru
  • Menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial
  • Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi dan menikmati risiko untuk memperoleh laba. Lewis: “hasrat untuk berhemat”, memaksimumkan output untuk input tertentu.
  1. Sumber daya manusia

Pengembangan faktor manusia berkaitan dengan efisiensi dan produktivitas, yang oleh ahli ekonomi disebut pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang melonjak cepat merupakan penghambat bagi pembangunan di negara berkembang.

  1. Faktor politik dan administratif

Stabilitas politik dan administrasi yang kokoh membantu pertumbuhan ekonomi modern. Administrasi yang kuat, efisien, dan tidak korup sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Demikian juga dengan ketertiban, stabilitas dan perlindungan hukum mendorong kewiraswastaan.

Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang. Produksi dibatasi dan diatur dalam hubungannya dengan kualitas harga, oleh karena konsumen masih bersifat local dan tak dapat diperluas karena tidak tersedianya transportasi yang cukup. Perkembangan perdagangan baru meluas setelah terjadinya perang Salib, dan terbatas hanya didaerah Mediteran. Daerah lainnya masih belum memperbaiki keadaan ekonominya. Kekayaan, kebendaan, bukanlah merupakan hal yang penting, sedang kemiskinan dan penderitaan malah dianggap sebagai hal yang menaikkan derajat. Demikian pula belum/ tidak adanya pengertian akan adanya kemungkinan untuk kemajuan.

Reformasi ini sedikit demi sedikit mendobrak halangan- halangan agama untuk perkembangan ekonomi. Ini mendorong untuk adanya akumulasi capital.kekayaan, materiil dipandang berharga sehingga merupakan pendorong untuk berusaha, yang juga merupakan mesin bagi perkembangan ekonomi.

Faktor-faktor lain yang mendorong perkembangan ekonomi ialah:

  1. Adanya penemuan-penemuan daerah baru setelah adanya anggapan bahwa bumi itu tidak rata.
  2. Perdagangan makin meluas di Eropa, spekulasi besar- besaran terjadi.
  3. Keadaan ini rugikan kaum feodal , yang mempunyai tanah tetapi sewa tetap.
  4. Pada mulanya ±2 abad yang lalu, pertama-tama perubahan sangat lambat, karena sukarnya mengubah cara berpikir orang-orang pedalaman.
  5. Perkembangan pesat di Eropa Barat yakni adanya revolusi industry abad 18 serta penemuan-penemuan baru dibidang teknologi industri, dan pertanian. Salah satu faktor terpenting yaitu kemajuan alat transportasi.

Perkembangan ini berjalan dengan cepat sampai Perang Dunia I. untuk waktu yang lama kenaikan produksi, produktivitas dan pendapatan per kapita pada pertengahan kedua abad ke-19, disebabkan adanya kelas wiraswasta. Konsentrasi pendapatan ada pada kelas wiraswasta. Pendapatan tidak dikonsumsi tetapi diinvestasikan kembali. Keadaan ini mengakibatkan akumulasi & perkembangan yang pesat dalam produksi, produktivitas, perdagangan luar negeri, dan pendapatan nasional. Agar pendapan lebih merata maka diadakan pajak progresif.

Perkembangan ekonomi Barat pada mulanya lambat, dan prosesnya tidak dapat diperkirakan, tanpa petunjuk dan hanya kadang-kadang dibantu oleh pemerintah. Gejala-gejala yang penting adalah adanya akumulasi modal secara perlahan-lahan dan tersebarnya ketrampilan wiraswasta dengan jalannya perdagangan-perdagangan luar negeri, modernisasi pertanian menaikkan hasil produksi dapat mensuplay bahan makanan dan tenaga kerja. Disamping itu perluasan dibidang transport yang memperluas pasar didalam / luar negeri.

Sumber perkembangan ini terutama dari wiraswasta yang menanam kembali keuntungan yang diperolehnya. Kemudian perbaikan terus-menerus dibidang pengupahan, tingkat pendapatan, menyebabkan tabungan luar negeri makin meningkat untuk investasi, dan perluasan pasar, yang cepat menguntungkan terutama bagi industry yang memproduksi secara masal. Irawan dan Suparmoko (2008: 235-239)

2.1.1.2. Perkembangan Ekonomi Jepang “Pembangunan yang Didorong” (Induced Development)

Jepang mengalami perkembangan ekonomi yang diatur dan dipimpin pemerintah, dengan menggunakan kelas feudal sebagai alat dan dengan bantuan pemerintah menjadikan kelas tersebut sebagai kelas wiraswasta. Perkembang ekonomi ditunjukkan memodernisasi dan memperkuat kedudukan militer, politik dan organisasi ekonomi untuk menanggulangi pengrongrongan dari Barat. Jadi “kekuatan” merupakan tujuan pokok pembangunan ekonomi.

Tidak seperti Negara sedang berkembang dewasa ini, Jepang tidak mempunyai revolusi harapan yang menarik. Penduduk tetap mempunyai tingkat konsumsi yang rendah. Penduduk pada umumnya taat dan disiplin, sehingga mempermudah perencanaan pemerintah Jepang pada waktu itu belum mengalami kelebihan penduduk.

Pemerintah memlopori dalam mengadakan investasi baik dalam industry dan perbankan. Apa yang diterima kaum feudal diserahkan ke pemerintah. Pajak-pajak sangat mendorong untuk mengerjakan tanah secara efisien, dan produksi pertanian menanjak dari th 1773-1900. Perdagangan tradisional dihapus. Sumber keuangan pemerintah yang utama dari pajak. Usaha-usaha dibidang ekspor telah mengembangkan produksi sutera, terutama untuk pasar USA. Biaya-biaya pembangunan ekonomi terutama ditanggung golongan petani. Jepang merupakan Negara yang diperintah kaum feudal yang menyesuaikan diri dibawah pimpinan pemerintah kapitalis. Berhasilnya perkembangan ini juga karena factor psikologis dimana penduduk tetap disiplin dan taat pada pemerintah. Irawan dan Suparmoko (2008:240-242)

 

2.1.1.3. Perkembangan Ekonomi Rusia “Pembangunan yang Dipaksakan” (Forced Development)

Perkembangan perekonomian Rusia didasarkan pada pemilikan dan pengawasan pemerintah seluruhnya. Industrialisasi di Rusia dalam rencana-rencana lima tahun merupakan contoh baik yang dapat dicapai oleh negara sedang berkembang dengan menggunakan sumber-sumber produksi sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa suatu negara belum tentu dapat meniru keadaan di Rusia ini. Sebelum adanya perubahan di Rusia, tenaga teknis teah banyak tersedia dan keadaan perekonomiannya relatif sudah agak maju dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Dengan demikian semua usaha tersebut dapat dilaksanakan menurut rencana dengan cepat. Tetapi disamping perkembangan pesat di sektor industri masih ada sektor pertanian yang masih dalam tingkat subsisten. Disini terdapat suatu dualisme ekonomi tanpa dominasi kolonial.

Pada revolusi 1917 partai komunis Rusia belum mempunyai blueprint (rencana) untuk perkembangan. Politik perekonomian dalam sepuluh tahun pertama tampak adanya kurang persiapan. Mula-mula para petani membagi tanah luas, dan karena hal ini merupakan tindakan massal maka sulit dihalangi dan kaum buruh menguasai industri. Mereka mencoba mengenalkan suatu susunan baru dengan mengorganisasikan perekonomian yang ditirunya dari perekonomian Jerman waktu itu. Yang ditiru terutama sistem penjatahan, pengendalian harga, dan keharusan untuk menyerahkan hasil pertanian. Dengan sistem ini perekonomian menjadi mundur, produksi di sektor industri dan pertanian turun, sehingga terjadi bahaya kelaparan pada tahun 1911-1922.

Tahun 1921 diadakan kebijaksanaan ekonomi baru (New Economics Policy). Ini merupakan suatu perubahan, dengan diperkenalkannya perekonomian campuran. Dibawah sistem ini perekonomian menjadi baik kembali seperti pada tingkat produksi semula. Berhubung dengan perubahan politik yang dimenangkan oleh Stalin terhadap Trotsky, maka ekonomi juga mengalami perubahan. Jadi perubahan ekonomi terutama karena perubahan politik. Irawan dan Suparmoko (2008:243–244)

Rencana lima tahun betujuan untuk mengubah struktur perekonomian yang bersifat pertanian ke industri. Industri dasar dibangun sehingga tidak tergantung lagi pada luar negeri. Industrialisasi terjadi pada periode antara tahun 1927-1940 dimana investasi ke sektor industri sebesar 28-30% dari pendapatan nasional, dan 80% dari investasi tersebut diarahkan ke industri barang-barang kapital. Akibatnya produksi barang kapital jauh lebih besar dibanding barang-barang konsumsi.Konsentrasi pada industri berat menyebabkan pula kenaikan produksi bahan-bahan untuk industri dan juga mesin-mesin. Investasi dibidang pertanian dan transport relatif kecil, demikian pula investasi dibidang kesejahteraan sosial. Jadi investasi besar-besaran dalam rencana lima tahunan itu dijalankan dengan penekanan konsumsi. Irawan dan Suparmoko (2008:243-246)

2.1.1.4. Perkembangan Ekonomi Di Negara Sedang Berkembang

Masalah yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang sebenarnya telah dipersoalkan sejak selesainya perang dunia II. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka diharuskan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya masalah tersebut kemudian diselidiki perspektif sejarah bagaimana masalah itu dipersoalkan. Irawan dan Suparmoko (2008:246)

  1. Asal mula ekonomi dualistis (dual economy)

Ekonomi dualistis ialah salah satu sifat pokok dari perekonomian di negara sedang berkembang. Ekonomi dualistis adalah industri ekspor yang terpadu dengan perekonomian dunia yang sudah menggunakan sistem modern dan disamping itu ada kegiatan-kegiatan yang masih mempunyai tingkat subsitem (pertanian tradisional dan kerajinan) biasanya sektor ini memproduksi barang-barang untuk pasar lokal dan terpisah dari perekonomian pasar modern.

Perkembangan ekonomi yang terjadi di negara-negara berkembang menimbulkan beberapa jenis dualisme yaitu kegiatan- kegiatan ekonomi dan keadaan-keadaan ekonomi dan keadaan- keadaan lainnya dalam suatu sektor tidak mempunyai sifat-sifat yang seragam dan sebaliknya dapat dengan tegas dibedakan dalam dua golongan. Yang pertama adalah kegiatan-kegiatan atau keadaan-keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur yang bersifat tradisional. Dan yang kedua adalah berbagai kegiatan dan keadaan ekonomi yang dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat modern. Sukirno (2006:162)

Pada akhir abad 19, negara industri meluaskan kekuasananya hampir ke seluruh dunia. Semua negara di Asia kecuali Jepang, Afrika serta Amerika Latin menjadi daerah koloni negara-negara Barat dan USA. Mula-mula mereka datang untuk berdagang, tetapi kemudian memperoleh kekuasaan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh lebih banyak bahan mentah. Adapun cara yang dipakai adalah memaksa petani menanam tanaman yang mereka butuhkan. Hasilnya harus dijual kepada penjajah dengan harga yang telah ditentukan. Hal ini menekan produksi pertanian bahan makanan.

Produksi serta ekspor utama negara berkembang adalah produksi primer, yaitu bahan makanan dan bahan mentah. Semua kesgiatan perekonomian ditujukan untuk ekspor, sehingga kebutuhan dalam negeri tidak diperhatikan. Kian lama ekspor hanya mengenai beberapa bahan yang dibutuhkan penjajah saja, yang kadang kala hanya satu jenis dan jumlahnya tidak banyak. Keadaan ini mengganggu stabilitas perekonomian karena sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga pasar dunia.

Pada masa itu perekonomian negara sedang berkembang terpadu dengan perekonomian negara barat. Investasi di negara berkembang oleh negara barat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Investasi yang ditujukan untuk pasar sangat sedikit. Hal ini agar perekonomian negara sedang berkembang tergantung pada negara penjajah. Akibat dari politik tersebut permintaan efektif tidak ada, dikarenakan oleh rendahnya produktivitas dan penghasilan. Keseganan untuk investasi dikarenakan oleh kebanyakan investasi tersebut berasal dari swasta yang memilih proyek yang menguntungkan dan produksinya dapat dijual ke pasar dunia. Kemudian keuntungan yang diperoleh ditransfer ke negeri investor.

Jadi sifat pokok negara sedang berkembang adalah ekonomi dualistis, yaitu industri ekspor yang terpadu dengan perekonomian dunia, dan kegiatan yang masih mempunyai tingkat subsisten (pertanian tradisional dan kerajinan). Irawan dan Suparmoko (2008:246-248) Dualisme (dualism) merupakan konsep yang menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin. Pada dasarnya ada empat elemen kunci sebagai berikut:

  1. Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada sejumlah elemen superior dan sekaligus elemen inferior. Elemen- elemen tersebut hadir secara bersamaan (berkoeksistensi) dalam waktu dan tempat yang sama. Inilah hakekat dari konsep dualisme.
  2. Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen, atau kronis. Artinya, elemen yang superior memiliki kekuatan untuk mempertahankan superioritasnya, sedangkan elemen yang inferior tidaklah mudah untuk meningkatkan posisinya.
  3. Kadar superioritas dan inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda- tanda akan berkurang, tetapi bahkan meningkat.
  4. Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-elemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan elemen-elemen inferior. Todaro(2006:100- 101)
  5. Periode antara perang dunia I dan II (Turunnya kekuasaan barat)

Dampak perang dunia I dan II bagi negara berkembang adalah :

  1. Menaikkan permintaan bahan mentah industri dan makanan dari negara sedang berkembang.
  2. Pengurangan ekspor barang konsumsi ke negara sedang berkembang.

Hal tersebut mendorong negara berkembang untuk melaksanakan industrialisasi. Dengan tujuan supaya tidak tergantung lagi pada luar negeri, agar mampu menampung pengangguran. Irawan dan Suparmoko (2008:249)

  1. Periode sesudah perang dunia II (perkembangan Internasional)

Pasca Perang Dunia II terjadi perubahan pandangan terhadap perkembangan ekonomi. Negara maju berpendapat bahwa kemiskinan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.   Oleh karena itu mereka banyak menaruh perhatian kepada Negara berkembang. Negara berkembang selama ini telah mensuplai Negara induk berupa bahan-bahan mentah dan makanan dengan harga stabil yang ditentukan oleh USA dan United Kingdom. Untuk membantu Negara berkembang dibentuk Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, FAO (Food and Agriculture Organization), ITO (International Trade Organization).

Pembangunan ekonomi Negara berkembang mengalami hambatan karena naiknya harga barang impor Amerika. Devisa tidak mempunyai manfaat yang banyak kadang digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif karena beredarnya film-film dan majalah-majalah Amerika yang menggambarkan tingkat konsumsi tinggi. Ekspor kebutuhan primer menurun karena adanya persaingan bahan sintesis dan proteksi dari Negara-negara maju. Lain halnya dengan barang industry dari Negara maju harganya terus naik karena kecenderungan inflasi di Amerika Utara dan Eropa Barat. Bantuan dari Negara maju berupa capital tidak cukup bila tidak disertai dengan tersediannya factor lain seperti keterampilan, tenaga manusia, kemampuan memimpin sesuai rencana pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan bantuan IRBD hanya sedikit menaruh perhatian pada Negara berkembang. Irawan dan Suparmoko (2008:250-252)

Berbagai analisa mengenai proses pembangunan yang telah dibahas sebelum ini telah menunjukan bahwa kegiatan ekonomi dinegara-negara berkembang terpusat pada kegiatan sector pertanian, sedangkan dinegara maju terpusat pada kegiatan sector industry. Dengan demikian secara umum kegiatan ekonomi dinegara- negara berkembang terpusat pada kegiatan untuk menghasilkan barang-barang industry primer. Karena terlalu terpusatnya kegiatan ekonomi dinegara-negara berkembang disektor pertanian merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan mereka mempunyai tingkat pendapatan yang sangat rendah.

Rendahnya tingkat produktivitas kegiatan pertanian, disamping menyebabkan pendapatan petani yang rendah, menyebabkan kesulitan bagi Negara-negara berkembang untuk menaikkan produksi pertanian perkapita penduduknya. Sukirno (2006:150-155)

2.1.1.5. Tipe Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sebagimana di negara berkembang tipe perkembangan ekonomi indonesia adalah sistem dualisme ekonomi yaitu perbedaan antara bangsa kaya dan miskin atau perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang semakin meningkat.

Konsep dualisme mempunyai empat unsur pokok, yaitu :

  1. Dua keadaan bersifat superior dan keadaan bersifat inferior yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
  2. Kenyataan hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda bersifat kronis dan bukan tradisional.
  3. Derajat superioritas dan inferioritas tidak menunjukkan kecenderungan yang menurut, bahkan terus meningkat.
  4. Keterkaitan antar unsur berpengaruh kecil

Dualisme dapat dibedakan menjadi dualisme sosial, dualisme ekologis, dualisme teknologi, dualisme finansial, dualisme regional.

Boeke (ekonom Belanda) menjelaskan teori dualisme ekonomi sebagai suatu kondisi dimana kedua sektor yaitu pertanian dan industri tumbuh bersamaan dan parallel. Tak ada satu sektor pun yang mendominasi sektor lain. dengan kata lain, baik sektor industri maupun pertanian tetap tumbuh bersamaan dalam berjalannya proses ekonomi. Dalam kerangka dualistik ini terdapat hipotesis bahwa aktivitas ekonomi disektor modern (barat) dipicu oleh kebutuhan ekonomis, sedangkan aktivitas ekonomi disektor tradisional (timur) hanya dipicu oleh kebutuhan sosial yang hanya memenuhi kebutuhan subsisten.

Boeke mengelompokkan dualisme ekonomi menjadi dua bagian besar yaitu :

  • Firm Type Economy (Modern Economy)
  1. Produk distandardisasikan
  2. Harga pas, tidak bisa ditawar
  3. Persaingan muncul antara penjual dengan penjual
  • Bazar Type Economy (Traditional Economy)
  1. Tak ada produk yang standar. Harga tergantung atau bisa ditawar
  2. Persaingan muncul antara penjual dan pembeli

Awal dari sistem ekonomi dualistis di Indonesia yaitu setelah Hindia Belanda menguasai kembali Indonesia dari kekuasaan Raffles, pemerintah Belanda menyadari bahwa sangatlah kecil penghasilan yang akan diperolehnya dari sistem liberal yang diperkenalkan Raffles. Maka diusahakanlah suatu metode baru dalam manajemen ekonomi. Dasar-dasar institutional dan organisasi dari kebijaksanaan ekonomi adalah diperkenalkannya sistem tanam paksa (cultuurstelsel), yang dilaksanakan sampai tahun 1879-an. Dengan dibentuknya NHM, negara mencapai monopoli penuh dalam perdagangan, sedangkan Javasche Bank menangani masalah keuangan negara dan NHM. Dengan bantuan dari para bupati dan kepala desa, negara telah memberikan aparat organisasi demi menjamin mengalirnya produksi pertanian dari kaum tani Jawa. 

Dalam sistem ini bidang usaha perusahaan-perusahaan swasta masih terbatas pada pengolahan. Modal tidak dimasukkan secara besar-besaran, tetapi kebutuhan akan modal yang tidak begitu besar diberikan oleh negara. Lebih-lebih, kaum pengusaha swasta bebas hanya merupakan sisa dari zaman Raffles. Perkembangan kapitalisme di Jawa bukanlah akibat adanya gerakan dari dalam seperti di Eropa, melainkan akibat dorongan luar melalui pemasukan modal, keahlian, dan organisasi dari sistem kapitalis yang sudah berkembang di negeri Belanda.

Dalam perkebunan produksi ekspor, di mana sektor ekspor dan domestik berdiri bersama dalam hubungan mutualistis, pemerintah dan pemilik pabrik gula memiliki suatu kepentingan untuk mempertahankan laju aliran buruh-buruh murah dan perolehan tanah. Dalam perkebunan yang relatif tidak besar seperti kopi, ketergantungan pada tanah dan buruh, terciptalah sektor enklafe. Dengan demikian negara meletakkan dasar terciptanya struktur dualistis dalam perekonomian Hindia Belanda, di mana sektor ekspor dan enklafe telah menjadi cabang perekonomian Belanda.

Perkembangan dualisme ekonomi ini tidak pernah memberikan dampak yang mendorong sebuah perubahan bagi masyarakat pribumi, karena dualisme ekonomi dalam industrialisasi perkebunan gula tidak banyak menyentuh seluruh sendi-sendi masyarakat pribumi. Masyarakat pribumi hanya dijadikan kuli dan paling beruntung menjadi mandor. Meskipun setelah kemerdekaan dualisme ekonomi berusaha dihlangkan namun sepertinya dualisme ekonomi peninggalan pemerinah kolonial ini tidak dapat dihilangkan. Kapital reform dalam jangka panjang pun akan menemui kegagalan seperti dimasa lalu. Reformasi kapital akan menyebabkan pelarian modal yang sangat mudah di era liberalisasi. Reformasi kapital juga akan mengakibatkan berhentinya penanaman modal yang dapat menurunkan laju pertmbuhan ekonomi.

Dalam konsepnya pemeran perekonomian Indonesia ada tiga sektor sesuai dengan UUD 1945 pasal 33, yaitu pemerintah melalui BUMNnya, swasta dan koperasi. Namun dalam kenyataannya dualisme ekonomi masih terjadi dimasa sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *