Ahli Komunikasi: Kedisiplinan Digital Jadi Kunci Proteksi dari Serangan Siber

Matarakyat24.com, Jakarta — Ancaman kejahatan siber yang semakin kompleks menuntut perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan perangkat digital. Hal itu menjadi sorotan utama dalam Forum Diskusi Publik “Memproteksi Perangkat Digital” yang berlangsung pada Kamis (16/10). Salah satu narasumber, Drs. Gun Gun Siswadi, praktisi komunikasi, menegaskan bahwa keamanan siber tidak hanya soal kecanggihan sistem, melainkan juga soal kedisiplinan digital setiap pengguna.

“Banyak pengguna internet di Indonesia belum sadar bahwa ponsel dan laptop mereka adalah pintu masuk dunia siber. Jika tidak dikunci dengan baik, siapa pun bisa masuk dan mengambil data pribadi kita,” ujar Gun Gun. Ia mencontohkan, 65% pengguna masih menggunakan kata sandi lemah seperti ‘123456’, bahkan memakai satu password untuk semua akun.

Gun Gun mengingatkan bahwa lebih dari 370 juta serangan siber tercatat di Indonesia sepanjang 2024, dengan lebih dari 50% di antaranya berasal dari teknik rekayasa sosial seperti phishing. “Peretas tidak selalu menyerang sistem, tapi memanfaatkan kelengahan pengguna. Karena itu, literasi digital menjadi pertahanan utama,” katanya.

Ia juga menyoroti rendahnya kebiasaan pengguna dalam memperbarui sistem perangkat. Padahal, pembaruan (update) adalah langkah penting untuk menutup celah keamanan. “Sekitar 47% pengguna Android di Indonesia masih memakai versi lama yang tidak lagi mendapat perlindungan keamanan,” ujarnya mengutip data Kominfo.

Lebih jauh, Gun Gun menekankan pentingnya memisahkan perangkat pribadi dan kerja, mengaktifkan autentikasi dua langkah (2FA), dan menghindari transaksi melalui Wi-Fi publik tanpa VPN. “Tiga langkah sederhana ini bisa menurunkan risiko peretasan hingga 99 persen,” tegasnya.

Dari sisi komunikasi publik, Gun Gun menilai bahwa literasi digital harus disertai perubahan pola pikir. “Keamanan digital bukan tanggung jawab pemerintah semata, tapi tanggung jawab sosial bersama. Edukasi, kebiasaan aman, dan berpikir kritis harus menjadi budaya baru di dunia maya,” ujarnya.

Forum ini menegaskan kembali pentingnya membangun kesadaran kolektif tentang keamanan digital. Dalam dunia yang serba terkoneksi, disiplin pengguna menjadi benteng utama melindungi privasi dan masa depan di ruang siber.