SIAPA YANG MEMBERI AKAN MENERIMA

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261) 

 

Alkisah, ada seorang pengemudi Vespa di Jawa Tengah yang akan berangkat ke pengajian. Saat diengkol Vespanya tidak bunyi. Dia engkol sekali lagi, namun tetap tidak bunyi juga. Bunyinya malah ngempos. Dia menunggingi sebentar Vespanya, karena dia pikir mungkin bensinnya hampir habis. Ternyata benar, bensinnya hampir habis. Begitu dimiringi sedikit, kemudian dia sela lagi. Motornya pun menyala dengan khas suara Vespanya. Dia hendak mengaji, dan ingat bensinnya hampir habis. Ia membatin, beli bensin dulum nanti baru mengaji. Tapi, hati yang sebelah membatin, kalau beli bensin dulu, muter ke belakang, padahal pengajian ke depan. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengaji dulu. Nanti selepas mengaji barulah membeli bensin.  

 

Maka mengajilah si Fulan, pengemudi Vespa. Di pengajian ternyata sang kyai bertutur tentang sedekah. Apa kata kyainya? “Ma naqasat malu ‘abdin min shadaqah; bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad.” Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, bahkan dia akan bertambah, bertambah, dan bertambah. 

“Siapa yang menikmati janji Allah tentang sedekah? Yang menikmati janji Allah tentang sedekah adalah orang-orang yang bersedekah. Kalau tidak, mah, tidak.” Lanjut si kyai. 

 

Begitu sorban si kyai turun melewati barisan si pengemudi Vespa, dia cabut uang di kantongnya, seribu. Dulu, seribu dapat setengah liter bensin. Seribu tersebut dia cabut. Uang seribu tersebut sejatinya buat beli bensin. 

 

Begitu dia cabut, setan menggoda. Apa kata setan, “Itu ‘kan uang buat beli bensin. Jangan belagu, deh. Sudah miskin, belagu lagi. Pake sedekah lagi, bisa konyol nanti! Itu uang buat beli bensin. Kalau nggak beli bensin, motor kamu bisa mogok. Kalau motor kamu mogok, didorong! Memang mau mendorong?!” 

الشَّيطَْانُ يعَِدُكُىُ اهفَْقْرَ وَيَأمُْركُُىْ ةاِهفَْحْشَاءِ وَاللََُّّ يعَِدُكُ ىْ يَغْفِرَةً يَِْ ُُ وَفَضْلا وَاللََُّّ وَاسِعٌ عَويِىٌ ٢٦٨ 

 

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. AlBaqarah [2]: 268) 

 

Setan memang kerjaannya begitu, selalu menggoda kita. Lalu apa yang dikatakan si pemilik Vespa tadi, “Ini uang sudah terlanjur dicabut, masa dimasukkan lagi?” Dia meyakinkan dirinya, seraya membatin, “Dorong, dorong, deh.” 

 

Setan kalah dan si Fulan memang. Tapi, setan tidak berhenti. Dia tunggui, benar kejadian.  200 meter dia pulang dari pengajian, subhanallah, motornya mogok. Begitu motornya mogok, seran tertawa, “Dibilang juga apa, jangan sedekah, begini jadinya!” 

Kalau dia kalah, kalau dia menyesal, sedekahnya tidak akan berbuah. Tapi orang ini hebat. Apa dia bilang, “Mungkin memang sudah waktunya dorong.” Cuma memang dia menangis juga sambil mendorong motornya. Dia membatin, “Nggak enak jadi orang susah. Baru sedekah seribu saja sudah dorong motor.” 

 

Tapi itulah, Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang bersedekah jadi susah, kecuali itu ujian buat kesabaran dan keikhlasannya. Baru melangkah kira-kira 10 langkah, Allah mengirim malaikat-Nya dalam bentuk mobil Kijang yang lewat di jalan itu.Mobil itu lewat, begitu 100 meter, dia berhenti, kenapa? Sebab, dia melihat yang sedang mendorong motor adalah temannya. Jadi, dia mundur. Dan begitu mundur, begitu sejajar, dia turuni kacanya, lalu dia tanya, “Kenapa, Mas, motornya didorong?” “Bensinnya habis.” Jawabnya. 

“Ya, wes minggir. Parkir Vespamu. Ayo, ikut sama saya untuk beli bensin, kita cari pom bensin.” 

Lihat! Kalau pun cerita ini berhenti sampai di sini, orang itu sudah beruntung dua kali lipat. Niat beli bensin setengah liter, sekarang dia dijanjikan bensin satu liter. 

 

Berangkatlah mereka ke pom bensin. Dia membeli botol air yang satu liter, air diminum, dikosongi, dan diganti dengan bensin. Dalam perjalanan pulang dari pom bensin menuju Vespa yang diparkir, mereka berdua berbincang-bincang. 

“Ente untung ya…” Kata si pengendara mobil Kijang. 

“Untung apaan?” Tanyanya. 

“Kita nikah sama di tahun yang sama, tapi anak ente sudah 3, dan saya belum punya anak.” 

Kata si Vespa, “Saya pikir, ente yang untung. Ente punya 

Kijang, saya cuma punya Vespa.” 

Kata si Kijang, “Huss…mau anak ditukar sama Kijang?” 

 

Pokoknya, mereka berdua berbincang-bincang tentang kesusahan masing-masing. Rupanya, timbul simpati dari si Kijang sama si Vespa. Begitu sampai, apa kata si Kijang, “Mas, saya nggak turun, ya!” 

 

Lalu, dia merogoh kantongnya. Di kantongnya, ada amplop yang belum dia lihat isinya. Amplop itu rupanya bonus dari pekerjaannya di kantornya. Amplop itu kemudian diberikan ke tangan si Vespa. 

 

“Mas, ta titip ya, bilang ke bojo-mu, doain supaya saya bisa punya anak seperti panjenengan. Sudah, jangan dilihat di sini uangnya, lihat saja nanti di rumah, sebab saya juga belum tahu juga isinya berapa,” kata si Kijang. 

 

Kemudian pulanglah si Vespa ke rumah. Begitu dia lihat di rumah, amplopnya berisi satu juta rupiah. Subhanallah! Seribu dibalas satu juta rupiah dalam waktu setengah jam. Dagang apaan tuh? Manajer investasi juga tidak ada yang bisa kerja seperti ini sampai 1000 kali lipat dalam waktu kurang dari satu jam. Cuma Allah yang bisa!  

 

Mungkin Anda pernah mendengar kata ‘kuantum’. Ketika sebuah benda dibelah terus-menerus hingga tingkat materi yang sangat kecil, kemudian materi itu dibelah lagi dengan alat pemecah atom hingga tak terlihat dan berubah menajdi energi terhalus. Energi terhalus itu dibelah lagi terus-menerus hingga seolah menghilang. Ternyata di tingkat energi terhalus yang ‘tak tampak’ itu berlaku hukum yang berbeda dengan dunia benda yang ‘tampak’. Itulah hukum fisika kuantum. Nah, di tingkat kuantum, semua hal sebenarnya melakukan sesuatu hanya untuk (kepada) dirinya sendiri. 

 

Kita manusia pun tersusun dari materi-materi. Hukum kuantum pun terjadi dalam diri kita. Ketika kita berbagi kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang memberi kepada diri kita. Luar biasanya, ini adalah hukum alam. Kita tak perlu percaya akan hal ini. 

 

Seperti hukum gravitasi, ketika kita melempar batu ke atas, batu itu akan jatuh kembali ke tanah. Begitulah hukum kuantum juga bekerja. Ketika kita memberi, maka kita akan menerima. Otomatis. Jika ikhlas, kita akan menerima dalam jumlah yang berlipat. Karena ikhlas memiliki energi kuantum yang sangat dahsyat. 

 

Terlepas dari hukum kuantum tersebut, sudah ratusan abad Al-Quran, melalui janji-Nya dalam firman-Nya menyatakan balasan bagi orang yang suka memberi,  

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261) 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Tuhan_Tidak_Pernah_Buta

#Siapa_Yang_Memberi_Akan_Menerima

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *