Oleh : Syaiful Anwar
Suatu hari Az-Zamakhsyari kecil menangkap seekor burung. Setelah menangkapnya burung itu ia ikat dengan benang. Tiba-tiba burung itu terlepas dari tangannya dan masuk ke dalam sebuah lubang.
Karena burung itu lepas dari tangannya maka Az- Zamakhsyari menarik benang itu dengan kencang sehingga kaki burung itu terputus. Melihat kejadian tersebut ibunya sedih dan marah sehingga keluarlah kata- kata dari mulutnya,
“Semoga Allah memotong kakimu sebagaimana kamu telah memotong kaki burung itu.”
Singkat cerita, ketika Az-Zamaksyari pergi ke Bukhara untuk menuntut ilmu (belajar), di tengah jalan ia terjatuh dari kendaraan yang ia tunggangi yang menyebabkan kakinya patah. Karena parah dan tak mungkin dipertahankan lagi, maka tabib menyarankan agar kakinya diamputasi.
***
Ajaib! Memang doa itu ajaib. Hanya beberapa patah kata sebagai bentuk kekesalan dari seorang ibu terhadap anaknya, Allah memperkenankan permintaan-nya. Inilah yang dialami oleh seorang Az-Zamakhsyari, yang kelak ternyata ia menjadi seorang ulama terkenal dengan karya monumentalnya, Tafsir Al-Kasysyaf. Ia terkenal sebagai ulama yang cacat, kakinya buntung, buah dari kata-kata yang dilnontarkan ibunya.
Wahai para Ibu, hati-hatilah dengan kata-kata. Janganlah kekesalanmu terhadap ulah anakmu mem- buatmu tak terkendali sehingga mengeluarkan sumpah serapah. Sumpah serapahmu dan doamu itu bisa dikabul- kan Allah.
Wahai anak-anakku, anak dari kedua orang tuamu, janganlah kamu pancing kemarahan kedua orang tuamu, terutama ibumu, ibumu, dan ibumu. Tidakkah kisah di atas menjadi pelajaran bagimu?