Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., CFE. (Anggota Komisi 1 DPR RI) Hadiri Ngobrol Bareng Legislator webinar yang digelar Kominfo RI dengan tema “Menjaga Budaya Indonesia dengan Bijak di Era Digital”

Jendelakaba.com–Jakarta–Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., CFE. (Anggota Komisi 1 DPR RI) Hadiri Ngobrol Bareng Legislator webinar yang digelar Kominfo RI dengan tema “Menjaga Budaya Indonesia dengan Bijak di Era Digital” secara online melalui platform zoom meeting pada Selasa, 06 Februari 2024.

Beliau menyampaikan bahwa Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, tantangan untuk menjaga keberlanjutan budaya Indonesia menjadi semakin kompleks. Salah satu kunci penting dalam menjaga warisan budaya kita adalah dengan bijak mengelola informasi dan teknologi digital. Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas internet memberikan peluang besar untuk mempromosikan kekayaan budaya kita, namun sekaligus membawa risiko terhadap distorsi dan kontaminasi informasi. Oleh karena itu, dalam menjaga budaya Indonesia, kita perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang penggunaan media sosial dan teknologi digital agar mampu menyaring informasi yang dapat merusak integritas budaya kita.

Pentingnya literasi digital juga tidak dapat diabaikan dalam upaya mempertahankan keberagaman budaya Indonesia. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap cara menyaring dan memahami informasi yang ditemui di dunia digital, kita dapat meminimalisir penyebaran konten yang merendahkan atau merusak citra budaya kita. Literasi digital tidak hanya melibatkan kemampuan teknis, tetapi juga melibatkan kepekaan terhadap konteks budaya dan sejarah kita. Sehingga, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengonsumsi dan berbagi informasi, serta melibatkan diri aktif dalam melindungi budaya kita dari disinformasi dan stereotype yang dapat merugikan.

Penggunaan platform digital juga dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia secara global. Dengan memanfaatkan media sosial, situs web, dan berbagai platform lainnya, kita dapat mengenalkan kekayaan budaya kita kepada dunia internasional. Namun, perlu diingat bahwa dalam melakukan promosi ini, kita harus tetap memegang prinsip keberlanjutan budaya, sehingga promosi yang dilakukan tidak merubah esensi dan makna budaya itu sendiri.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi krusial dalam menjaga budaya Indonesia di era digital. Pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan dan regulasi yang mendukung pelestarian budaya, sementara sektor swasta dapat berperan dalam mengembangkan teknologi yang mendukung pelestarian dan promosi budaya. Masyarakat juga memiliki peran aktif dalam memelihara dan mengembangkan kekayaan budaya, baik melalui partisipasi langsung maupun dukungan terhadap inisiatif-inisiatif yang bertujuan melestarikan budaya.

Dengan cara-cara tersebut, kita dapat menjaga budaya Indonesia dengan bijak di era digital, memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mempromosikan, bukan merusak, kekayaan warisan budaya kita. Dengan literasi digital yang tinggi, kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, dan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan tetap memiliki akses dan koneksi yang kuat dengan warisan budaya Indonesia yang beragam dan bernilai tinggi.

Achal Lia (Influencer) memaparkan bahwa penting bagi kita sebagai influencer untuk tidak hanya fokus pada popularitas semata. Kita perlu mengajak para followers untuk lebih memahami makna dan nilai-nilai dalam setiap unsur budaya yang kita bagikan. Dengan cara ini, kita tidak hanya mempertahankan keberlanjutan budaya, tetapi juga mendidik generasi muda tentang kekayaan dan keindahan warisan nenek moyang kita. Selain itu, kolaborasi antar-influencer dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan dampak positif terhadap pelestarian budaya. Melalui kolaborasi, kita dapat menggabungkan kekuatan dan jangkauan audiens, menciptakan gerakan bersama untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia. Dengan demikian, pesan keberagaman dan kekayaan budaya dapat lebih luas tersebar di kalangan pengguna media sosial.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *