DOA YANG MAKBUL

Ilustrasi Doa Yang Makbul

 

Oleh : Syaiful Anwar

 

Seorang maharaja sedang tidak sehat. Dia tampaknya berada di ambang kematian karena fisiknya yang pucat. Kaisar mempertanyakan seorang kyai yang menunggunya tentang kepemimpinannya pada masa pemerintahannya ketika kondisinya semakin memburuk. Kyai tersebut mengatakan bahwa selama ini raja telah memerintah secara tidak adil.

Kaisar melompat dari tempat tidurnya karena terkejut, seolah-olah disambar petir di siang hari bolong, dan merasa sehat kembali. Tanpa penundaan, dia memeluk ulama itu erat-erat sebagai tanda penghargaan. Raja mengalami depresi selama berhari-hari setelah mengetahui bahwa keyakinannya salah. Dia tidak menyadari bahwa penindas ditakuti karena kebrutalannya karena dia yakin dirinya adalah raja yang bijaksana dan adil. Namun, dia mampu berdiri dengan cepat dan merasa puas. Raja kemudian mengadakan perayaan pada suatu malam untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya karena telah hidup.

Hampir seluruh warga ibu kota hadir. Belum lagi kaum dhu’afa yang mengalami penindasan yang meluas.

“Mana doa dan kutukan kalian terhadap raja zalim yang kalian dengung-dengungkan setiap saat, supaya aku cepat hancur?” seru maharaja dengan garang kepada kaum dhu‟afa itu.

Kyai yang mewakili kaum du‟afa menjawab, ”Baginda, kami sadar sekali bahwa doa kaum yang tetindas itu makbul. Karena kami sakti maka kami pun mengutuk, ”Ya Allah, jatuhkan kutuk-Mu sehingga baginda menjadi penguasa yang adil, bijaksana, luhur, agung, berbahagia di dunia dan di akhirat, dikaruniai nikmat Islam, serta husnul khatimah turun-temurun. ”

Mendengar hal itu, sekali lagi maharaja itu terpental dari singgasananya, lantas memeluk kyai itu lagi erat-erat sambil menangis sejadi-jadinya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *