Masa Depan Pangan Indonesia Bergantung pada Smart Farming dan Literasi Digital

Jendelakaba.com, Jakarta – 23 Juli 2025 – Forum Diskusi Publik bertajuk “Teknologi Digital Sebagai Kunci Ketahanan Pangan Masa Depan” mengungkap betapa mendesaknya transformasi sektor pertanian di Indonesia. Ketahanan pangan tidak hanya soal produksi, tetapi juga tentang efisiensi, keberlanjutan, dan kemampuan adaptasi terhadap disrupsi global—dan semua itu bermuara pada penguasaan teknologi digital.

Anggota DPR RI Komisi I, Okta Kumala Dewi, menekankan perlunya digitalisasi pertanian sebagai prasyarat pencapaian swasembada pangan. “Tanpa internet di desa, pertanian cerdas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, kami mendorong pembangunan infrastruktur digital hingga pelosok,” ujarnya. Ia juga menyoroti urgensi penyusunan kebijakan lintas sektor agar pertanian digital tidak berjalan sendiri-sendiri.

Hal serupa disampaikan oleh praktisi komunikasi Usman Kansong. Ia menyebut bahwa teknologi seperti drone, aplikasi pertanian, dan sistem irigasi pintar telah terbukti meningkatkan produktivitas. Namun, kesenjangan literasi digital menjadi tantangan serius. “Transformasi digital hanya akan berhasil jika petani mendapatkan pelatihan dan akses teknologi yang merata,” tegasnya.

Sementara itu, akademisi dari LSPR, Fajar Iqbal Mirza, menyebut teknologi bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk menciptakan keadilan pangan yang lebih luas. Ia mendorong pelibatan generasi muda dalam sektor pertanian melalui pendekatan techno-farming dan edukasi digital. “Pertanian bukan pekerjaan masa lalu, tapi masa depan,” tandasnya.

Diskusi ini menggambarkan bahwa ketahanan pangan Indonesia akan ditentukan oleh keberhasilan kita mengintegrasikan teknologi dalam sistem pertanian, memperkuat ekosistem pendukungnya, serta memastikan bahwa inovasi tersebut dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua petani, tanpa kecuali.***