Oleh : Syaiful Anwar
Penulis buku al-istisyfa bercerita, “Beberapa tahun yang lalu mata saya tertimpa suatu penyakit yang tidak saya ketahui sebabnya. Saya kemudian memeriksakan diri pada dokter spesialis mata di rumah sakit. Dokter itu kemudian berpesan padaku agar datang sepekan kemudian. Namun ucapan itu saya anggap bahwa ia akan berlepas diri dari penyakit yang saya derita sehingga saya kemudian merujuk kepada dokter mata lainnya yang lebih profesional, namun harapan hanya tinggal harapan, ia pun tidak dapat mengobati penyakitku.
Dalam beberapa hari penyakit yang saya derita semakin parah, seakan hendak membunuhku. Akhirnya saya kembali ke dokter yang pertama yang memarahiku karena terlambat datang berobat. Ia kemudian memberi obat penghilang rasa nyeri yang saya alami.
Dua bulan lamanya saya bolak balik-balik ke dokter tersebut hingga akhirnya diperiksa langsung oleh Kepala Bagian Terapi mata yang juga adalah dosen di fakultas kedokteran. Namun kalimat yang mengerikan itu terdengar di telingaku, “Mata Anda mengalami kebutaan total, dan kita harus membatasi sebaran penyakit itu agar tidak mengenai mata yang satunya.”
Saya pulang ke rumah sambil menangis sedih, “Saya buta!!?” kataku dalam hati. Pada saat demikian saya memasrahkan diri kepada Allah dan berdoa pada-Nya semoga Ia mengangkat penyakitku. Keesokan harinya ketika saya kembali untuk memeriksakan diri, tiba-tiba dokter saat melihat mataku melalui kaca pembesar,
“Mukjizat…, mukjizat, apa yang telah engkau lakukan?”
Saya berkata, “Tidak ada! Saya tidak melakukan apa pun, kok. Saya hanya berdoa dan memasrahkan diri kepada Allah atas kebutaan total yang bakal menimpaku sebagaimana engkau katakan.”
Dokter itu pun berujar, “Semoga kesembuhan mata bapak berkat doa yang bapak telah panjatkan kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
Really excellent info can be found on blog.Raise your business