Jendelakaba.com — Pangkalpinang, Jum’at (17/05/24)- Fitri Napisa Sekretaris Umum Korps HMI-Wati (KOHATI) HMI Cabang Bangka Belitung yang juga mahasiswa Kebidanan Institut Citra Internasional Bangka Belitung soroti penyebaran kasus Demam berdarah dengue (DBD) di Bangka Selatan.
Fitri Napisa menyampaikan bahwasanya penyakit DBD jika gejala nya terlambat dikenali akan berdampak sangat berbahaya.
“Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah gejala DBD yang terlambat dikenal dan diobati dapat menyebabkan perdarahan dalam berbahaya” Ucapnya saat ditemui di Sekretariat HMI Cabang Bangka Belitung, Jum’at, (17/05/24).
Kemuadian Ia menyampaikan tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar nyamuk Aedes aegypti tidak bersarang yaitu dengan menerapkan 3 (tiga) M, yaitu menutup, menguras dan mengubur.
“tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar nyamuk Aedes aegypti tidak bersarang maka harus dilakukan beberapa hal sesuai slogan pencegahan demam berdarah (DBD) 3 M : Menutup,Menguras dan mengubur” lanjutnya.
Selain daripada 3 (tiga) M, Fitri juga mengatakan tindak pencegahan juga dapat dilakukan kepada perseorangannya melalui vaksin DBD.
“Kemudian berikan Vaksin DBD karena Vaksin demam berdarah juga sudah disetujui oleh BPOM RI. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak antar pemberian dosis per 6 bulan sebagai cara pencegahan demam berdarah sudah dapat diberikan pada orang-orang yang berusia 9-45 tahun” ujarnya.
Dalam hal ini Fitri menyoroti terkait kasus penyakit DBD dan DD yang terjadi di Bangka Selatan, pasalnya kasus penyakit DBD dan DD tersebut di Bangka Selatan telah mencapai angka yang sangat tinggi yakni 156 kasus dan sudah ada korban jiwa seorang balita.
“Menurut data pada pekan ke 2 bulan mei 2024 jumlah warga yang terkena DBD menembus 156 kasus. Menurut data tersebut adalah jumlah warga Bangka Selatan yang terjangkit DBD dan DD sejak priode Januari hingga Mei 2024 menembus 156 kasus. Mirisnya dari ratusan kasus itu menyebabkan dua orang balita meregang nyawa.
Jumlah tersebut tentunya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Diketahui sampai bulan Februari 2024 kasus DBD dan DD mencapai 78 kasus.
Total kasus DBD dan DD sudah 156 kasus. 79 kasus DD dan 77 kasus DBD serta seorang balita meninggal dunia,” ucap Fitri Napisa.
Fitri juga menyampaikan bahwasanya sebaran kasus DBD yang paling banyak pada wilayah Kecamatan Toboali dengan total kasus 49 kasus dan disusul beberapa wilayah kecamatan lainnya.
“Sebaran 77 kasus DBD paling banyak Kecamatan Toboali 49 kasus disusul Kecamatan Tukak Sadai 18 kasus dan Kecamatan Airgegas lima kasus kemudian Kecamatan Simpang Rimba empat kasus dan Kecamatan Payung satu kasus”, Ujar Fitri.
Fitri juga menghimbau pemerintah kabupaten Bangka Selatan untuk cepat tanggap dalam menangani penyebaran penyakit DBD dan DD tersebut, dan meminta untuk segera dilakukan berbagai macam tindakan pencegahan.
“Kemudian dihimbau kepada pemkab Basel untuk sadar akan pentingnya kesehatan masyarakat terutama dimusim penghujan karena DBD yg d sebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti pasti meningkat jadi pemerintah harus nya sadar akan hal tersebut untuk dapat bekerja sama dengan tim kesehatan setempat untuk turun kelapangan dan memberikan beberapa tindakan pencegahan kepada masyarakat seperti memberikan vaksin atau memberikan obat Abate untuk memperpendek siklus perkembangan larva nyamuk, sehingga larva nyamuk akan mati sebelum menetas agar setidaknya dapat mengurangi jumlah penduduk yg terkenal DBD” Ucap Fitri Napisa. ****