Prof. Dr. H. Sjarifuddin Hasan, MM., MBA. (Anggota Komisi 1 DPR RI) hadiri webinar Forum Diskusi Publik yang digelar Kominfo RI dengan tema “Kesehatan Reproduksi: Membangun Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas ”

Jendelakaba.com–Jakarta–Prof. Dr. H. Sjarifuddin Hasan, MM., MBA. (Anggota Komisi 1 DPR RI) hadiri webinar Forum Diskusi Publik yang digelar Kominfo RI dengan tema “Kesehatan Reproduksi: Membangun Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas” di Gor Huve, Nenglasari Bojongpicung pada Senin, 05 Februari 2024.

Beliau menyampaikan Dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045, kita perlu memahami bahwa kesehatan reproduksi memainkan peran krusial dalam membangun generasi sehat. Melihat perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia, penting untuk memastikan alokasi dana yang memadai untuk sektor kesehatan, terutama kesehatan reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, perlu dipertimbangkan peningkatan anggaran kesehatan guna mendukung program-program preventif dan promotif.

Kemudian juga ada banyak tatangan yang dihadapi oleh pemerintah di duni Kesehatan. Seperti di data, pencapaian target nasional prevalensi stunting 14% pada tahun 2024. Lalu pendemi covid pada 2020 kemarin, memberikan kita pelajaran bahwa perlu padanya perbaikan system kesehaatn secara menyeuruh di Indonesia. Selain itu, penyakit katastropik juga masih tinggi. Di Indonesia juga, ketersediaan dan kualitas pelayanan Kesehatan juga asih rendah, sehingga perku adanya peningkatan, baik secara primer maupun sekunder, termasuk juga pemerataan tenaga Kesehatan yang masih sedikit.

Yang tidak kalah penting, juga terkait dengan kesiap siagaan terhadap resiko krisis Kesehatan di masa depan yang perlu diatasi. Anggaran kesehatan yang memadai menjadi kunci utama dalam memastikan masyarakat memiliki akses yang merata terhadap layanan kesehatan reproduksi. Pentingnya kesehatan reproduksi tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan sosial dan ekonomi negara. Oleh karena itu, diperlukan komitmen kuat dalam menanggulangi masalah kesehatan reproduksi sebagai investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Dapat dilihat disini bahwa sepanjang tahun 2011 hingga 2014, rata-rata pertumbuhan anggaran Kesehatan adalah 19,77%. Sedangkan tahun 2015 hingga 2023 kemarin, rata-rata pertumbuhannya malah menurun di angka 13,41%.

Meskipun pemerintah telah mencapai sejumlah capaian dalam sektor kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Keberhasilan ini harus diimbangi dengan upaya maksimal dalam menekan biaya kesehatan. Dalam konteks ini, kita perlu mengevaluasi apakah biaya kesehatan di Indonesia telah melampaui pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP). Jika iya, perlu dilakukan strategi agar kesehatan tidak menjadi beban ekonomi masyarakat. Pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan tidak dapat dipandang sebelah mata. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam menyediakan layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dan terjangkau. Langkah-langkah proaktif seperti peningkatan infrastruktur kesehatan, pelatihan tenaga medis, dan kampanye edukasi perlu diperkuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan reproduksi.

Marroli J Indarto (Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan); mewakili keynote speech dari Bambang Dwi Anggono, S.Sos., M.Eng. menyampaikan bahwa Kesehatan reproduksi perlu kita bahas karena merupakan pondasi yang penting bagi pembetuk. Kan generasi masa depan dan kesehatan reproduksi tentunya harus menjadi konsen juga terutama bagi generasi muda, karena ini penting membekali mereka tentang apa ilmu reproduksi kesehatan, generasi muda sebagai calon orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam membentuk generasi sehat, mereka adalah pilar utama dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik dan memiliki kualitas hidup yang baik, oleh karena itu informasi tentang reproduksi kesehatan kepada anak muda tentunya menjadi relevan agar mereka itu selain paham gitu ya mereka juga ke depannya bila sudah waktunya menikah.

Kemudian dalam merencanakan keluarga sehingga peduli terhadap dirinya maupun pasangannya, kesehatan reproduksi juga berkaitan erat dengan masalah stanting ya, stanting itu sekali lagi tidak hanya menyangkut masalah gizi tapi juga terkait kondisi ibu sejak awal kehamilan, bahkan lebih jauh lagi kesehatan sejak masih remaja akan berdampak besar hingga saat telah menjadi dewasa dan memiliki anak di masa depan, kesehatan reproduksi tidak diperhatikan, resiko stanting pada anak akan meningkat, angka stunding di Indonesia sendiri berdasarkan data survei status gizi Indonesia tahun 2022 masih di angka 21,6%, padahal WHO menetapkan kalau angka stunting itu ya di bawah 20% ya, dan bapak Presiden ee Bapak Joko Widodo menargetkan angka stanting itu di 14% pada tahun. 2024.

Untuk itu, pemahaman mengenai kesehatan reproduksi memiliki dampak penting pada mencegah stunting dan membantu pemerintah untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia. Pertanyaannya adalah mengapa kemudian kita harus membangun generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045. Indonesias 2045 adalah cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045 untu mewujudkannya tentu kita membutuhkan generasi yang sehat, generasi yang cerdas dan mampu mengoptimalkan sumber daya personal yang ada dalam dirinya, generasi sehat adalah modal utama untuk menghadapi tantangan global dan memajukan bangsa, mereka adalah pemimpin masa depan yang akan mengukir prestasi gemilang bagi Indonesia, lalu kemudian pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi jika kesehatan reproduksi di Indonesia buruk? Jika kita tidak peduli terhadap kesehatan reproduksi, generasi yang lahir akan mengalami masalah kesehatan dan pendidikan, generasi masa depan pun dapat terkena stanting, tentu stanting Ini juga dapat menghambat perkembangan fisik dan mental pada seorang anak dan dalam konteks yang panjang itu mempengaruhi kualitas hidup mereka, artinya jika generasi kita tidak sehat maka akan sulit mencapai Indonesia mas pada tahun 2045.

Herni Anggraeni Dewi (Dokter dan Praktisi Kesehatan) salah satu narasumber dalam webinar memaparkan untuk mencapai Indonesia Emas 2045, penting bagi kita untuk memberikan perhatian khusus pada kesehatan reproduksi remaja. Edukasi, pencegahan seks pranikah, penanganan pernikahan dini, pemahaman terhadap stunting, dan upaya pencegahan penyakit seksual menular menjadi fondasi utama dalam membangun generasi yang sehat dan berdaya saing. Remaja adalah harapan bangsa dan pewujud cita-cita Indonesia. Karena remaja adalah generasi yang menentukan masa depan bangsa.

Hj. Teni Hernawati, SKM., M.Kes. (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Cianjur) Juga menyampaikan bahwa Dampak stunting bagi anak Indonesia sangat serius. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lemah, perkembangan kognitif yang terhambat, dan rentan terhadap berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, stunting dapat menghambat potensi anak untuk meraih prestasi optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Penyebab stunting kompleks dan melibatkan faktor multidimensi, termasuk aspek gizi, kesehatan ibu, sanitasi, dan pendidikan. Keberhasilan mengatasi stunting memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, baik kesehatan, pendidikan, maupun pemberdayaan masyarakat.

Cara mengatasi stunting mencakup peningkatan akses dan kualitas pangan, pendidikan gizi, serta perbaikan sanitasi dan pelayanan kesehatan. Memberikan pendampingan kepada ibu hamil, menyusui eksklusif, serta pemberian makanan tambahan yang sesuai pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun menjadi langkah penting untuk memastikan pertumbuhan optimal. Empat kunci asupan di periode emas anak, yaitu ASI eksklusif, pemberian MPASI yang bergizi, asupan zat besi, dan perhatian terhadap gizi ibu hamil, menjadi landasan untuk menjaga pertumbuhan optimal anak.

Tantangan dan permasalahan dalam percepatan penurunan stunting melibatkan kompleksitas faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Penanggulangan stunting memerlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam upaya bersama menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak. Upaya dalam mencegah stunting melibatkan peran aktif seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan pengetahuan tentang gizi, pemberdayaan perempuan, serta akses yang memadai terhadap layanan kesehatan menjadi kunci untuk mencegah terjadinya stunting.

Delapan aksi integrasi penurunan stunting melibatkan berbagai sektor, termasuk pangan, kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka ini, pentingnya koordinasi dan kolaborasi antarstakeholder menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai target penurunan stunting. Percepatan pencegahan stunting tetap menjadi prioritas dengan melakukan beberapa penyesuaian dalam pelaksanaanya di lapangan. Perlu mendapatkan perhatian adalah penangangan pasca masa darurat. Masa darurat bisa selesai dalam beberapa bulan, tetapi penanganan pasca pandemic akan berlangsung lama, karena terkait dengan pemulihan ekonomi dan lainnya. Semakin lama masa pandemic ini terjadi, semakin besar dampak negative yang akan ditimbulkan bagi status gizi anak dan ibu hamil yang akan mempunyai dampai bagi pencapaian target penurunan stunting.

Respon (6)

  1. Здравствуйте! Возник вопрос про займ? Предоставляем надежный источник финансовой помощи – ФинансДиректор. Вы можете получить деньги в займ без избыточных вопросов и документов? Тогда обратитесь к нам! Мы предлагаем высокоприбыльные условия кредитования, быстрое решение и гарантию конфиденциальности. Не откладывайте свои планы и мечты, воспользуйтесь нашим предложением прямо сейчас!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *