Inner Beauty (Kesadaran Mensyukuri Diri)

Oleh : Muhammad Alimudin, S.Pd.I Pendidik di MTs AIAI Bangka Tengah

 

Inner beauty atau kecantikan jiwa merupakan value atau nilai-nilai yang terkandung dalam diri seseorang yang terpancar berupa budi pekerti, karakter, kecerdasan bahkan self honor diri manusia. Meskipun bersifat tak kasat mata tetapi dapat dirasakan oleh siapa pun yang ada di sekitar termasuk diri kita sendiri.

Spekulasi di masyarakat terjadi, ada yang berkata Inner beauty lebih penting dari pada Outer beauty atau kecantikan yang nampak dari luar seperti lekuk tubuh, rambut atau pun wajah. Sah- sah saja jika ada yang beranggapan Inner beauty lebih penting atau pun sebaliknya, atau dua-duanya pun bukan masalah. Yang lebih penting bagaimana cara kita melakukan maintenance diri, sehinggga kedua value itu menghiasi pribadi kita.
Pada tulisan ini, akan diungkap salah satu objek Inner beauty sehingga akan membawa reaksi indah yang akan juga berakibat kepada kebaikan Outer beauty. Apa salah satu objek itu? Yakni kesadaran untuk bersyukur atas nikmat-nikmat Tuhan.
Ketika bersyukur, pada hakikatnya kita menerima segala kondisi yang Tuhan ciptakan untuk kita, bukan hanya menerima tetapi juga melaksanakan kondisi tersebut penuh keikhlasan sesuai dengan aturan yang Tuhan berlakukan. Sebaliknya, saat kita tidak bersyukur, tidak hanya menolak justru kita juga menentang ketetapan serta kondisi yang Tuhan buat untuk diri kita. Yang jelas setiap reaksi yang muncul terhadap kondisi-kondisi tadi akan berdampak kepada diri manusia itu sendiri.
Syukur, satu suku kata yang sering kita jumpai di mana-mana pun itu. Kita coba masuk lebih dalam, dimulai kapan kita harus bersyukur? Apa yang harus disyukuri dan bagaimana caranya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita simak kembali kalam cinta Allah Swt kepada manusia.
Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Qs. (2) Al Baqarah : 152)

Pada ayat ini, Allah Swt perintahkan ingat kepada-Nya karena Allah Swt akan ingat pula kepada manusia yang mengingat-Nya. Proses ingatnya manusia kepada Allah Swt dimulai saat ketika manusia bangun dari tidur, ingat untuk bersyukur kepada-Nya.
Kenikmatan yang fundamental, yang patut wajib pertama kali manusia syukuri adalah nikmat diberikan-Nya jasad, sebab jasad-lah yang pertama kali Allah Swt ciptakan dari manusia.
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Qs. (23) Al Mu’minun : 12-14)
Urutan berikutnya, nikmat yang mesti wajib disyukuri manusia yaitu di tiupkan ruh dan disempurnakannya jiwa berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Berikut pesan ini Allah Swt abadikan dalam kalam-Nya.
Artinya : “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Qs. (32) As Sajdah : 9)
Dari beberapa ayat yang disajikan, Allah Swt mengisyaratkan bahwa manusia harus memulai rasa syukur itu atas penciptaan dirinya sendiri. Karena Allah Swt pencipta yang paling baik, pencipta yang paling sempurna yang telah menciptakan manusia menjadi sebaik-baik makhluk.
Lalu bagaimana refleksi dalam mensyukuri nikmat kesempurnaan diri tersebut yang tersusun dari kesempurnaan jasad dan ruh serta disempurnakan dengan jiwa (Pendengaran, penglihatan dan hati)? Kita awali dengan cara mensyukuri jasad dan ruh, bagaimana caranya? Berikut Allah Swt sampaikan solusinya.
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. (2) Al Baqarah : 195)
Dari ayat ini, Allah Swt merepresentasikan cara mensyukuri nikmat jasad dan ruh yaitu dengan berbuat kebaikan. Kesempurnaan jasad dan ruh menjadi instrument pokok membuat manusia agar senantiasa berbuat baik sebagai wakil Allah Swt sebagai pribadi yang indah penebar rahmatan lil alamin.
Jika ditelaah dalam lagi, perintah berbuat baik Allah Swt me-frame hal itu, satu perintah meliputi segala lini kehidupan manusia. Tanda bersyukur manusia harus berbuat baik, berbuat baik bagi dirinya terlebih dahulu, hal ini bisa diperhatikan asupan makanan fisiknya dan juga yang penting asupan jiwa berupa hal yang dilihat, hal yang didengar dan hal yang dirasakan termasuk juga hal-hal yang melekat pada dirinya. Lebih jauh dari itu manusia harus berbuat baik dengan orang sekelilingnya, tetangganya, hewan mau pun tumbuh-tumbuhan, karena design utama manusia diciptakan untuk menjadi rahmatan lil alamin mewakili Allah Swt menebarkan kebaikan.
Selanjutnya, bagaimana cara mensyukuri nikmat jiwa yang Allah Swt titipkan berupa pendengaran, penglihatan dan hati? Hal ini dapat kita temukan jawabannya dalam kalam-Nya.
Artinya : “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Qs. (7) Al A’raf : 204)
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Qs. (7) Al Araf : 179)
Jadi dari beberapa ayat di atas, disimpulkan bahwa cara mensyukuri nikmat berupa jiwa ( pendengaran, penglihtan dan hati) adalah dengan cara mengunakannya untuk mendengar, melihat dan memahami ayat-ayat Allah Swt. Begitu juga sebaliknya bila manusia tidak mensyukuri nikmat berupa Jiwa (pendengaran, penglihatan dan hati) maka Allah Swt akan menghukumnya dengan neraka Jahannam dan mereka dianggap sebagai hewan bahkan lebih rendah lagi.
Pada akhirnya, manusia harus melihat ke dalam diri nya sendiri, ada berjuta nikmat Tuhan yang Allah Swt sematkan dalam wujud kesempurnaan diri manusia. Terkadang pandangan kita tertipu dengan segala hal-hal yang nampak di pelupuk mata akan kenikmatan dunia tapi melupakan kenikmatan yang melekat dalam diri. Mari kita gunakan maha karya Allah Swt berupa diri manusia, untuk selalu bersyukur mengunakan seluruh instrument jasad, ruh, jiwa, pendengaran, penglihatan dan hati untul berkarya berbuat baik, mengabdi kepada Allah Swt dan selalu tetap gemar mempelajari dan memahami kehendak-kehendak Allah Swt di dalam Al Quran agar selalu membawa misi rahmatan lil alamin.***

Penulis: Muhammad Alimudin, S.Pd.I Pendidik di MTs AIAI Bangka TengahEditor: Asep

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *