Jendelakaba.com, Polewali Mandar — Kementerian Kebudayaan RI menggelar kegiatan Literasi Sejarah Indonesia di Polewali Mandar, Kamis (20/11/2025), sebagai upaya memperkuat pemahaman sejarah di tengah meningkatnya arus informasi digital yang berisiko memunculkan distorsi sejarah. Kegiatan ini menghadirkan Anggota Komisi X DPR RI Ratih Megasari Singkarru, Kepala Subbag TU Direktorat Sejarah dan Permuseuman Tirmizi S.S, serta tokoh masyarakat Mandar Ilham Sopu.
Dalam keynote speech-nya, Ratih Megasari menegaskan bahwa literasi sejarah memiliki posisi penting sebagai “kompas” bangsa. Di tengah derasnya informasi digital, banyak konten sejarah yang terputus dari konteks dan bahkan dipelintir menjadi narasi keliru.
“Sejarah bukan sekadar tanggal dan nama tokoh. Ini adalah fondasi identitas bangsa. Tanpa literasi sejarah yang kuat, kita mudah terombang-ambing oleh narasi menyesatkan yang muncul di ruang digital,” tegas Ratih.
Ratih juga memaparkan data UNESCO dan survei literasi nasional yang menunjukkan rendahnya minat baca sejarah di kalangan pelajar. Bahkan, lebih dari 60% pelajar SMA di berbagai daerah tidak mampu menyebutkan tiga peristiwa sejarah nasional secara utuh. Kondisi serupa juga terjadi di Polewali Mandar, di mana akses pada sumber sejarah digital masih terbatas.
Lebih lanjut, ia menyoroti maraknya hoaks bertema sejarah yang peredarannya meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023–2024 tercatat lebih dari 150 hoaks sejarah beredar di media sosial. Sebagian bahkan menyasar sejarah lokal Mandar, mulai dari klaim palsu tentang genealogis suku hingga narasi provokatif tentang kerajaan-kerajaan lama.
Tirmizi S.S dari Direktorat Sejarah Permuseuman menambahkan bahwa literasi sejarah harus disertai literasi digital. Masyarakat perlu terampil memverifikasi sumber, membandingkan data, serta memahami konteks sebelum menerima suatu narasi sejarah sebagai fakta.
“Kita hidup di zaman ketika informasi sejarah bisa viral dalam hitungan menit. Jika tidak disertai kemampuan berpikir kritis, masyarakat mudah terjebak romansa masa lalu yang tidak berdasar,” ujar Tirmizi.
Kementerian Kebudayaan menekankan pentingnya digitalisasi arsip sejarah lokal, terutama manuskrip dan dokumen Mandar yang sebagian besar masih tersimpan secara luring. Kolaborasi antara pemerintah daerah, komunitas digital, sekolah, dan keluarga diperlukan agar proses ini berjalan cepat dan berkelanjutan.
Tokoh masyarakat Ilham Sopu mengingatkan bahwa Mandar memiliki peran besar dalam sejarah maritim Nusantara. Namun sayangnya, banyak tokoh lokal belum dikenal luas oleh generasi muda.
“Jika anak muda saja tidak mengenal Todilaling atau sejarah pelaut Mandar, maka sejarah Mandar akan semakin memudar di ruang digital,” tegas Ilham.
Kegiatan literasi ini diharapkan menjadi momentum bagi Polewali Mandar untuk mengembangkan dokumentasi sejarah lokal dalam platform digital seperti vlog, podcast, video edukatif, hingga arsip museum daring. Pemerintah pusat menegaskan komitmennya mendukung daerah memperkuat literasi sejarah sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa.***






