JendelaKaba.com – PONTIANAK. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak menggelar diskusi bertajuk Sekolah Kebangsaan yang menghadirkan Ketua DPRD Pontianak Satarudin, Ketua KPU Pontianak David Teguh, dan Direktur ELSIM Dr. Zulkifli Abdillah. Diskusi ini juga dihadiri oleh Ketua Umum HMI Cabang Pontianak, Salwa Khairunnisa.
Mengangkat tema Aksi Pemuda dalam Mengawal Perubahan Sosial Pascapesta Demokrasi di Kota Pontianak, kegiatan ini berlangsung di Café Rumangsa Pontianak pada Jumat malam, 14 Februari 2025.
Dalam pemaparannya, Salwa Khairunnisa menekankan pentingnya peran generasi muda dalam Pemilu 2024. Menurutnya, suara pemuda sangat menentukan dalam memilih pemimpin, namun peran mereka tidak boleh berhenti di sana.
“Sebagai pemuda, kita tidak hanya menjadi pemilih pasif, tetapi juga harus berperan aktif dalam menentukan arah kebijakan, baik melalui jalur formal maupun nonformal. Kita harus terus terlibat dalam menciptakan perubahan positif, bukan hanya dalam menentukan pemimpin, tetapi juga dalam mengawal kebijakan ke depannya,” ujarnya.
Salwa juga menegaskan bahwa pemuda harus berperan aktif dalam mengawal isu-isu baik di tingkat daerah maupun nasional, karena hampir setiap aspek kehidupan sosial ditentukan melalui kebijakan politik.
Senada dengan hal itu, Ketua KPU Pontianak, David Teguh, menyoroti pentingnya keterlibatan pemuda dalam pembangunan daerah. Menurutnya, melibatkan pemuda dalam pembangunan memberikan mereka pengalaman berharga untuk masa depan serta membantu mereka memahami peran mereka dalam masyarakat.
“Keterlibatan pemuda dalam pembangunan daerah dapat menciptakan pemimpin masa depan yang memahami kebutuhan dan tantangan lokal. Selain itu, hal ini memastikan bahwa pembangunan daerah tidak hanya berfokus pada kebutuhan saat ini, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang,” jelasnya.
David juga menekankan bahwa setelah Pemilu dan Pilkada, pemuda memiliki tanggung jawab untuk menjaga persatuan bangsa, berpartisipasi dalam pembangunan, memperkokoh demokrasi, serta tetap kritis terhadap pemerintahan yang baru.
Sementara itu, Ketua DPRD Pontianak, Satarudin, berharap pemuda dapat kembali bersatu setelah perbedaan pilihan politik dalam pemilu. Ia juga mengajak organisasi kepemudaan untuk memberikan masukan mengenai langkah-langkah yang perlu diambil dalam lima tahun ke depan, terutama terkait dampak sosial di Kota Pontianak.
“Kita harus bersama-sama mengawal visi dan misi Wali Kota Pontianak. Wali Kota terpilih memperoleh 80% suara, sementara 20% lainnya harus dirangkul agar tidak ada yang merasa ditinggalkan. Dengan begitu, kita bisa mencegah gesekan sosial yang berlebihan. Untuk itu, dukungan dari pemuda sangat diperlukan,” pungkasnya.
Diskusi ini menjadi wadah bagi pemuda untuk menyuarakan gagasan serta memperkuat peran mereka dalam membangun Kota Pontianak pascapemilu.