DI DUNIA YANG FANA INI TIDAK ADA YANG ABADI

Khazanah

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Di dunia yang fana, di mana tidak ada yang abadi, tak  seorang pun menurut al-Kindi dapat melepaskan diri dari kesedihan dan kesengsaraan. Keinginan untuk selamanya memiliki harta duniawi yang kebetulan dimiliki seseorang untuk sementara merupakan suatu keinginan yang sia-sia, karena yang demikian itu, sama dengan menginginkan bahwa benda-benda fana di dunia ini abadi atau permanen dalam waktu. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk menghindarkan kesedihan yang tidak perlu dengan cara mengembangkan sikap merasa puas (Qanaah) dan mengakui, melalui observasi yang jelas, bahwa ―keinginan pada atau pengelakan obyekobyek inderawi bukanlah sesuatu yang niscaya melainkan kebiasaan atau karena penggunaannya yang keseringan‖. Orang yang berakal akan membiasakan dirinya untuk menikmati harta sementaranya yang telah ia miliki selama ini. Karena itu, penawar dari penyakit sedih‖ ini bukanlah obat-obat terlarang, racun dan sebagainya, melainkan dalam ketabahan moral dan tawakal, yang penanamannya harus secara bertahap dan metodis, sampai kebiasaan tersebut sepenuhnya tertanam dalam jiwa kita. 

 

Salah satu obat sederhana yang mungkin dapat ditawarkan di sini adalah mengamati sifat dasar dari kesedihan itu; apakah ia merupakan sesuatu yang ditimbulkan  oleh tindakan kita atau oleh tindakan orang lain. Kalau berasal dari kita, kewajiban kita adalah menahan diri dari melakukan apa yang telah menimbulkan kesedihan tersebut. Kalau dari tindakan orang lain, kewajiban kita adalah memperkirakan apakah kita bisa hindarkan atau tidak. Jika bisa, maka kewajiban kita adalah melakukannya; jika tidak bisa kita hindarkan, maka adalah bodoh untuk bersedih terhadap masa depan bencana yang kita takutkan sebelum itu benar-benar menimpa diri kita. Sebaliknya justru kita harus berharap, semoga hal itu masih bisa dihindarkan, dengan kesadaran bahwa bagaimana pun kedatangannya berada di luar kekuasaan kita untuk menghindarkannya. 

 

Seni yang lebih rumit yang  harus  kita  ambil dalam hal ini adalah mengingat kembali bagaimana kesedihankesedihan kita yang lalu dan juga kesedihan-kesedihan orang lain kini semuanya telah sirna dan lama-kelamaan terlupakan. 

 

Cara berikutnya adalah mengingat bahwa kehilangan apapun yang  kita telah derita, juga diderita oleh banyak orang sebelum kita, dan bahwa pada akhirnya mereka semua mau menerima kehilangan tersebut. 

 

Cara  ketiga adalah mengingat bahwa keinginan untuk sama sekali tidak ditimpa oleh bencana sama dengan menginginkan bahwa kita tidak pernah ada‖. Karena bencana merupakan akibat logis dari kefanaan segala makhluk/wujud yang ada, sehingga apa yang ada secara alamiah agar tidak ada, sama dengan menginginkan sesuatu yang tidak mungkin. Siapa  saja  yang mengharapkan yang tak mungkin pasti ia akan kecewa dan akan terperosok dalam keadaan menyedihkan. Tetapi kesedihan ini sebenarnya disebabkan oleh ketidaktahuannya sendiri terhadap sifat dasar dari yang mungkin dan yang tak mungkin, dan karena itu ia harus dipersalahkan atas kejadian tersebut. 

 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Pil_Anti_Sedih

#Didunia_Yang_Fana_Ini_Tidak_Ada_Yang_Abadi

 

   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *