Literasi Digital dan Transparansi Jadi Kunci Koperasi Merah Putih di Era Transformasi

Jendelakaba.com-Isu digitalisasi koperasi kembali mencuat dalam Forum Diskusi Publik bertajuk “Transformasi Digital Koperasi Merah Putih: Inovasi Ekonomi Indonesia Emas” pada Jumat, 12 September 2025. Sejumlah narasumber menekankan bahwa koperasi Indonesia harus segera masuk ke ranah digital agar tidak tertinggal dari perubahan ekonomi global.

Pegiat literasi digital, Gun Gun Siswadi, M.Si., menilai digitalisasi bukan sekadar memindahkan aktivitas koperasi ke platform online, tetapi membangun ekosistem yang transparan dan akuntabel. “Digitalisasi memungkinkan laporan keuangan dapat diakses real-time. Ini memperkuat kepercayaan anggota dan memudahkan koperasi mendapatkan pembiayaan eksternal,” jelasnya.

Menurut Gun Gun, data menunjukkan bahwa lebih dari 77 persen masyarakat Indonesia sudah terkoneksi internet dan mayoritas pengguna berada di usia produktif. Kondisi ini membuka peluang besar bagi koperasi untuk bertransformasi. Namun, ia mengingatkan bahwa tidak semua koperasi siap menghadapi perubahan. Masih banyak pengurus maupun anggota yang minim literasi digital, sehingga program pendampingan sangat dibutuhkan.

Sementara itu, N. Syamsul Panna, S.Kom., CEO Masjid Digital, menekankan pentingnya koperasi Merah Putih hadir sebagai simbol persatuan sekaligus inovasi ekonomi. Ia mencontohkan bagaimana digitalisasi di lembaga keagamaan mampu menghadirkan transparansi aliran dana. Pola serupa, menurutnya, dapat diterapkan koperasi agar anggota merasa aman dan percaya pada sistem.

“Bayangkan jika koperasi memiliki dashboard keuangan real-time, integrasi dengan e-wallet, dan transaksi otomatis tercatat. Maka, potensi moral hazard bisa ditekan dan kepercayaan publik meningkat,” ujarnya.

Syamsul juga menyoroti peluang koperasi digital dalam memperluas akses modal UMKM. Dengan memanfaatkan crowdfunding internal dan kerja sama dengan fintech legal, koperasi bisa menjadi solusi pembiayaan bagi anggota yang selama ini sulit mengakses perbankan.

Namun, ia mengingatkan bahwa transformasi digital membutuhkan tahapan yang realistis. Tidak semua koperasi bisa langsung membangun ekosistem penuh. “Strateginya bertahap: mulai dari administrasi, kemudian transaksi, hingga ekosistem bisnis. Dengan begitu, koperasi tetap bisa belajar sambil tumbuh,” tegasnya.

Lebih jauh, koperasi digital disebut sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs). Melalui platform digital, koperasi desa bisa memasarkan produk ke pasar nasional bahkan global. Hal ini membantu mengurangi kesenjangan kota-desa sekaligus memberdayakan kelompok yang sebelumnya terpinggirkan.

Pada akhirnya, baik Gun Gun maupun Syamsul sepakat bahwa digitalisasi koperasi adalah jalan menuju kedaulatan ekonomi nasional. “Koperasi digital bukan sekadar jargon, melainkan gerakan nyata. Gerakan yang berakar di masyarakat, transparan dalam pengelolaan, inovatif dalam layanan, dan tetap setia pada prinsip kebersamaan,” pungkas Syamsul.***