Pemberdayaan Perempuan Batang Arau: Merevolusi Peran Gender Melalui Pengelolaan Sampah Plastik

Di Batang Arau, Padang, program Sekolah Sampah Limpapeh telah membawa perubahan signifikan dalam pemberdayaan perempuan. Inisiatif yang digagas oleh BEM KM Universitas Andalas melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK ORMAWA) ini tidak hanya fokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga membuka peluang bagi perempuan untuk berperan aktif dalam isu lingkungan dan ekonomi. Melalui program ini pula, Tim PPK BEM KM Unand membawa angin segar dalam upaya pemberdayaan perempuan. Inisiatif yang pada awalnya bertujuan untuk mengatasi masalah sampah plastik ini ternyata membuka pintu bagi transformasi peran gender yang lebih luas di masyarakat Batang Arau.

 

Pada tanggal 11 Juli 2024, Kantor Kelurahan Batang Arau menjadi saksi bagaimana sekelompok ibu rumah tangga berkumpul untuk belajar mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomi. Di bawah bimbingan Ibu Risti Kurnia Dewi, S.Gz., M.Si., para peserta tidak hanya diajari teknik daur ulang, tetapi juga diperkenalkan dengan konsep 5R dalam manajemen sampah: Reduce, Reuse, Recycle, Replace, dan Repair. Namun, yang lebih penting, kegiatan ini menjadi katalis bagi perubahan dinamika gender dan pola komunikasi di Batang Arau.

Sekolah Sampah Limpapeh telah menciptakan ruang dialog yang aman dan inklusif bagi perempuan. Selama kegiatan berlangsung, peserta tidak hanya berbagi tips tentang cara mendaur ulang sampah, tetapi juga berdiskusi tentang isu-isu yang lebih luas. Dari manajemen keuangan rumah tangga hingga masalah lingkungan yang lebih besar, topik-topik yang sebelumnya dianggap ‘bukan urusan perempuan’ kini menjadi bahan perbincangan sehari-hari. Proses ini secara tidak langsung telah membuka saluran komunikasi baru, di mana suara perempuan yang selama ini terpinggirkan mulai mendapat tempat.

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, program ini telah memberikan para perempuan Batang Arau alat untuk meningkatkan posisi tawar mereka dalam masyarakat. Dengan kemampuan menghasilkan pendapatan dari sampah, mereka tidak lagi sekadar ‘ibu rumah tangga’, tetapi juga kontributor aktif dalam ekonomi keluarga. Pergeseran ini membawa dampak signifikan pada dinamika pengambilan keputusan di tingkat rumah tangga, tidak hanya dalam urusan domestik tetapi juga dalam masalah keuangan dan lingkungan.

Di tingkat komunitas, dampak program ini juga terasa. Forum-forum warga yang sebelumnya didominasi laki-laki kini mulai diwarnai oleh partisipasi aktif perempuan. Ide-ide mereka tentang pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan mulai didengar dan dipertimbangkan. Ini menandai sebuah pergeseran penting dalam struktur komunikasi masyarakat, di mana perempuan tidak lagi sekadar penerima pasif kebijakan, tetapi menjadi pembuat keputusan yang aktif.

Aspek gender dan komunikasi dalam program Sekolah Sampah Limpapeh juga terlihat dari terbentuknya jaringan solidaritas antar perempuan. Melalui kegiatan bersama, mereka membangun ikatan yang lebih kuat, saling berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain. Jaringan ini menjadi sumber daya penting bagi perempuan Batang Arau untuk menghadapi tantangan sehari-hari dan juga untuk mengorganisir diri dalam isu-isu yang lebih besar.

Namun, perjalanan menuju kesetaraan gender yang sesungguhnya masih panjang. Program ini juga menghadapi tantangan, terutama risiko menambah beban ganda bagi perempuan. Ada kekhawatiran bahwa pengelolaan sampah akan dianggap sebagai ‘tugas tambahan’ perempuan, alih-alih tanggung jawab bersama seluruh anggota masyarakat. Untuk itu, penting untuk melibatkan laki-laki dalam inisiatif serupa dan terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan dalam pembagian tugas.

Meski demikian, Sekolah Sampah Limpapeh telah membuka jalan bagi perubahan yang lebih besar. Program ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti pengelolaan sampah rumah tangga. Melalui pendekatan yang menggabungkan peningkatan keterampilan, pemberdayaan ekonomi, dan penciptaan ruang dialog, program ini telah berhasil menggeser persepsi tentang peran gender dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam ranah publik.

Ke depan, diperlukan evaluasi berkelanjutan untuk mengukur dampak jangka panjang program ini terhadap kesetaraan gender dan pola komunikasi di Batang Arau. Namun, satu hal sudah jelas: Sekolah Sampah Limpapeh telah menanam benih perubahan. Dari sampah plastik yang terdampar di pesisir, kini tumbuh harapan baru bagi kesetaraan dan pemberdayaan perempuan di Batang Arau.

Oleh : Sarah Tsabitah – Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *