Penulis: Muhammad Irshad.
Seperti yang kita ketahui fenomena di jagad media sosial yang dimana seorang konten creator minang menggunakan kata-kata atau Bahasa yang kasar ketika melakukan vidio siaran langsung di salah satu medsos baru baru ini, sangat miris dengan siaran langsung yang durasi cukup lama memperlihatkan seorang wanita menggunakan Bahasa umpatan dalam berkonten, ini menjadi perhatian oleh banyak orang atapun masyarakat awam.
Karna yang seharunya seorang konten creator memberikan edukasi yang baik kepada banyak orang malah memberikan kata atapun lisan yang tidak sesuai pada tempatnya demi mendapatkan popularitas semata, terlebih orang yang melakukan siaran langsung tersebut asli orang Minangkabau, yang dimana adat yang selalu menjunjung tinggi nilai,etika, dan tatabahasa yang sangat diatur dengan baik oleh adat itu sediri, sementara dengan permasalahan tersebut tidak mencerminkan nilai atau falsafah di Minangkabau yang kita ketahui bersama, “Adat Basandi Syarak, Syarka Basandi Kitabullah”.
Menurut saya sebagai penulis, sudah seharusnya seorang konten kreator tersebut memiliki tanggung jawab moral atas apa yang mereka sampaikan ke publik, Seharusnya konten kreator menjadi contoh yang baik dengan menggunakan Bahasa yang sopan, cerdas, dan membangun, bukan justru membentuk kebiasaan buruk di tengah masyarakat, apalagi dikalangan generasi muda.
Saya juga melihat banyak konten kreator minang lainnya yang secara tegas menyuarakan stop menganggap konten caruik itu lucu, apa lagi keren.
Sudah saat nya kita bersikap tegas. Jangan biarkan ruang digital dibanjiri konten-konten yang merusak citra budaya Minangkabau yang menjunjung tinggi sopan santun, adab, dan kesantunan dalam bertutur, seperti istilah Minangkabau”Kok Kamangecek tu Baliak-Biliak, Mangecek Siang Bacaliak-Caliak, Mangecek Malam Maagak-Aagak, Muluik Manih Kucin dan Murah” Makna dari tulisan tersebut mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang menyampaikan lisan sesuai dengan porsi,kondisi, dan situsi dengan tujuan menghargai dan saling rendah hati antar sesama.
Viral sesaat tidak akan sebanding dengan hilangnya marwah, orang minang perlu memahami setiap apa yang disampaikan karna jangan biarkan yang viral adalah membawa keburukan. Konten yang bermutu, cerdas, dan berbudaya juga layak mendapat tempat di hati masyarakat.