ISTIGHFAR HEBAT, REZEKI MENDEKAT

Foto Ilustrasi

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh

Penyumbat Pipa Rezeki
Pernahkah Anda sudah berusaha sekuat tenaga, tapi rezeki terasa tersendat dan
tersumbat?
Pernahkah Anda merasakan kesumpekan hidup yang seolah menghimpit Anda, dan
Anda serasa tidak bisa bergerak? Wah, semestinya segera dicek atau dideteksi! Ibarat
penyakit, jika segera dideteksi penyebabnya, bisa-bisa penyakit itu sudah parah. Bahaya
kan?

Rezeki itu sudah ada dan sudah disiapkan Allah. Dan rezeki Allah dialirkan kepada
orang yang sudah menyiapkan jalan untuk datangnya rezeki. Artinya, jika rezeki
tersumbat, artinya ada ketidaksiapan diri kita dalam menerimanya.

Lho, saya kan ingin rezeki datang? Bahkan saya selalu siap menerima aliran rezeki?
Pertanyaan yang bagus. Begini ya. Rezeki itu sejatinya akan mengalir deras dari
pipanya, jika di dalam pipanya nggak ada sumbatan, baik itu kotoran, batu, dan lain-
lain. Otomatis, jika ada sumbatan yang tersumbat pulalah rezeki.

Lalu, apa penyumbat rezeki itu? DOSA. Ya, dosa itulah penyumbat pipa rezeki.
Benar, dosa itu penyumbat rezeki. Semakin banyak dosa, semakin terhalang datangnya
rezeki. Karenanya, sumbatan berupa kotoran itu harus segera dibersihkan.
PEMBERSIHNYA adalah ISTIGHFAR.

Dosa apa saja yang menjadi penghalang rezeki?
1. Dosa kepada Allah
2. Dosa kepada manusia
3. Dosa kepada alam.

1. Dosa kepada Allah
Dosa kepada Allah bisa dilihat dari ibadah wajib dan ibadah sunah. Selama Anda
menjalankan usaha Anda, bagaimana ibadah wajibnya? Bagaimana sunahnya? Kalau
ibadah Anda berantakan, jangan salahkan jika rezeki tersumbat, dan tidak mengalir
deras.

Saya banyak menerima konselingan para pengusaha yang jatuh dan susah bangun lagi,
itulah penyebabnya! Gagal mengurusi ibadah wajib dan sunahnya. Kalau mau bisnis
Anda lancar, benahi ibadah wajib dan sunah Anda. Misal, tiap pagi paksain diri harus
shalat Duha, malam jangan lupa Tahajud.

Saya pernah datang ke sebuah mall besar yang jual segala macam perabot rumah tangga.
Waktu itu jam 16.30, saya tanya sama penjualnya, “Pak, sudah shalat Ashar, Pak?”
“Belum, ustadz… Selama saya kerja di sini saya nggak bisa shalat Ashar tepat
waktu.”
Saya bilang, “Makin bapak ngomong tidak bisa, maka bapak akan semakin
terpenjara.”
“Tapi, ustadz…”

Sudahlah, asal Anda ngomong baik-baik, “Pak, boleh nggak saya izin shalat Ashar tepat
waktu?” masa iya sih nggak dikasih izin? Rata-rata di Indonesia pasti diizinkan. Saya
sering lihat kok orang-orang Nasrani, Kristiani, Hindu, Budha, jadi pimpinan, tapi justrubilang ke yang Muslim, “Eh shalat…shalat…udah waktunya shalat.” Banyak kok yang
kayak gitu.

Saya juga pernah berdialog dengan teman saya. Ia ketika itu Wakil Kepala Sekolah di
SMK. Awalnya ia hanya seorang guru, kemudian karena ada dipromosikan jadi Wakil
Kepala Sekolah, ia pun menerima tawaran itu. Namun, apa yang terjadi setelah jadi
Wakil Kepala Sekolah? Shalatnya sering terlambat, pertemuan dengan keluarganya jadi
jarang sehingga keluarganya terbengkalai, bisnis batu bata samping-annya tak terkontrol
padahal omsetnya bisa jutaan dalam seminggu, dakwahnya pun jadi sedikit terhambat.

Saat ia mengeluhkan kondisi tersebut dan meminta pendapat kepada saya, apakah tetap
jadi Wakil Kepala Sekolah sampai jabatan habis, atau mengundurkan diri? Saya jawab
dengan tegas, “Segera mengundurkan diri. Masa iya hanya karena tunjangan 1 juta
sebulan, Allah dikesampingkan, keluarga te-bengkalai, dan bisnis berantakan?”
Akhirnya, ia pun mengundurkan diri. Dan kini ibadahnya teratur, keluarganya terurus,
roda bisnisnya kembali jalan, dan dakwahnya jalan.

Jadi, jika ingin hidup lancar, rezeki mengalir, perhatikan bagaimana urusan Anda
dengan Allah, karena jika urusan Anda dengan Allah nggak beres, maka Allah akan
membuat hidup dan rezeki Anda pun tidak beres.
 Jika pekerjaan Anda menjauhkan diri Anda dari Allah, segera tinggalkan.
 Jika tempat kerja Anda melarang Anda mengenakan jilbab keluar saja.
 Jika bos Anda melarang Anda shalat, segera saja Anda resain dari perusahaan
tersebut.

Saya serius! Kenapa kita lebih nurut kepada manusia dibanding sama Allah? Kenapa
kita lebih takut kepada bos ketimbang kepada Tuhannya bos Anda?

Kata Allah “Wa la takhsyauhum wakhsyauni”. Jangan takut sama mereka, tapi takutlah
hanya kepada-Ku.

Jika Anda keluar dari pekerjaan Anda karena Anda ingin MENGISTIMEWAKAN
Allah, maka Allah akan mengistimewakan Anda. Bisa saja Anda dapat pekerjaan yang
lebih baik, atau Allah memberi modal usaha dengan cara-Nya, sehingga Anda jadi
pengusaha sukses. Tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini. Dan saya sudah
mengalaminya.

Jadi, mulai sekarang cek dosa Anda kepada Allah. Jangan sampai ibadah wajib Anda
keteteran. Jangan sampai shalat sunah qabliyah dan ba’diyah Anda ketinggalan.

Alkisah, ada orang yang mendapat warisan 100 juta di tahun 2005. Tahun 2006
bukannya naik, malah turun tinggal 50 juta. Dan akhirnya pada tahun 2007 warisan itu
ludes, dan rugi di tahun 2008. Terus dia bilang, “Ah, kalau dalam dunia bisnis, rugi 50
juta itu biasa.”

Kalau usaha Anda rugi, harusnya Anda mikir, langsung nyerah sama Allah, nanya sama
Allah ada apa dengan hidup Anda? Anda lihat urusan ibadah Anda, baik yang wajib
maupun yang sunah. Benerin itu! Benahi ibadah wajib. Latihan dulu konsentrasi ke
Zuhur, Zuhur ke Ashar, Ashar ke Magrib, Magrib ke Isya, Isya konsentrasi ke Tahajud,
Tahajud lalu kon-sentrasi penuh ke Subuh.

Jadi, kalau mau rezeki tidak terhalang, benahi dulu ibadahibadah kita. Laksanakan yang
wajib, hidupkan yang sunah.

2. Dosa kepada manusia
Sekarang kita cek dosa kita kepada sesama manusia. Ingat, ini adalah bisa menjadi
penyumbat pipa rezeki kita.

Kalau Anda kerjaannya suka menyusahkan orang, menyulitkan orang, nanti kesulitan
dan kesusahan itu akan kembali ke diri sendiri, bukan ke siapa-siapa.
“Aa, gimana kalau misal kita punya salah sama sese-orang tapi kita tidak berani
mendatangi dia?”

Itu manusiawi. Caranya adalah Anda berdoa kepada Allah supaya diberi keberanian,
diberi kesempatan, dan diberi peluang untuk bertemu orang tersebut dalam keadaan
orang tersebut sudah bisa menerima Anda. Sudah bisa memaafkan kesalahan Anda.

3. Dosa kepada Alam
Tanpa disadari kadang kita berbuat dosa kepada alam yang Allah ciptakan. Misal, ketika
Anda mau buka usaha naikin dan nurunin badan, kursus, sedot WC, private, dan lain-
lain, Anda menyakiti pepohonan. “Apa urusannya dengan pepohonan, Aa?” Eh, Bos,
pepohonan itu bertasbih kepada Allah, pepohonan itu semua berzikir kepada Allah, lagi
enak-enak zikir Anda datang maen paku aja itu pohon.

Bikin selebaran, dipaku ke pohon. Kelihatannya tulisan, “Kursus bahasa Inggris dan
Jepang, bisa tuntas dalam 1 bulan. Hubungi sekian kosong sekian.” Tapi Anda taruh di
mana? Di pohon, dipaku tuh pohon. Anda pasang billboard, tapi yang Anda kalahin
pohon asem, yang umurnya sudah 100 tahun. Pohon asem itu akan nyumpahin billboard
Anda tuh! Pohon asem itu akan minta pada Allah untuk kirimkan angin, “Robohin aja
billboard ini, ya Rabb! Dulu dia ngerobohin saja, lagi enak zikir dirobohin.” Lalu Allah
mengirimkan angin merobohkan billboard itu. Sadar nggak kita?

Anda bikin usaha nggak usah tebang pohon ini pohon itu. Cari saja tanah lain yang
masih kosong, sehingga mereka (pohon-pohon itu) akan bilang, “Ya Rabb, dulu saya
ada di sini, tidak diganggu oleh dia, maka keberadaan mereka di sini tidak mengganggu
saya, maka ya Allah jagain dia dan usahanya.” Nah, pohon-pohon itu akan berdoa.

Jika Anda selama ini sudah merusak pohon-pohon dengan memaku dan menebangnya,
yang menye-babkannya punah, maka tebuslah dosa itu dengan menganggarkan tiap
bulan menanam satu atau dua pohon. Kita jaga lingkungan kita, kita bilang sama Allah,
“Saya mau jadi pengusaha yang tidak merusak alam-Mu ya Allah,” maka alam pun
mendoakan Anda, karena Anda mempunyai visi misi tidak merusak. Tapi bilamana
Anda merusak alam Allah, maka bukan cuma Allah yang murka, tapi alam-Nya pun
murka kepada Anda.

Kemiskinan = Belenggu

“Saya lagi diuji Tuhan!” demikian seorang yang ditimpa kemiskinan dengan pedenya
menyatakan bahwa ia sedang diuji.
Hei, ingat! Tidak selamanya kemiskinan itu ujian. Hati-hati, bisa jadi ia adalah
‘kutukan’. Eh, salah, maksudnya kemurkaan Allah atas tindakan tidak sadar kita
mengikatkan pada sesuatu yang seharus-nya tidak pelu diikatkan.

Penyebab kemiskinan itu adalah belenggu. Orang yang terbelenggu kemerdekaannya,
dia tidak akan pernah merasakan sebagai orang kaya. Yup, bagaimana Anda bisa
menjadi orang kaya, kalau Anda dengan sadar mengikatkan diri pada utang. Bagaimana
Anda bisa menjadi kaya, kalau Anda berpenghasilan kecil berani mengambil kredit
besar atau sama dengan penghasilan.

Huh, saya pernah merasakan hal yang satu ini. Ya, dulu saya termasuk orang yang
‘panasan’. Di pikiran saya, yang penting dapat barang, biarlah berutang. Yang penting
bisa dapat sesuatu, biarpun harus kredit.

Sekarang, saya sudah bisa membebaskan belenggu ini. Apa pun yang saya beli, saya
usahakan beli secara cash. Tampaknya sedikit sombong saya ini ya, hehehe. Bukan,
saya hanya ingin membebaskan dari belenggu yang namanya UTANG. Soalnya, saya

pernah trauma dengan yang satu ini. Hehehe. Ingat ya, ketika kita berusaha
membebaskan diri dari belenggu ini, Allah akan berikan jalan kemudahan. Bukankah
Nabi kita, Muhammad saw. sendiri selalu berlindung dari utang? Pertanyaan saya, siapa
yang mau dicontoh, Nabi kan? Jawab saja. ^-^

Tapi, kalau nggak berutang, saya nggak akan punya apaapa? Oke, saya maklumi.
Namun, tanya dulu, apakah yang Anda beli dan Anda perlukan itu KEINGINAN atau
KEBUTUHAN? INGIN tidak sama dengan BUTUH. INGIN cenderung mendekati
nafsu, sedangkan butuh mendekati kepada hal yang memang sangat diperlukan sebagai
hal yang primer.

Dua bulan yang lalu, saya bertemu dengan teman lama kuliah, namanya Nofrizal,
namun ia kerap dipanggil Syekh Inof. Ia berbicara panjang lebar kepada saya. Kata
beliau, “Saya adalah PNS yang tidak berutang, sehingga saya disebut orang gila. Ah,
beginilah mindset kapitalisme. Kita diseret kepada pola pikir, jika penghasilan sudah
sekian, maka wajib berurusan dengan bank, dan seolah wajib berutang.”

Boleh Anda marah dan tersinggung dengan kata-kata saya ini. Tapi, jangan dulu tutup
bukunya ya, hehehe. Mari sejenak kita merenung dan bertanya dengan jujur ke dalam
hati masing-masing. Mohon jawab pertanyaan di bawah ini…
• Siapakah Nabi Muhammad? Benarkah beliau anutan kita?
• Pernahkah Nabi mengajarkan kepada umatnya menjadi ahli utang?
• Apakah ketika kematian menghampiri, dianggap selesai juga utang?
• Apakah dengan tidak berutang, segala keinginan kita tidak akan terwujud?

Sudah dapat jawabannya? Kalau sudah dapat, mari samakan dengan jawaban saya. Jika
sama, Anda berhak mendapat hadiah, makan gratis di rumah masing-masing, hahaha.
 Nabi Muhammad adalah anutan kita

 Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan kita berutang, bahkan beliau
BERLINDUNG DARI UTANG. Sabdanya, “Ya
 Allah, lunasilah utang-utangku dan jauhkanlah aku dari kemiskinan.” (HR.
Muslim)
 Ketika mati menghampiri, jika dalam keadaan berutang, maka utang tidak lantas
selesai. Bahkan, jenazah orang yang berutang tidak boleh dishalatkan, sebelum
ada ahli waris atau orang yang bertanggung jawab untuk melunasi utang-
utangnya. Huh, ngeri…
 Dengan tidak berutang, segala keinginan kita bisa terwujud, asalkan sabar dan
tidak panasan. (Saya sudah membuktikannya).
 Sekarang, apa yang harus Anda lakukan?

Keluarlah dari belenggu keterikatan. Merdekakan dari segala keinginan. Jangan mudah
panas ketika orang punya ini dan itu. Ukur saja sesuai kemampuan. Niscaya Anda akan
menjadi orang yang paling kaya. Benarlah kiranya sabda Nabi, “Bukanlah kaya itu
karena banyaknya harta, namun kekayaan sejati itu adalah kekayaan jiwa/hati.” Maksud
sabda Nabi ini, bukan berarti kaya harta tidak boleh, tapi kekayaan hatilah yang menjadi
inti dari kekayaan. Kalau kaya, tapi “kaya utang”, itu bukanlah kaya, tapi masih miskin.
Karena masih terbelenggu, terikat, dan belum merdeka. Setuju tidak setuju, iya-kan
sajalah.

Beragam Masalah, Satu Solusi
Suatu hari, ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada Hasan Al-Bashri. Ia pun
menyarankan pada orang itu agar memperbanyak beristighfar. “Memohon ampunlah
kamu kepada Allah,” katanya.

Datang lagi orang lain kepada Hasan Al-Bashri. Kali ini ia mengadukan kefakirannya.
Ia juga menyarankan orang itu agar memperbanyak beristighfar. “Memohon ampunlah
kamu kepada Allah,” katanya.

Datang lagi orang lain kepadanya dan mengadu, “Wahai Hasan Al-Bashri, mohonkanlah
kepada Allah agar Ia memberiku anak!”

“Perbanyaklah kamu beristighfar kepada Allah.Niscaya Allah akan memberimu anak!”
saran Hasan Al-Bashri.

Datang lagi orang lain kepada Hasan Al-Bashri, kali ini ia mengadukan kebunnya yang
dilanda kekeringan melulu. Maka
Hasan pun menasihatinya, “Memohon ampunlah kepada
Allah!”

Mendengar saran Hasan Al-Bashri yang selalu sama atas setiap permasalahan yang
berbeda-beda yang dihadapi orangorang, maka orang-orang itu pun bertanya kepadanya,
“Wahai Hasan Al-Bashri, banyak sekali orang yang mendatangimu untuk mengadukan
permasalahan yang berbeda-beda, tapi mengapa engkau menasihati mereka dengan
nasihat yang sama. Semuanya engkau suruh agar memperbanyak beristighfar?”

Hasan Al-Bashri pun dengan tenang menjawab, “Sungguh, aku tidak berkata menurut
hawa nafsuku. Sesungguhnya Allah telah berfirman, ‘Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.’” (QS. Nuh [71]: 10-12)

Menakjubkan! Inilah kata-kata yang terlontar dalam diri saya. Ya, betapa tidak, beragam
masalah hanya bisa diselesaikan dengan ISTIGHFAR saja. Tentu, istighfar bukan
sekadar istighfar. Istighfar bukan sekadar ucapan, tapi gerak hati dan gerak tubuh itulah
yang akan mengubah hidup Anda dengan perantaraan istighfar. Oleh karena itu, jika

Anda ingin dihujani rezeki dan dialirkan sungai kekayaan, tiada jalan yang terhebat
selain istighfar. Yup, mohonlah ampun kepada Allah sepenuh jiwa Anda.

Ya, barangkali ketika Anda berusaha atau berbisnis melakukan dosa dan kesalahan yang
tidak Anda sengaja, dan bahkan barangkali disengaja. Mari kita cek bersama! Mari kita
tarik peristiwa masa lalu, kemudian setelah menemukannya, segera obati dengan
istighfar dan taubat.
 Dalam berjualan, pernahkah mengurangi tim-bangan?
 Dalam berbisnis, pernahkah mengatakan barang bagus, padahal kualitas
sesungguhnya kurang bagus?
 Dalam berbisnis, pernakah menzalimi tim/ karyawan/patner?
 Saat berbisnis, pernah melalaikan shalat dan kewajiban lain Anda sebagai
Muslim?
 Pernahkah berutang untuk modal bisnis, lalu melalaikan pembayaran?
 Dan lain-lain

Pokoknya cek! Saya tidak tahu persis apa yang telah Anda lakukan. Yang tahu itu tentu
Anda sendiri, bukan? Hehehe.

Sudah saya sampaikan di Prakata, bahwa saya pernah ‘dosa’ yang namanya UTANG.
Huh, saya sampai ‘dikejar-kejar’ dan bahkan diancam penjara. Ini soal unfinished
business. Saya memang ceroboh. Saya memang terlalu mudah percaya dengan orang
ketika itu. Posisi saya justru dirugikan. Tapi ya sudahlah. Yang jelas, saya belajar
banyak bahwa ‘utang’ itu ibarat dosa. Maksudnya? Ya, alangkah resahnya jiwa ini saat
berutang. Tidur nggak enak. Makan nggak nikmat. Pikiran semrawut. Ibadah kadang
kurang khusyu. Tapi, alhamdulillâh, saya bisa menyelesaikan utang tersebut dalam
jangka 1 tahun. Setelah itu, saya bertekad. Apa pun yang saya miliki, saya beli secara
cash, tidak kredit. Saya tahan segala keinginan, yang penting saya tenang dan tidak

berutang. Saya TAUBAT, ya TAUBAT untuk tidak berutang lagi. Toh, ketika prinsip
ini saya pegang, jiwa saya terasa bebas, kaya, hidup penuh berkah.
Nggak percaya? Rasakan saja.

Bukan Hanya Solusi, Nikmat pun Menghampiri
Kenikmatan adalah salah satu nilai yang dicari oleh setiap orang. Apalah artinya hidup
kalau tidak menikmati kehidupan. Apalah artinya semua yang kita miliki kalau kita
tidak menikmatinya. Betapa banyaknya orang yang berhasil mendapatkan yang
diinginkannya, tetapi setelah itu mereka tidak me-nikmatinya, bahkan menderita
karenanya. Kenikmatan hanyalah akibat dari sebab-sebab yang sudah kita lakukan.
Sementara ketika dalam proses, atau di saat menjalankan kegiatan kita tidak lepas dari
kesalahan. Maka untuk menyempurnakan sebab agar tidak cacat, kita perlu beristighfar.
Di sinilah istighfar sebagai penutup yang menghadirkan kenikmatan sepanjang masa,
bahkan bisa bertambah-tambah. Karena kalau kita tidak beristighfar, kita akan
mendapatkan buah dari kesalahan. Sedangkan buah dari kesalahan adalah kegelisahan,
atau sebuah kejadian yang tidak menyenangkan.

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan mem-beri kenikmatan yang
baik (terus-menerus) kepada-mu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
siksa hari kiamat.” Demikian janji Allah dalam QS. Hud [11]: 3.

Mereka Telah Membuktikan Kedahsyatan Istighfar
Bukan hanya solusi, bukan hanya kenikmatan, istighfar pun menjadi jalan datangnya
rezeki. Jika dosa adalah penyumbat pipa rezeki, maka istighfar adalah pembukanya.

Inilah kisah nyata orang-orang yang telah merasakan kedahsyatan istighfar.
1. Dagangan Laris dengan Istighfar

Dalam buku "At-Tadâwi bil istighfâr" karya Hasan bin Ahmad Hammam, dikisahkan
bahwa dengan istighfar dagangan akan menjadi laris.

Dalam kitab tersebut diceritakan "Seorang lelaki pergi ke pasar untuk menjual
dagangannya. Waktu itu pasar penuh sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di
tempat yang disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya. Waktu berlangsung
lama tapi tak seorangpun tertarik dengan dagangannya. Orang-orang hanya melihat lalu
pergi. Dia sangat membutuhkan uang sehingga mau tidak mau harus menjual barang
dagangannya. Waktu sudah berjalan cukup lama namun tak seorangpun membeli
dagangannya.

Dia merasa sempit dan berpikir keras apa yang arus dilakukan. Seketika dia ingat
sebuah Hadis (Hadis keutamaan istighfar) yang pernah didengarnya dari imam masjid. 1
Maka dia pun mulai beristighfar dan terus beristighfar.
Dia bercerita, "Demi Allah, tatkala saya mulai ber-istighfar orang-orang mulai datang,
yang ini ingin membeli yang lain juga ingin membeli, yang lain lagi menaikkan tawaran
lebih tinggi, mereka berebut untuk membeli dagangan saya.

Aku pulang dengan membawa banyak uang, semen-tara air mataku menetes karena
selama ini telah melalaikan barang

”Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan melapangkan setiap
kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya, dan memberinya rezeki
tanpa diduga-duga.” (HR. Abu
Dawud dan Nasa'i)

yang sangat berharga, yakni istighfar. Maka lidahku tak hentihentinya memuji alhamdu
lillâhi Rabbil ‘âlamîn".

 

2. Istrinya Positif Hamil
Diceritakan, seorang pria mendatangi Imam masjid Nabawi di kota Madinah, Arab
Saudi. Pria tersebut menyampaikan keluhan kepada imam masjid bahwa ia telah
beberapa tahun menikah namun belum juga dikaruniai keturunan oleh Allah Swt.
Berbagai terapi medis telah dijalani bersama sang istri, akan tetapi semua ikhtiar
tersebut belum membuahkan hasil. Pria tersebut mengharapkan agar sang imam
berkenan untuk mendoakannya agar Allah berkenan untuk mengaruniai keturunan.

Sang imam pun bersedia untuk mendoakan pria tersebut. Namun imam juga meminta
agar pria tersebut juga tetap berdoa serta rajin membaca istighfar. Pria itu pun menuruti
nasihat sang imam. Kemudian pria tersebut semakin rajin berdoa dan membaca
istighfar. Selang beberapa waktu pria tadi datang kembali menemui sang imam dengan
wajah berseriseri, ia menyampaikan terima kasih karena akhirnya istrinya telah positif
hamil.

3. Hujan Deras
Suatu waktu, kemarau panjang menerpa negeri muslimin. Amirul mukminin, Umar bin
al-Khaththab tak mau tinggal diam. Beliau berinisiatif memohonkan hujan. Akan tetapi,
bukannya salat istisqa’ seperti yang direncanakan Umar pada awalnya melainkan beliau
seorang diri hanya melafalkan kalimat-kalimat istighfar.

Namun ternyata Istighfar Umar bukan sembarang istighfar. Tapi istighfar yang penuh
ijabah. Benar saja, tak lama kemudian, hujan deras membasahi tanah muslimin.
Seseorang yang keheranan langsung bertanya, “Bagaimana bisa Anda memohon hujan
hanya dengan membacakan istighfar?”. Dengan enteng, Umar ra berujar, “Aku
memohon hujan dengan kunci-kunci langit.”

4. Selamat dari Fitnah.

Adalah kisah dari mancanegara. Seorang dokter spesialis jantung bernama Dr. Khalid
Jubair, beliau menceritakan tentang pengalaman pribadinya mengenai fadhilah
istighfar yang dialaminya sendiri.

Pernah bahwa suatu waktu beliau terancam dipecat dari pekerjaan, karier dan posisinya.
Hal itu disebab-kan ia tidak disukai oleh rekan-rekannya yang ber-jumlah lima orang
dokter yang bekerja dan bertugas di rumah sakit yang sama. Beliau mengatakan rekan-
rekannya itu merencanakan fitnah agar dirinya di pensiun dinikan. Setelah mereka
membuat tuduhan dan melaporkan ke pihak atasan, kemudian pihak atasan merespons
laporan dari rekan-rekannya itu dan akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan
konsekuensi pecat atau pensiun dini jika laporan tersebut terbukti benar.

Saat mendengar berita yang tidak beliau harapkan itu sebagai manusia biasa beliaupun
awalnya sempat merasa sedih, kalut dan hampir stres. Beliau terus memikirkan hal ini
hingga berlarut-larut dan terus berusaha meyakinkan atasan bahwa dirinya tidaklah
seperti yang dituduhkan. Akan tetapi usaha beliau ini tampaknya sia-sia belaka, karena
kuatnya perlawanan dari 5 (lima) kolega beliau. Beliau terus berjuang memulihkan
nama baik beliau dan menghindari sanksi yang tidak beliau inginkan. Harapan terus ada,
ikhtiar terus dijalankan walaupun sebenarnya ada juga perasaan hampir putus asa.

Hingga pada suatu hari, beliau pergi ke masjid untuk menunaikan shalat Ashar, dan
ketika keluar seusai shalat, tibatiba beliau teringat sesuatu. Beliau ber-gumam, “Selama
ini semua orang yang sakit datang kepadaku dengan harapan besar agar aku
mengobati mereka, tapi mengapa sekarang aku sendiri justru tidak mampu mengobati
diriku sendiri dari penyakit kesedihan yang kualami ini? Harusnya tidak seperti ini."
Begitu pikir beliau. Selanjutnya tiba-tiba beliau teringat keutamaan istighfar, dan
merasakan adanya dorongan yang sangat kuat untuk melakukannya. Maka sepanjang
perjalanan pulang beliaupun mulai mengulang-ulang bacaan istighfar ini:
“Astaghfirullâhal-ladzi lâ ilaha illâ Huwal-Hayyul-Qayyûm, wa atûbu ilaih”

(Aku bersitighfar (memohon ampun) kepada Allah, Yang tiada tuhan yang berhak
diibadahi selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus, dan aku bertobat
kepada-Nya).~ HR. AlHakim dari Ibnu Mas’ud dan At-Tirmidzi dari Bilal bin Yasar bin
Zaid.

Dan saat sampai ke rumah, begitu tangan beliau menggenggam gagang pintu untuk
membukanya, beliau mengatakan adanya semacam pengalaman spiritual yang merasuk
ke dalam hati beliau. Menurut beliau, tiba-tiba ia merasakan hadirnya kelapangan hati
dan ketenangan luar biasa yang mengalir di dalam hati. Sehingga beliaupun tak henti
membaca lafadz istighfar tersebut, setiap saat dan dalam segala kondisi.

Singkat cerita, hingga pada suatu waktu, semua tuduhan yang menjadi rumor buruk
terhadapnya ternyata tidak terbukti. Tentu saja beliau terkejut sekaligus bersyukur
mengetahui kabar ini. Dengan begitu beliau menjadi bebas dari sanksi pemberhentian
kerja dan namanya pun menjadi bersih kembali.

Tak cukup sampai disitu, akibat fitnah yang dialamat-kan kepada beliau tidaklah
terbukti, lima koleganya yang melaporkan beliau itu pun turut menerima konsekuensi
atas tuduhan yang tidak berdasar tersebut, di antara mereka ada yang dimutasi dari
tempat dan posisi kerjanya semula, ada yang justru dipensiundinikan, ada yang
mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada beliau dan instansi terkait.

#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *