Milenial Disebut Penentu Masa Depan Digital Indonesia, Forum Diskusi Soroti Literasi dan Etika Siber

Jendelakaba.com, Bekasi, 31 Oktober 2025 — Forum Diskusi Publik bertema “Pentingnya Pemanfaatan Digital Bagi Milenial Menghadapi Tantangan Masa Depan” menggarisbawahi pentingnya peran generasi milenial dalam mengakselerasi transformasi digital nasional. Dalam forum tersebut, para narasumber menekankan bahwa keberhasilan Indonesia di era digital sangat bergantung pada kecakapan, etika, dan produktivitas generasi muda dalam memanfaatkan teknologi.

Anggota Komisi I DPR RI, Farah Puteri Nahlia, menyampaikan bahwa ruang digital kini menjadi motor utama pembangunan ekonomi. Ia mengutip laporan Google, Temasek, dan Bain (2024) bahwa nilai ekonomi digital Indonesia telah mencapai lebih dari US$ 80 miliar dan diproyeksikan menyentuh US$ 110 miliar pada 2025. Namun, ia mengingatkan bahwa angka tersebut belum sepenuhnya mencerminkan pemerataan pemanfaatan digital.

Tingkat literasi digital nasional masih 3,49 dari skala 5. Artinya, meski penetrasi internet tinggi, belum semua masyarakat mampu memanfaatkannya secara aman dan produktif,” jelas Farah. Ia menekankan bahwa kesenjangan digital di daerah rural harus segera diatasi agar transformasi digital berjalan inklusif.

Farah juga mengingatkan ancaman hoaks, ujaran kebencian, dan dampak negatif media sosial yang semakin masif. Data Kominfo menunjukkan lebih dari 12.000 hoaks beredar dalam setahun terakhir. Karena itu, ia menilai generasi milenial harus memiliki literasi kritis serta etika digital yang kuat.

Sementara itu, praktisi komunikasi Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si. menekankan bahwa teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan, mulai dari sistem pembayaran, layanan publik, hingga pola kerja. Dengan transaksi e-commerce nasional yang mencapai Rp 44,4 triliun per Juli 2025, ia menilai milenial harus meningkatkan kemampuan adaptif dan inovatif agar tidak tertinggal.

“Digital bukan hanya soal akses, tetapi transformasi perilaku. Milenial perlu mengembangkan budaya digital yang produktif dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Gun Gun menekankan bahwa empat pilar literasi digital—Digital Skill, Digital Ethics, Digital Culture, dan Digital Safety—harus diperkuat untuk menciptakan ekosistem digital yang sehat dan aman.

Forum tersebut juga menghadirkan Wakil Dekan Fakultas Teknik UNIKA Atmajaya, Yanto, Ph.D., yang menyoroti perubahan drastis dunia kerja akibat otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI). Mengutip World Economic Forum, ia menyebut bahwa 23% jenis pekerjaan akan berubah dalam lima tahun ke depan.

“Generasi milenial harus menjadi digital maker, bukan hanya digital user. Kemampuan data, desain digital, dan keamanan siber menjadi bekal penting menghadapi persaingan global,” ujar Yanto.

Ia juga menekankan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak hanya ditentukan teknologi, tetapi karakter manusianya. “Teknologi hanyalah alat. Integritas dan etika tetap menjadi fondasi,” tegasnya.

Forum ini sepakat bahwa pemerataan akses, peningkatan kompetensi digital, serta budaya digital beretika harus menjadi agenda prioritas agar generasi milenial Indonesia mampu menjadi motor perubahan menuju bangsa yang berdaya saing dan berdaulat di era digital.***