Oleh : Lucky Ramadhan
Kata filsafat, dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “falsafah” dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Phylosophy adalah berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dalam arti yang sedalam-dalamnya istilah filsafat bermakna cinta kebijaksanaan atau love of wisdom. (Adib, 2010). Para filsuf dan ahli filsafat itu mendefinisikan tentang filsafat sebagai berikut. Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli. Menurut Aristotheles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan) (Adib, 2010: 37).
Filsafat yang berakar kata dari bahasa Yunani “ Phillen” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Dapat dimaknai bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Arti secara etimologi ini mempunyai latar belakang yang muncul dari pendirian Socrates, beberapa abad sebelum masehi. Socrates berkata bahwa manusia tidak berhak atas kebijaksanaan, karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya berhak untuk mencintainya. Pendirian Socrates tersebut sekaligus menunjukkan sikap kritiknya terhadap kaum Sophis yang mengaku memiliki kebijaksanaan (Suhartono, 2007). Secara awam, istilah ‘cinta’ menggambarkan adanya aksi yang didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subjek, dan pihak kedua berperan sebagai objek. Adapun aksi atau tindakan itu didorong oleh suatu kecenderungan subjek untuk ‘menyatu’ dengan objek. Untuk bisa menyatu dengan objek, subjek harus mengetahui sifat atau hakikat objek. Jadi pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek dengan objek. Semakin mendalam pengetahuan subjek, semakin kuat penyatuannya dengan objek. Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’ yang kata dasarnya ‘bijaksana’ dan mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’ menggambarkan pengetahuan haikiki tentang bijaksana. Jadi, kebijaksanaan dikenal sebagai bersifat benar, baik dan adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari dorongan kemauan yang kuat, menurut keputusan perenungan akal pikiran, dan atas pertimbangan perasaan yang dalam. Kemudian, dari pendekatan etimologis dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar dari pengetahuan atau pengetahuan terdalam (Suhartono, 2007).
Filsafat, falsafah atau philosophia secara harfiah berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya adalah bahwa setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya. Dengan kata lain, ia mengabdikan diri dan hidupnya kepada pengetahuan. Filsafat secara sederhana berarti ’alam pikiran’ atau “alam berfikir”. Berfilsafat artinya berfikir. Namun, tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam (radikal) dan sungguh-sungguh. Ada sebuah semboyan yang mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar adanya, sebab semua manusia berfikir. Akan tetapi, secara filosofis, semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berfikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang-orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Filsafat adalah hasil akal budi manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian filsafat menurut para ahli, mulai dari klasik hingga modern.
1). Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa filsafat itu tidak lain adalah pengetahuan tentang sesuatu yang ada
2). Aristoteles (384-422 SM) berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3).Marcus Tullius Cicero (106-143 SM) merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4). Al Farabi (w.950 M) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5). Immanuel Kant (1724-1804 M) mengutarakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui manusia (metafisika), apa yang boleh dilakukan manusia (etika), sampai di mana harapan manusia (agama), dan apa yang dinamakan manusia (antropologi).
6). Harold H.Titus, mengemukakan lima pengertian filsafat, yaitu;
a) suatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta;
b) proses kritik terhadap kepercayaan dan sikap;
c) usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan ;
d) analisis dan penjelasan logis dari bahasa tentang kata dan konsep;
e) sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian manusia.
7).D.C Mulder menyatakan bahwa filsafat adalah pemikiran teoretis tentang susunan kenyataan secara keseluruhan.
8).Fuad Hasan menggagas bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal ; radikal dalam arti mulai dari radiksnya suatu gejala, yaitu akar sesuatu yang hendak dibahas. Dengan jalan penjajakan yang radikal ini, filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
9). N. Drijarkara berpendapat bahwa filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat yang diterima, mencoba memperlihatkan pandangan lain yang merupakan akar permasalahan. Filsafat tidak mengarah pada sebab-sebab yang terdekat, tapi pada “mengapa” yang terakhir, sepanjang merupakan kemungkinan berdasarkan pada kekuatan akal budi manusia.
10). Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.
11).Dictionary of Philosophy mengungkapkan bahwa mencari kebenaran serta kebenaran itu sendiri adalah filsafat. Bila seseorang menjawab sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal serta bertanggungjawab, sistem pemikirannya serta kegiatannya itu disebut filsafat (Suharto, 2020).
Berdasarkan teori-teori dari para ahli tentang filsafat yang sudah dipaparkan di atas, maka dalam penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. ***