Jendelakaba.com — Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui BKKBN bersama Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Karawang terus memperkuat sinergi dalam menekan angka stunting dan membangun keluarga tangguh. Komitmen ini ditegaskan dalam kegiatan Sosialisasi Program Bangga Kencana dan Penurunan Stunting yang digelar di Karawang, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari tingkat provinsi hingga masyarakat desa.
Dalam sambutannya, Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, menegaskan bahwa pembangunan manusia berawal dari keluarga. Keluarga, katanya, adalah tempat pertama dan utama dalam membentuk karakter, kesehatan, dan kualitas sumber daya manusia.
> “Kita tidak akan bisa bicara tentang kemajuan bangsa jika keluarganya lemah. Keluarga adalah fondasi yang menentukan apakah anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi unggul atau justru rentan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 19,8 persen pada 2024. Walaupun demikian, tantangan di Jawa Barat masih besar karena jumlah penduduk yang padat dan kesenjangan antarwilayah yang masih tinggi.
“Masih ada kabupaten dan kota yang mencatat angka stunting di atas rata-rata nasional. Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua,” tambahnya.
Menurutnya, percepatan penurunan stunting tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi membutuhkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Salah satu langkah strategis yang terus diperkuat adalah program Kampung KB, yang menghadirkan layanan keluarga berencana, kesehatan reproduksi, edukasi gizi, dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu di tingkat desa.
Sementara itu, Drs. Imam Alhusaeri Bahanan, M.M., Sekretaris DPPKB Karawang, menyampaikan bahwa Kabupaten Karawang masih menghadapi tantangan nyata dalam hal stunting dan ketimpangan pelayanan keluarga berencana. Ia mengungkapkan bahwa meskipun angka stunting di Karawang menunjukkan penurunan, masih ada beberapa kecamatan dengan prevalensi tinggi yang membutuhkan perhatian khusus.
> “Stunting di Karawang bukan hanya masalah gizi, tetapi juga masalah pengetahuan dan pola asuh. Banyak keluarga belum memahami pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan,” jelas Imam.
Ia menambahkan bahwa BKKBN dan DPPKB Karawang telah memperkuat berbagai program berbasis masyarakat, seperti pelatihan kader posyandu, kampanye gizi seimbang, hingga kolaborasi dengan dunia usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung program pangan bergizi dan edukasi keluarga.
Selain itu, Imam menyoroti persoalan lain yang turut berpengaruh pada kualitas keluarga, yakni pernikahan dini dan rendahnya literasi remaja. Ia menegaskan bahwa edukasi reproduksi di kalangan remaja harus terus ditingkatkan agar mereka memahami pentingnya perencanaan masa depan sebelum menikah. “Pernikahan dini sering kali memicu lahirnya anak stunting karena kesiapan fisik dan ekonomi yang belum matang,” ujarnya.
Dalam paparannya, Imam juga menyinggung pentingnya literasi digital di tengah maraknya hoaks seputar kesehatan dan keluarga. “Banyak masyarakat masih termakan informasi salah, baik tentang kontrasepsi maupun gizi anak. Karena itu, edukasi berbasis digital harus digalakkan agar pesan yang benar sampai ke masyarakat luas,” tegasnya.
Ia menambahkan, keberhasilan menurunkan angka stunting tidak hanya diukur dari data, tetapi dari perubahan nyata di lapangan. “Kita ingin melihat anak-anak Karawang tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia. Itulah indikator sebenarnya dari pembangunan keluarga yang berhasil,” ujarnya.
Sebagai penutup, Imam mengajak seluruh peserta untuk menjadikan kegiatan sosialisasi ini sebagai momentum memperkuat tekad bersama. “Mari kita jadikan keluarga sebagai pusat pembangunan. Dengan keluarga yang kuat, kita akan membangun bangsa yang sehat, tangguh, dan berdaya saing tinggi,” pungkasnya.
Acara ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif antara peserta, kader KB, dan para pemangku kepentingan. Banyak peserta menyampaikan pengalaman dan tantangan di lapangan, terutama terkait dengan perilaku masyarakat terhadap gizi dan program keluarga berencana. Kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik semangat baru dalam mewujudkan Jawa Barat bebas stunting dan keluarga Indonesia yang berkualitas.***