Kegiatan Forum Diskusi Publik, Komisi I DPR RI, H. Moh Arwani Thomafi Himbau Masyarakat Agar Ikut Mengawasi Pesta Demokrasi

Jendelakaba.com–Kemkominfo–Berangkat dari kedaulatan rakyat demokrasi kita menempatkan rakyat sebagai yang berkuasa. Baik memilih presiden, DPR, gubernur, atau bupati semuanya mutlak keputusan rakyat. Oleh karena itu maka Pemilu itu menjadi manifestasi dari kedaulatan rakyat. Rakyat terlibat aktif dalam pemilu sebagai wujud kedaulatan rakyat. Bela suara juga berarti ada aspirasi publik yang dititipkan

“Bagaimana partisipasi publik dalam proses pembentukan, dan kebijakan publik itu mutlak diperlukan. Publik harus terlibat dalam pembentukan kebijakan aktif dalam proses pemilihan” Ujar H. Moh Arwani Thomafi (Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar Forum Diskusi Publik dengan tajuk “Bela Suara Bela Negara” pada Jumat (12/01/2024).

Oleh karena itu, 3 provinsi yang ada di Karangrayung yang paling paham tentang bagaimana cara memberikan aspirasi serta meneruskan harapan masyarakat di sekitarnya. Bela suara juga bermaksud bagaimana partisipasi publik dalam hadir di TPS itu betul-betul juga bagian yang penting. Mulai dari ikut serta di TPS lalu ikut serta dalam pengusulan dalam perencanaan pembangunan dan serta di dalam kontrol terhadap jalannya pemerintahan.

Kedua adalah bela Negara. Ini adalah wujud bagaimana kontribusi warga terhadap kepentingan dan keutuhan negara. Semua harus ingat dan fokus bahwa sekarang ini, Pemilu itu adalah hanya sarana instrumen untuk membangun bangsa ini. Oleh karena itu tidak boleh adanya pertikaian/konflik karena hanya perbedaan pendapat dalam hak pilih sehingga mengabaikan tujuan negara. Oleh karena itu kita semua yang ada di Grobogan harus menjadi pelopor terkait dengan bagaimana pemilu yang baik. Itu salah satu bentuk bela Negara. Termasuk juga taat hukum, taat aturan dan taat tertib serta tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum. Apalagi sekarang kita hidup di era digital yang memudahkan kita saling bercengkrama tanpa adanya penghalang.

Namun karena itu juga menyebabkan banyak pihak-pihak yang tidak mementingkan kedaulatan negara membuat kabar/berita yang hoax atau menimbulkan perselihan antar warga negara yang dapat dengan mudah tersedia di mesia social secara terbuka. Maka kita harus waspada terhadap informasi yang menyebarkan kebencian atas dasar kepentingan personal/pihak tertentu. Karena mengingat juga berkembangnya teknologi yang disalahgunakan, seperti judi online, penipuan transaksi online, atau bahkan penipuan yang berbahaya dengan memanfaatkan AI. Jadi, itu semua merupakan tantangan yang harus kita lewati di era digital.

Sakta Abaway Sakan (Korda Akademi Pemilu & Demokrasi (APD) Kabupaten Grobogan) salah satu narasumber dalam webinar berharap seluruhnya yang ada terdaftar sebagai pemilih. Mungkin nanti bisa di cek, di cek DPT online secara langsung, pada tanggal 14. Mungkin nanti bisa di cek, di cek DPT online secara langsung. Sehingga, sekali lagi, penghutang, penghitungan suara, ini merupakan hari, titik akhir dari proses tahapan pemilu yang sudah berjualan-jualan kemarin. KPU juga melaksanakan tahapan, tahapan pendaftaran partai politik. Jadi, Bapak-Bapak partai politik juga mengikuti proses verifikasi. Proses faktual, sampai dengan perutapan partai politik secara pemilu. Kemudian tahapan pencalonan, tahapan pemilih, tahapan kampanye, sekarang yang berlangsung. Sehingga, tanggal 14.2 hari nanti, merupakan titik dari akhir. Menentukan arah kelima tahun ke depan.

Siapa yang akan kita pilih, siapa yang akan kita toblen, untuk memimpin BNI eksekutif. Sehingga, suara kita, suaranya tidak bisa di-ABK. Suara kita, penentukan. Setara langsung, umum, bebas, dan siasat. Ketika langsung, ya tidak tanpa-tanpa perantara, bisa menggunakan secara langsung, baik yang sakit, yang defable, orang tua, ini insya Allah akan difabilitasi KPU secara langsung. Kemudian, umum, setiap masyarakat yang memenuhi syarat. Entah laki-laki, perempuan, pensiunan TNI, pensiunan tentara, menggunakan akun ini. Kemudian, bebas. Bebas tanpa tekanan. Bebas tanpa paksaan. Siapa yang akan kita pilih, siapa yang akan kita toblen, kemudian rahasia. Insya Allah, benar. Dibilik suara nanti, tidak ada titik. Tidak ada yang mengintik, tidak ada yang melihat, hanya diri kita di dalam bilik, dan kita akan menobel.

Itu rahasia. Sehingga jaminan dari KPU melalui kebosan di dalam bilik, yang setiap pemilik sudah kita lihat, biliknya itu, letter O itu, berdiri untuk kita gunakan sebagai, sebagai penggunaan hak pilih kita. Kemudian, ijur dan adil. Pada anggaran pemilu, pelaksana pemilu, peserta pemilu, perutnya harus ijur dan adil dalam protes seluruh tahapan pemilihan umum di Kabupaten Kupu dan Kupunya. Ini yang paling tidak menjadi perhatian kita. Penghitungan suara, suara yang ditoblos adalah suara yang kita tulis KPU. Lima suara dari TPS sama dengan lima suara dari TKPPK, TKKPU, sampai dengan Jakarta. Tidak berkurang, tidak bertambah. Ini yang prinsip penghitungan suara.

Mari kita bersama-sama awasi, mari kita bersama-sama pantul pelancaran pemilu. Karena itu setiap lima kali sekali. Pemilu yang akan kita hadapi bersama. Sehingga kita yakin setiap peserta pemilu, pasangan tangga, tim, kampanye, kelihatan ideologi pasti menang. Dan dalam pemilu pasti ada yang menang, pasti ada yang belum terpilih. Ini yang baru sudah, khususnya tokoh partai politik yang ada di sini, bisa dipahami bersama. Bahwasannya partisipasi masyarakat, protes kalau terpilih, pasangan kalau terpilih, menjadi pilihan rakyat dalam proses pemerintahan pertumbuhan selera. Ini paling tiga tahapan yang sedang berlangsung, dan akan terus berlangsung sampai dengan hari ini, tahapan kampanye. Kemudian nanti tiga hari sebelum pemutang, tanggal 9 Februari sampai dengan 13 Februari, masa tenang. Dan masa pemutang, hari Rabu tanggal 14 Februari, mulai pukul 7 sampai dengan pukul 13. Kalau itu jadwalnya, penggunaan yang terpilih yang terdapat dalam IPT dan IPTB.

Prof. Dr. Henri Subiakto, Drs., S.H., M.Si. (Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya) juga menambahkan Kita semua sebagai masyarakat wajib ikut berpartisipasi dalam proses pergantian pemimpin, karena pemimpin memiliki batasan waktu yang ditetapkan sesuai aturan undang-undang. Misalnya seperti pergantian presiden bersama wakil presiden itu lima tahun sekali, dan hanya berlaku maksimal dua periode (sepuluh tahun). Maka untuk 2024 ini memang presiden kita saat ini, yaitu bapak Jokowi tidak bisa lagi terus, karena beliau sudah dua periode. Sehingga harus berhenti dan diganti dengan presiden baru.

Partisipasi aktif ini memberikan suara, memilih, mendukung pihak calon tertentu, dan juga calon-calon legislatif dari DAPIL Jawa Tengah. Dari Jawa Tengah, terutama dari Grobogan ini. Ini merupakan kunci menjaga keberlanjutan demokrasi. Keberlanjutan kepemimpinan dari yang apa kita pilih secara damai, jujur dan adil. Itulah pemilu. Dengan memberikan suara tadi, kita memastikan bahwa pemimpin yang kita pilih ini benar-benar berasal dari aspirasi kita semua.

Dengan memberikan suara, kita memberikan suara ini, kita berarti turut serta menentukan masa depan bangsa dengan memilih siapa yang akan memimpin Indonesia. Kalau kita tidak menggunakan hak pilih kita, atau dalam artian golput, itu berarti kita tidak ikut menentukan siapa yang akan kita pilih sebagai pemimpin, sebagai wakil-wakil kita. Golput itu merugikan. Merugikan demokrasi. Merugikan pemilu dan pemerintahan. Karena dengan golput ini, kalau katakanlah tingkat partisipasinya rendah karena golput, maka otomatis kepercayaan dan kredibilitas hasil pemilu, siapa yang nanti jadi presiden, wakil presiden, itu juga tidak tinggi. Atau kepercayaannya rendah. Karena banyak orang golput. Makanya golput itu, golongan putih, atau orang-orang yang tidak mau memilih, itu menentukan kualitas hasil demokrasi. Menentukan kualitas siapa yang akan menjadi pemimpin-pemimpin kita. Demokrasi menjadi buruk kualitasnya gara-gara orang tidak ikut berpartisipasi, tidak ikut nyoblos, tidak ikut memilih. Makanya Bapak Ibu harus ikut. Supaya apa? Supaya kualitasnya bagus serta memberikan legitimasi yang bagus. Legitimasi itu kemenangan moral.

Di era sekarang ini memang kadangkala ada kekuatan-kekuatan tertentu itu adalah false truth, kebenaran semu. Bukan fakta yang sesungguhnya, tapi kebenaran yang hasil rekayasa, manipulasi. Makanya kadang-kadang kita ini bingung ketika lihat ada survei kok naik turun. Survei kok yang satu dengan yang lain beda-beda. Ini yang harus dipercaya yang mana? Padahal sama-sama mengaku secara ilmiah. Sama-sama mengaku menggunakan metode-metode saintifik. Tapi kok beda-beda? Nah, di sini masyarakat perlu hati-hati. Karena memang lembaga survei yang muncul sejak tahun 2004 setelah kita berdemokrasi langsung, ini juga banyak yang sekarang ini survei tidak semuanya dilakukan secara objektif. Ada yang memihak. Karena ada survei yang sekaligus juga menjadi semacam konsultan politik dari mereka yang ikut.

Jadi konsultan politik untuk mereka yang ikut berkompetisi, dia ikut ingin mensukseskan peserta pemilu atau peserta yang kompetisi tadi dengan survei-surveinya. Bukan hanya dia memberikan masukan-masukan berdasarkan data, tapi kadang-kadang datanya dibuat supaya masyarakat terpengaruh opini-nya, terpengaruh sikapnya. Inilah makanya kita harus hati-hati terhadap survei-survei. Tidak semua survei salah, tidak. Tapi juga tidak semua survei benar. Kita jangan tergantung dari satu, dua, tiga survei, tapi harus dibandingkan dan kemudian kita tahu.

Supaya demokrasi ini betul-betul terjaga jujur dan adil dan tidak main-main semua para pelaku, semua mereka yang menjadi wasit itu lalu diawasi oleh masyarakat maka semuanya menjadi baik. Jangan diberi kesempatan untuk buruk karena kadang-kadang keburukan, pidana atau kejahatan itu muncul hanya gara-gara ada orang punya kesempatan dan merasa aman. Tapi kalau kita semua mengawasi maka Insya Allah semua proses Pemilu ini adil dan demokratis, yang pada akhirnya kita percaya bahwa hasil pemilu yang ada ini adalah hasil yang baik. Itulah kenapa lalu kualitas suara kita harus kita jaga dan kita ikut mengawasi karena memang ini semuanya untuk bangsa dan negara. Hal kedepan nanti yang juga perlu kita awasi adalah quick count. Ini harus kita awasi kita. Jangan mudah percaya quick count.

Kita harus hati-hati membandingkan, tunggu suara yang resmi dari suara-suara yang resmi yang dibenarkan lembaga-lembaga resmi karena sekarang ini memang kondisinya agak berbeda. Itulah mengapa kita memang perlu berhati-hati. Itulah kenapa siang ini Pak Arwani Tomafi mengajak kita untuk diskusi “Bela suara bela negara”. Karena kalau suara-suara ini benar-benar suara yang jujur dan adil sesuai dengan keadaan, maka tentu kita akan terima. Dan itulah kenapa kita perlu ikut mengawasi, supaya negara kita baik-baik saja, supaya demokrasi berjalan dengan baik dan orang yang terpilih Insyaallah adalah orang-orang yang amanah yang betul-betul sesuai dengan yang kita harapkan.