Ruang Digital Anak, Peluang Besar yang Harus Dikelola dengan Bijak

Jendelakaba.com-Hampir semua anak dan remaja Indonesia kini hidup dalam lingkungan digital yang melekat pada keseharian mereka. Rulli Nasrullah, M.Si., pakar budaya digital, menggambarkan bahwa “taman bermain” anak zaman sekarang tidak lagi terbatas pada halaman rumah atau lapangan sekolah, melainkan layar ponsel dan tablet yang terhubung ke seluruh dunia.

Data APJII 2024 menunjukkan penetrasi internet Indonesia telah mencapai 79,5% atau setara 221 juta pengguna. Survei Kementerian Kominfo dan UNICEF bahkan menemukan bahwa 98% anak dan remaja usia 10–19 tahun sudah terhubung ke internet, sebagian besar melalui smartphone. Fenomena ini membuka peluang besar, mulai dari akses pembelajaran daring, kursus internasional, hingga kesempatan mempublikasikan karya kreatif ke audiens global.

“Banyak anak Indonesia yang berhasil berprestasi di kancah dunia berkat ruang digital, seperti pemenang kompetisi coding, desainer muda, dan kreator konten edukasi,” ungkap Rulli dalam Forum Diskusi Publik Ranah Anak Digital pada 4 Agustus 2025. Menurutnya, potensi ini harus dikelola dengan tepat agar manfaatnya optimal.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa ruang digital juga membawa sisi gelap. Laporan SAFEnet 2023 mencatat peningkatan signifikan kasus cyberbullying, sementara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ratusan laporan kekerasan dan eksploitasi seksual anak yang bermula dari interaksi daring. Fenomena seperti grooming online, konten negatif, dan kecanduan gim menjadi tantangan yang perlu penanganan serius.

Rulli menekankan pentingnya membangun budaya digital yang sehat. Baginya, literasi digital bukan sekadar kemampuan teknis mengoperasikan gawai, melainkan pembentukan karakter. Prinsip safe, smart, and responsible harus diajarkan sejak dini: aman dari ancaman siber, cerdas memilih konten, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi.

Ia juga menyoroti kesenjangan akses di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang berpotensi memperlebar jurang literasi digital. Rulli mengajak semua pihak—keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat—untuk menciptakan budaya digital yang sehat dan inklusif, sehingga anak-anak di seluruh Indonesia dapat menjadi pemimpin masa depan yang siap bersaing secara global tanpa kehilangan nilai luhur bangsanya.***