Seruan Kembali

Oleh : Muhammad Alimudin, S.Pd.I Pendidik di MTs AIAI Sungaiselan, Bangka Tengah

Sudah menjadi hal lumrah di tengah negara beragama seperti Indonesia, kegiatan ibadah suatu agama sering kita temuin sebagai wujud kebebasan yang dijamin negara dalam menjalankan syariat ibadah masing-masing. Adzan salah satunya, setidaknya dalam sehari dapat kita dengarkan sebanyak lima kali, baik di masjid atau pun di surau-surau yang ada di lingkungan kita.

Realitanya di masyarakat, adzan pun tidak sekedar diperdengarkan ketika waktu sholat sudah tiba, sering kita dapati adzan pun dilantunkan di rumah sakit ketika anak lahir, di kuburan ketika ada yang meninggal dunia. Nah dalam tulisan ini akan diungkap, apa sebenarnya adzan dan bagaimana penempatannya?

Padanan kata adzan di dalam al Quran diulang sebanyak 53 kali, yang memiliki makna panggilan atau seruan, juga berarti permohonan atau pun doa. Adzan merupakan panggilan umat Islam untuk menunaikan ibadah sholat lima waktu. Adzan juga bermakna panggilan untuk memperkokoh hubungan dengan Allah Swt, memenuhi kewajiban agama dan symbol persatuan umat Islam.
Berikut penulis tampilkan beberapa ayat yang di dalamnya terkandung kata adzan

﴿ وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ ١٧٩ ﴾
Artinya : “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (Al-A’raf/7:179)

﴿ وَمَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ اِلَّا دُعَاۤءً وَّنِدَاۤءً ۗ صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ ١٧١ ﴾ ( البقرة/2:171)
Artinya : “Perumpamaan (penyeru) orang-orang yang kufur adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (gembalaannya) yang tidak mendengar (memahami) selain panggilan dan teriakan (saja). (Mereka) tuli, bisu, dan buta sehingga mereka tidak mengerti.” (Al-Baqarah/2:171)

Dari ayat tersebut, adzan bermakna telinga untuk mendengar, baik telinga yang di luar dan di dalam, mendengarkan seruan Allah Swt yang ada di dalam diri kita sendiri atau pun seruan yang berasal dari luar, seruan kebenaran. Kaum sufi sering berkata, untuk bisa mendengarkan suara Allah Swt dalam diri, maka yang perlu dilakukan adalah heningkan pikiranmu, karena dalam kebisingan diri tidak akan dapat mendengar suara-Nya.

Adzan yang dikumandangkan pertanda waktu sholat tiba, berarti seruan dan panggilan melaksanakan sholat, yang bermakna hakikat menghubungkan dan menyatukan diri dengan Allah Swt, sehingga sampailah pada puncak tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Adzan dan sholat dirupakan seperti rangkaian proses pembersihan diri sebelum sampai kepada dzat yang maha Suci. Setiap hari kita dididik oleh Allah Swt untuk Kembali kepada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya kepada diri-Nya.

Dalam lafazh adzan misalnya Allahuakbar, yang maha Besar hanya Allah Swt, selain dari pada-Nya tidaklah seperti butiran pasir di luasnya samudera, hilang kebesaran duniawi, semuanya adalah kebesaran diri-Nya. Dalam lafazh syahadat yang mengandung makna persaksiaan, menyaksikan kebesaran Allah Swt pada diri sendiri sehingga kelak betul-betul menjadi saksi yang sejati. Begitu pun dengan lafazh-lafazh yang lain, yang kalau dikaji menitikberatkan suara kembali hanya kepada-Nya dan menyerahkan total segala urusan kepada-Nya, karena Dia-lah sang kehidupan itu.

Adzan itu bisa dibilang warning of system, karena banyak manusia lupa, maka dipanggil-lah dengan seruan adzan sebagai pengingat untuk segera Kembali kepada-Nya. Merendahkan diri serendah-rendahnya dihadapan sang maha kuasa saat sholat, hanya diri-Nya sang maha Tinggi kebaradaan, lenyaplah keakuan, lenyaplah kepemilikan, lenyaplah keberadaan, yang ada hanya Dia, yang memiliki hanya Dia, yang kuasa hanya Dia, yang mana yang bukan Dia? Tidak ada Dia kecuali Dia, Dia yang maha segala-galanya.

Pengingat tersebut bahkan terjadi tetika manusia lahir di muka bumi, hal ini dilakukan oleh ayah atau keluarga dari sang bayi, untuk mengingatkan agar sang bayi sepanjang hidupnya mendengarkan suara Allah Swt yang ada di dalam dirinya sebagai sumber kekuatan positif sehingga jalan hidup sang bayi tadi sejalan dengan kehendak Allah Swt.

Hal ini pun kadang juga kita dapati di kuburan saat jenazah dimakamkan, adzan digunakan untuk orang meningal, agar saat matinya bisa kembali pulang, kembali ke asalnya memenuhi ayat innaa lillahii wa inna ilahirojiun. Juga sebagai pengingat bagi pengantar jenazah, akan timbul masanya seperti jenazah yang diantarkan.
Saat musim haji, terkadang ada saja yang menyuarakan adzan dan iqomah untuk mengawali keberangkatan haji seseorang, hal ini tentunya sah-sah saja, di kalangan Nahdiyin malah hukumnya adalah sunnah saat menjelang bepergian bagi musafir. Terlepas setuju atau tidaknya penempatan adzan di luar adzan untuk panggilan sholat, penulis hanya ingin menyampaikan bahwa ada pesan tersirat dari penempatan tersebut yaitu seruan Kembali, panggilan kembali kepada Allah Swt, Kembali kepada aturan Allah Swt sehingga ucapan lisan, perbuatan tangan kaki badan selama hidup manusia harus sesuai dengan kehendak Allah Swt yang ada di dalam Al Quran.
Semoga adzan yang selalu kita dengar menjadi pengingat untuk kita selalu kembali kepada-Nya dan hidup dalam aturan-Nya. amiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *