Jendelakaba- Idharsyah T. Dasi (Peserta LK 3 Badko HMI Sultra)
_”Perubahan adalah kehendak sejarah, barang siapa yang tidak mau beradaptasi dengan perubahan maka ia harus siap digilas oleh sejarah”_
-Ibn Khaldun-
Dunia kini tengah bergerak menuju ke sebuah era baru yang berbeda dari zaman sebelumnya. Era yang telah mengubah seluruh pola dan kebiasaan dalam sendi-sendi kehidupan umat manusia. Kemajuan sains dan teknologi membuat kita tidak bisa menafikan akan kehadiran sebuah ruang publik baru yakni ruang digital. Ruang digital adalah satu ruang publik baru yang kini hadir membersamai kita sebagai sebab musabab dari perkembangan sains dan teknologi hingga Artificial Inteligent.
Dalam konteks ini, digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan dalam berbagai aktivitas yang kita lakoni, ia tak bisa dielakan dalam realitas umat manusia modern. Hal ini memaksa kita mau tidak mau untuk memilih sebuah cara pandang yang terus melakukan pembaharuan bila tidak ingin terjerambab ke dalam keranjang sampah sejarah dan menjadi bangkai peradaban. Perubahan yang terjadi serba cepat ini memberikan dampak yang nyata bagi semua aspek kehidupan manusia, memberikan kita peluang sekaligus tantangan dalam menghadapinya.
Syahdan, semua perubahan yang terjadi sesungguhnya merupakan ikhtiar, itikad dan ijtihad baik manusia untuk membentuk suatu peradaban yang beradab serta berharap dengan adanya teknologi dapat memberikan kebaikan dan kemudahan untuk membantu kehidupan manusia sehari-hari. Intinya teknologi hadir sebagai upaya manusia untuk bisa membersamai manusia untuk kebaikan dan kemudahan. Artinya teknologi adalah alat bukan sebagai Tujuan
Tetapi fakta tidak berkata demikian. Teknologi yang dimaksudkan untuk hal yang baik tidak selalu berdampak baik, malah sering berdampak buruk, bahkan sering mengalienasi kemerdekaan manusia dan merusak fitrah kemanusiaan. Baru-baru ini Tim Berners-Lee, pencipta _World Wide Web-Internet_ di media _New York Times_ memberikan pernyataan _”I Invented the World Wide Web. Here’s How We Can Fix it”_ Ia berharap setelah 30 tahun penemuannya, manusia menggunakan internet terutama untuk tujuan melayani manusia lainnya.
Namun kenyataannya jauh dari harapan. Masyarakat kini telah dicabik-cabik dengan prasangka dan kebencian, disinformasi, penipuan, bahkan oleh Damar Juniarto mengatakan bahwa aktor jahat juga menggunakan taktik digital yang canggih untuk menumbangkan demokrasi.
Dalam dunia kerja, akibat dari digitalisasi ini dikatakan akan menghilangkan sekaligus menciptakan pekerjaan baru. Laporan _Future of Jobs_ 2023 dari _World Economic Forum_ misalnya, menjelaskan bahwa Mereka memperkirakan: dari 673 juta pekerjaan dalam dataset survei, 83 juta akan dihapus, sedangkan 69 juta pekerjaan baru akan diciptakan. Ini akan menghasilkan penurunan bersih sebanyak 14 juta pekerjaan, atau 2 persen dari tenaga kerja saat ini.
Selain itu, Riset yang dilakuakan oleh _McKinsey Digital_ mengungkap bahwa sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan industri baru tersebut, sekitar 60% dari seluruh pekerjaan secara protensial sedikitnya satu per-tiga dari aktivitasnya bisa diotomatiskan. Tentu ini merupakan peluang besar tetapi juga sekaligus akan menjadi tantangan bagi siapa yang tidak mempersiapkan dirinya untuk bisa _survive_ ditengah gelombang arus yang bisa saja menenggelamkan siapapun.
Dampak negatif disrupsi teknologis lainnya, Diingatkan oleh Shoshana Zuboff dlm The Age of Surveillance Capitalism (2019).
Bahwa keserbahadiran teknologi digital, otomatisasi dan kecerdasan buatan menjadi katalis bagi kemunculan surveillance capitalism. Semacam kapitalisme pengawasan yg terlahir sebagai bentuk kuasa baru bernama instrumentarianism yg beroperasi scr asimetris. Surveillance capitalism ini celakanya adalah ia tahu segala sesuatu tentang kita, sedangkan operasi mereka dirancang untuk tidak kita ketahui. Mereka mengkapitalisasi pengetahuan baru dari kita, tapi tidak untuk kita. Mereka menatap masa depan kita da melihat apa yang akan terjadi tetapi untuk memperoleh sesuatu yang lain, bukan milik kita.
Indonesia sendiri, adalah negara dengan pengguna digital yang besar. Jumlah pengguna internet di tahun 2022 sebesar 210 juta jiwa, jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia bahkan melebihi jumlah penduduk NKRI 355,62 juta sedangkan penduduk 275,7 juta jiwa.
Rata-rata waktu penggunaan Handphone orang Indonesia juga lebih lama dibanding dunia, kalau dunia rata-rata 6 jam per hari, Indonesia justru 8 jam per hari. artinya kalau kita tidak punya kecakapan digital, kedewasaan dalam berselancar keluar masuk di alam digital maka keadaan yang ditakutkan ini akan terus terjadi dan secara perlahan teknologi yang berwajah janus ini telah benar-benar hanya akan terus berdampak negatif untuk bangsa Indonesia.
***
Sesungguhnya manusia mesti melihat apa yang menjadi perdebatan wajah ganda teknologi dan AI ini dengan sebagaimana adanya kemudian digunakan dengan sebagaimana mestinya, yakni dalam rangka membantu kerja-kerja _amar maruf nahi munkar_, untuk kebaikan kebenaran dan keindahan, menjalin hubungan sosial demi terwujudnya keharmonisan dalam suatu masyarakat yang dalam istilah Cak Nur disebut Masyarakat Madani.
Oleh karna itu ruang ini mesti dikelola, dijaga dan harus direkayasa agar menjadi ruang yang dimanfaatkan untuk kerja-kerja peradaban, membumikan amar maruf nahi mungkir demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah Swt. Secara radikal, semua orang yang memiliki kekuasaan atas masa depannya harus melakukan intervensi. Pemerintah dapat membikin undang-undang, mengatur korporasi teknologi yang merancang produk, civil society juga dapat memainkan perannya untuk lebih cerdas, dewasa dan bijaksana dalam penggunaan teknologi digital.
Wajah ganda dampak disrupsi teknologis, kehadiran AI itu mengingatkan kita bahwa maslahat-mudarat teknologi itu tergantung pada kualitas dan integritas manusianya. Ketika manusia beriman berilmu beramal maka sesungguhnya Indonesia menjadi satu peradaban yang akan terus bertahan bahkan juga ikut mempengaruhi peradaban dunia.
I thought it was going to be some boring old publish, but it really compensated for my time I will publish a link to this page on my blog I am confident my visitors will discover that quite useful
Kıbrıs, e-ticaret ve dijital iş modelleri için büyüyen bir pazar sunmaktadır İnternet erişimi ve dijital altyapının yaygınlığı, e-ticaretin hızlı bir şekilde büyümesini sağlamaktadır Ayrıca, Kıbrıs hükümeti dijital dönüşüm ve yenilikçi iş modellerini teşvik eden politikalar uygulamaktadır E-ticaret şirketleri, düşük vergi oranları ve geniş bir müşteri tabanına erişim gibi avantajlardan yararlanarak Kıbrıs’ta başarılı olabilirler