Jendelakaba.com — Bicarakan budaya literasi digital oleh Kresna Dewanta Phrosakh (Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar yang digelar Kominfo RI melalui platform Zoom Meeting, Kamis, 6/4.
Menurut Kresna Indonesia mendapat peringkat no 1 sebagai netizen tidak sopan se Asia Tenggara.
Hal ini tidak sesuai dengan identitas negara kita Indonesia yang terkenal dari dulu dengan rarah tamahannya, murah senyum dan menyapa, namun dengan perkembangan teknologi saat ini menciptakan sosok netizen yang begitu sangat kejam atau jahat di platform digital, bahkan yang introvert sehari-hari menjadi ganas di dunia digital. Menyikapi hal tersebut diperlukan literasi digital bagaimana literasi digital ini terus kita masifkan hingga ke seluruh pelosok dan sampai ke daerah 3T (Terluar, tertinggal dan termiskin).
“Kita tahu sendiri bahwa semua kebudayaan dari budaya asing ayang tidak sesuai dengan budaya kita yang semakin hari semakin mencoba menggerus identitas kita dan pengaruh kepada anak-anak kita dengan ingin menghilangkan budaya-budaya kita sendiri. Seperti Korea dengan K Popnya, Jepang dengan animenya, Amerika dengan Holywoodnya dan India dengan Bollywoodnya dan lain sebagainya baik melalui film, lagu dan media lainnya,” ujarnya.
Yohan Wahyu Irianto, S.Sos., M.IP (Peneliti Libang Kompas) menyampaikan literasi digital merupakan mengolah infomasi yang juga harus perlu ditingkatkan, sebagai upaya kita semakin negerinya literasi digitalnya semakin meningkat tentu ini akan memperkuat rasa kebangsaan kita dan memperkuat ikatan sosial kita sebagai sarana anak bangsa. Sehingga kita tidak saja di dunia nyatanya kita kuat dan proyeksinya kuat di dunia maya.
Yohan juga menambahkan masyarakat Indonesia harus memperkuat ikatan-ikatan sosial itu, jadi ini gerakan bagaimana kita mikir yang pertama ketika masuk ruang-ruang sosial media kita harus menghargai satu sama lain, kalau bisa juga memberikan inspirasi jadi postingan yang positif, posting-posting yang bisa memberikan inspirasi dan tentu sumbernya datanya juga valid dan Rebel.
Sehingga kita juga melihat ada unsur keperimbangan dan pada TV tertentu data atau informasi yang kita sebar cukup rasional diterima oleh audien diterima oleh netizen sebagai bagian upaya kita menjadikan sosial media itu untuk memperkuat peradaban tidak kemudian memperlemah peradaban kita sebagai bangsa Indonesia. ***