TATA CARA SHALAT DHUHA 

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Saudaraku, setelah Anda mengenal shalat Duha dan keutamaan atau keistimewaanya, saya melihat Anda tidak sabar ingin mengetahui cara melaksanakan shalat Duha. 

  1. Sebelum melaksanakan shalat Duha, hendaknya Anda berwudu atau mensucikan diri dari hadas besar dan kecil. 
  2. Niatkan dalam hati secara ikhlas karena Allah semata. 
  3. Berdirilah dengan sempurna menghadap kiblat bagi yang mampu berdiri.  
  4. Bertakbir dengan mengucapkan الَلُ أكَْبَُُ 

Cara melakukan takbiratul ihram yaitu: 

  • Mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga dan bahu sekaligus sambil bertakbir: Allahu Akbar.  
  • Meletakkan tangan kanan di atas punggung pergelangan dan lengan kiri, dan mengencang-kan keduanya di atas dada.
  • Pandangan diarahkan ke tempat sujud. Tidak boleh menengadah ke atas, dan tidak memalingkan pandangan ke kanan-kiri.  

“Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan dosa-dosaku, sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotorannya. Ya Allah, cucilah diriku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan embun.” (HR. Jamaah, kecuali Tirmidzi) 

Atau membaca doa yang dibaca oleh seorang sahabat dan disetujui oleh Rasulullah shallallâh’alaihi wa sallam 

الََلُأكَْبَُلَجِيًْْاُوَاهـْرَْدُللِلَثِيًْْاُوشَُجرَْةنَُاللِثلُْرَةًُوَأصُيلْاًُُ

“Allah Maha Besar dengan kemahabesaran sesungguhnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah pada pagi dan petang.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa‟i dan Ahmad) 

 “Aku  hadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan meluruskan ketaatan kepada-Nya dan berserah diri, dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, semua ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah, Rabb semesta alam; tiada sekutu bagi-Nya. Dan dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah termasuk orang-orang yang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau adalah Rabbku, dan aku adalah hambaMu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri  dan aku mengakui dosa-dosaku, ampunilah segala dosaku; tiada seorangpun yang dapat mengampuni  dosa-dosa kami kecuali Engkau. Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik, dan palingkanlah diriku dari akhlak yang buruk. Tiada seorangpun yang dapat memalingkan dari akhlak yang buruk selain Engkau. Aku penuhi seruan-Mu dan aku merasa bahagia dengan menjalankan seruan-Mu. Semua kebaikan berada di tangan kekuasan-Mu, dan kejahatan itu bukan bersumber dari-Mu, aku memohon pertolongan kepada-Mu dan berserah diri kepada-Mu, Mahaagung dan Mahatinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Ahmad) 

 

         5. Bacalah surat Al-Fatihah secara tartil (jelas dan perlahan) dengan sebelumnya bermohon perlindungan dengan membaca ta‟awudz tanpa dikeraskan. Adapun surat Al-Fatihah adalah: 

 “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Q.s. Al-Fatihah [1]: 1-7) 

 

       6. Setelah selesai membaca Al-Fatihah, membaca salah satu surat dari Al-Quran yang paling mudah Anda hafal. 

  •   Pada rakaat pertama, bacalah surat Asy-Syams (jika Anda hafal). 

 “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Kaum) Tsamud Telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, Lalu Rasul Allah (Saleh) Berkata kepada mereka: (“Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya”. Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu. Maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah). Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu. (Q.s. Asy-Syams [91]: 1-15) 

  • Pada rakaat kedua, bacalah surat Ad-Duha (jika Anda hafal). Inilah bunyi ayatnya: 

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu? Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.” (Q.s. Ad-Duha [93]: 1-11) 

 

7. Ruku’. Angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram, sambil bertakbir: Allahu Akbar menuju ke posisi ruku’. 

 

Ketika sedang ruku‟ dituntunkan membaca doa :

:شُجرَْةٍكََُالوبُبىُرَببةَُوَبَِِْدِكَُالوبُبىُاغْصِرْلُُِِْ

“Mahasuci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji kepada Engkau ya Allah, ampunilah hamba.” 

 

8. I’tidal setelah ruku‟ yakni berdiri tegak (i‟tidal) dengan sempurna dan tenang (thuma‟ninah). 

Saat i‟tidal, dituntunkan untuk mengucapkan :

 شًَِػَُاللُُلًِ ٌَُْحَِْدَهُ،ُرَببةَُوَلكََُالَْْْدُُُ

Allah Mendengar (memperkenankan) bagi orang yang memuji-Nya. Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Atau membaca: 

 

رَببةَُوَلكََُالَْْْدُُحَْدًْالَثِيًْْاطَيلجةًُيُجةَرَكًًفِيُِْ.ُُ

“Tuhan kami, bagi-Mulah segala pujian, pujian yang banyak lagi baik, yang penuh berkah di dalamnya.” (HR. Bukhari, Nasa‟i, Abu Daud, Ahmad dan Malik) 

 

9. Sujud. Bertakbirlah tanpa mengangkat tangan menuju gerakan sujud dengan meletakkan kedua lutut lebih dahulu lalu kedua tangan, kemudian letakkan wajah (dahi dan hidung).  

 

Ketika sujud dituntunkan untuk membaca :

 

:شُجرَْةٍكََُالوبُبىُرَبّةَُوَبَِِْدِكَ،ُالَوبُبىُاغْصِرْلَِْ.ُُ

“Mahasuci Engkau, ya Allah, Rabb kami, dan dengan memuji-Mu, ya Allah, ampunilah aku.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Atau membaca:

شُجرَْةنَُرَلبَُِّالْاَعََُُْ

“Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi.” (dibaca 3 kali).” (HR. Ahmad)

 Atau membaca: 

اُلَوبُبىُُلكََشَخَدْتُ،ُوَبكَِآيَخُْ،وَلكََاشَْوَْخُ،ُشَخَّدَُوحَْهَِلبلَِِّيْخَوقََُُُوصََْبرهَُُ،ُوشََبقُشًَْؽَُُُوَبَصََْهُ،ُتَجةَركََُاللُُاذَْصٌَُُالْْةَهِقِنََْ.ُ

“Ya Allah, kepada Engkaulah aku bersujud, kepada Engkaulah aku beriman, dan kepada Engkaulah aku berserah diri. Telah sujud diriku kepada Tuhan yang terlah menciptaka-nnya, yang telah membuka pendengaran dan pandangannya. Mahaagung Allah sebaik-baik pencipta.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud) 

Setelah itu, lalu bangkit dari sujud sambil bertakbir menuju posisi duduk dimana posisi tangan kanan di atas paha-lutut kanan dan tangan kiri di atas paha lutut kiri. (HR. Muslim, Malik, dan Abu Daud). Saat duduk tenang di antara dua sujud, berdoalah: 

 

الَوبُبىُاغْصِرْلُِِْوَارحَْْْنُِِْوَاحْبُْنُِِْوَاْدِنُِْوَارْزُقنُُِِْْ

“Ya Allah, ampunilah kami, kasihilah kami, cukupilah kami dan berikanlah rezeki kepada kami.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah) 

 

Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca doa sujud seperti sebelumnya.

 

10. Duduk. Setelah sujud kedua, maka dituntunkan untuk duduk. Jika dalam posisi duduknya iftirasy yakni duduk di atas bentangan kaki kiri sementara telapak kaki kanan ditegakkkan dengan jari kaki kanan menghadap kiblat. Namun jika sudah dalam posisi duduk tasyahud akhir maka posisi duduknya tawarruk yakni pangkal paha atas (pantat) yang kiri duduk bertumpu pada lantai sedangkan posisi kaki kanan sama dengan tahiyat awal. 

 

Pada saat duduk tasyahud, bacalah tahiyat dengan posisi jari-jari tangan kiri terjulur di atas tempurung lutut, sedangkan jari-jari tangan kanan dalam posisi mengepal kecuali jari telunjuk yang menunjuk untuk berdoa. 

Adapun bacaan tahiyat atau tasyahud antara 

 

“Segala kehormatan bagi Allah (begitu juga) shalawat dan kebaikan, keselamatan bagimu ya Nabi (begitu juga) rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan bagi hambahamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu (sebagai) hamba dan utusannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)  

 

Atau membaca :

ابلَترِبيـةتَُُالُْجـَةرَكًَتَُُالبصـوََاتُُ اهبطيلجـَةتُللِ،ُالَبصـلاَُمُُؼَويَكَْألحَةابلجلبِِوَرحََْْحُاللِوََبَرَكًَدُُالَبصلاَمُؼَويَْـَةوَعََََُؼِجةَدِاللِالبصُـةلُِِْنََُْاشَْـَُدُُأنْلاَإِلَََُإبلِاُاللُُُوَاشَْـَدُُأبنُمََُبدًاُبرشُُْلُُاللِ.ُُ

Segala kehormatan, segala berkah, dan segala rahmat dan segala kebaikan bagi Allah. Semoga keselamatan tercurah bagimu wahai Nabi (begitu pula) rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan bagi hambahamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu (sebagai) Rasul Allah.” (HR. Muslim)  

 

Setelah bacaan tahiyat langsung bersalawat  :

 

:الَوبُبىصَلنعَََمََُبدٍوَعَََآلِمََُبـدٍلََـةصَـوبيخَْعَََآلُِإثِرَْايىَُْوَبَةركِْعَََمََُُبدٍٍوَعَََآلِمََُبدٍلََـةثةَرَكْـخَعَََُ آلِإثِرَِْاِيىَُْفُِِاهؽَْةلًَِنََْإِبكَُحَِْيدٌْمََِيدٌُُْ

 

“Ya Allah, curahkan shalawat (rahmat) atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat (rahmat) atas keluarga Ibrahim, dan berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah berkahi keluarga Ibrahim di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.” (HR. Muslim) 

Setelah salawat, berdoalah dengan yang diajarkan Nabi Saw:

الَوبُبىإلنُِْأؼَُذُْثكَُِيٌُِْؼَذَابَُاهقَْبُِْوَيٌُِْؼَـذَابُِحََـبىَ،ُوَيٌِْفذََِْحُِالًَْريةَُوَالًََْةتِ،ُوَيٌِْفذََِْحُِالَْصِيدُِْابلدبحةلُُِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, dan dari siksa jahannam, dari bencana hidup dan mati, serta dari bencana Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad) 

 

11. Salam. Setelah berdoa dalam tasyahud akhir, kemudian salamlah dengan berpaling ke kanan hingga terlihat pipimu dari belakang dengan membaca: الَبصلاَمُُُ ؼَويَلُْىُْوَرذَْـًَحُُاللُِ

Lalu berpaling ke kiri juga dengan membaca: 

الَبصلاَمُُؼَويَلُْىُْوَرذَْـًَحُُاللُُِ

 

 12. Membaca doa. Setelah salam dianjurkan membaca doa, sesuai dengan kebutuhan Anda.  

 

الَوبُبىإِبناللضرَةءَضُرَةءُكَوَالََْْةءُيََةاكَُُوَاهـْخََةلُُحَـَةلكَُُوَاهقُْبةَقُبدكَُوَاهقُْدْرَةُقدُْرَدكٍََُوَاهؽِْصَْحَُؼِصَْذكَُ.الَوَبُبىإِنْكََنَرِزْقُِِْفِالبصَةءِفأَزِْلَُُْوَإنِْكََنَُفِالَرضِْفأَخْرحُُِْوَُإنِْكََُنَيُؽَلسًُِّافيَلسَِّْهُوَإنِْكََنَذَرَايًةُفَطَُلرْهُوَإنِْكََنَثؽَِيدًْافَقَلربُْبَِِلقضُرَةَاكَُُِوَبََةاكَُِوحََـَةلكَُِوَقُْبدكَِوََقدُْرَدكَِآدنِِِْلََةُأتَيخَُْؼِجةَدَكَُ

البصةلِِْنََُْثرُِحََْْذِكَُُيآُُأرْذَىَُُالبراحِِْنََُْ 

 

“Ya Allah, sesungguhnya waktu Duha adalah DuhaMu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku di atas langit, maka turunkanlah. Apabila berada di bumi, maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram, maka sucikanlah. Apabila jauh, maka dekatkanlah dengan kebenaran Duha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu. Wahai Tuhan anugerahkanlah kepadaku rezeki sebagaimana rezeki yang telah Engkau anugerahkanlah kepada hambahamba-Mu yang saleh, dengan rahmat-Mu, wahai Zat Yang Maha Penyayang.”  

Petikan doa di atas dikutip dari kitab at-Targhib wa atTarhib karya Al-Munziri dengan catatan oleh Musthafa Muhammad Imarah, dan juga oleh para ulama kita seperti Imam Nawawi Al-Bantani. 

Namun, sepanjang yang saya ketahui, saya belum menemukan satu pun doa yang ma‟tsur dari Rasulullah Saw. tentang doa khusus yang dibaca setelah shalat Duha. Maka, demi ikhtiyath (kehati-hatian) kita sebaiknya membaca doa yang matsur dan kalau tidak hafal atau belum hafal, Anda boleh membaca doa dengan bahasa Anda sendiri, karena Allah Sangat Memahami bahasa mahluk-Nya. Wallahu A‟lam

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Ada_Apa_Dengan_Dhuha

#Tata_Cara_Shalat_Dhuha

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *