Marak Pinjol Ilegal, Legislator Sebut Yang Resmi Hanya Ada di OJK

Jendelakaba.com – Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan dalam kegiatan Ngobrol Bareng Legislator yang digelar oleh Kominfo RI pada Rabu (15/2/23) mengatakan harus cerdas dalam penggunaan digital.

Terutama saat ini lagi maraknya pinjaman online di dunia digital tidak telepas dari ekonomi digital serta berkembang pesat pada saat ini (Fintech).

“Kehadiran pinjol ilegal memanfaatkan ketidaktahuan orang tentang bagaimana cara mengelola pinjaman yang kita lakukan,” terangnya.

Farhan menuturkan bahwa biasanya dipinjamkan kepada orang-orang untuk kebutuhan konsumsi sehingga akan susah dalam proses pembayarannya.

“Orang menjadi percaya dengan pinjol adanya kemudahan penyediaan platform dan keterdesakan kebutuhan. Pinjol ilegal akan melanggar peraturan dari OJK dengan adanya komunikasi pribadi,” tegasnya.

Sehingga ia berpendapat dalam menangkal hal tersebut maka perlu adanya literasi digital terkait pinjaman online. Cara mengantisipasi ini maka lihat pinjaman online dari list situs yang ada di OJK.

“Hiraukan pinjaman melalui pribadi via whatsap dan telpon, dan lakukan pinjaman untuk keperluan produktif bukan kebutuhan konsumtif,” pintanya.

Sementara itu, Gia Raharja Guardian SalingJaga.ID Milenia akan memimpin pada tahun 2030 mendatang dengan nasionalistik, asertif dan agresif . Dan saat ini Indonesia sedang berada pada usia-usia produktif.

Ia juga beranggapan dunia saat ini tidak akan terbatas oleh jarak dan waktu. Dan banyak pekerjaan yang hilang digantikan oleh mesin da banya juga munculnya pekerjaan baru.

Oleh karena itu marak juga timbulnya pinjaman online. Dalam melakukan pinjaman kita harus mencek pinjaman online pada OJK dengan syarat terdaftar dan berizin.

“Pekerjaan berorientasi digital, kasir, pilot, dan pekerjaan lain juga akan digantikan oleh mesin dengan kecerdasan IA. Transaksi online atau e commerce tumbuh sebesar 12 persen dari setiap daerah,” paparnya.

Tantangan SDM sekarang yang pertama prilaku fisik, malas berfikir, malas berjalan dan lain-lain. Sehingga akan muncul penyakit-penyakit ini yang berhubungan dengan rendahnya aktivitas.

“Yang kedua hoax everywhere dan
yang ketiga KBGO, dan cyber security, kurangnya pemeretaan digital disetiap
pelosok daerah. Oleh karena perlu adanya kerjasama semua stakeholder yang terkait,” tutupnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *