H. Moh Arwani Thomafi (Anggota Komisi I DPR RI) Hadiri Ngobrol Bareng Legislator webinar yang digelar Kominfo RI dengan tema “Etika Bermedia Sosial dalam Pandangan Milenial Islam”

Jendelakaba.com–Jakarta–H. Moh Arwani Thomafi (Anggota Komisi I DPR RI) Hadiri Ngobrol Bareng Legislator webinar yang digelar Kominfo RI dengan tema “Etika Bermedia Sosial dalam Pandangan Milenial Islam” melalui platform online zoom meeting pada Rabu, 24 Januari 2024.

Arwani menyampaikan Fungsi media sosial bukan hanya sebagai sarana interaksi sosial, tetapi juga sebagai sumber informasi, platform berbagi konten, dan wadah ekspresi diri. Dan saat ini ada 3 fungsi media sosial, yaitu sebagai media komunikasi, media berjejaring, dan media baru untuk politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Media sosial memiliki sisi positif yang signifikan, seperti memperluas jaringan sosial, meningkatkan akses informasi, dan memfasilitasi komunikasi. Namun, di sisi negatifnya, media sosial juga dapat menjadi medium penyebaran berita palsu, perundungan daring, dan mengancam privasi pengguna. Oleh karena itu, milenial Islam di Indonesia perlu memahami bahwa penggunaan media sosial haruslah bijaksana, sejalan dengan nilai-nilai agama dan moral.

Di sisi baik digital untuk Indonesia, media sosial mampu mempercepat penyebaran informasi positif, menggalang dukungan untuk kegiatan amal, dan memberikan ruang bagi perubahan sosial yang lebih baik. Namun, di sisi buruknya, media sosial dapat menjadi alat untuk memicu konflik sosial, penyebaran radikalisme, dan merusak persatuan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi milenial Islam untuk menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan dan meningkatkan kebersamaan.

Aturan etika dan hukum dalam bermedia sosial perlu dijunjung tinggi oleh milenial Islam. Etika bermedia sosial mencakup penghormatan terhadap perbedaan pendapat, tidak menyebarkan informasi palsu, dan menjaga privasi orang lain. Selain itu, hukum juga melibatkan aspek pidana terkait ujaran kebencian, penyebaran informasi palsu, dan tindakan cyberbullying. Milenial Islam diharapkan menjalankan aktivitas di dunia maya dengan penuh tanggung jawab dan keberadaban.

Nyarwi Ahmad, P.Hd. (Pakar Komunikasi Politik UGM) memaparkan bahwa jumlah penduduk di seluruh duni sudah mencapai angka 8 milyar juta jiwa yang menempati di seluruh dunia. Di Indonesia saja, jumlaah keseluruhan penduduknya pada tahun 2020 sudah mencapai angka 270,20 juta jiwa. Selain perkembangan ummatnya, dunia saat ini juga mnegalami perkembangan di era digital, khususnya media sosial. Mengenal media sosial, sebagai fenomena global, telah merubah cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Media sosial adalah platform daring yang memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi, ide, dan pengalaman secara instan. Perkembangan media sosial sangat pesat, mencakup berbagai platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya, yang membentuk bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Perkembangan media sosial membawa potensi besar bagi generasi muda dan milenial Islam dalam perspektif keislaman. Generasi ini memiliki akses luas untuk menyebarkan pesan positif, menginspirasi, dan membentuk opini publik. Dalam pandangan Islam, potensi ini dapat digunakan sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan kasih sayang.

Namun, ragam masalah yang dihadapi generasi Muslim dalam bermedia sosial juga tidak dapat diabaikan. Tantangan ini melibatkan isu-isu seperti hoaks, perundungan daring, dan eksposur terhadap konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, penting bagi generasi ini untuk memiliki etika digital yang kuat dan kompetensi literasi digital untuk dapat menyaring informasi dengan bijak.

Beliau membagikan tips dalam bermedia sosial:

1. Pilih dan tentukan secara selektif jenis-jenis media sosial yang akan digunakan dan tujuan-tujuan penggunaannya

2. Pahami dengan baik karakter media sosial, feature-feature komunikasi yang ada di dalamnya, komunitas/para penggunaanya, bidang/pola penggunaannya, daya jangkaunya dan pihak-pihak yang berpeluang mendapatkan keuntungan ketika menggunakannya

3. Gunakan Media Sosial secara terencana, sadar, rasional, kritis dan terukur, bukan berbasis emosial

4. Cermati, teliti dan verifikasi semua jenis informasi, baik yang akan di share melalui medsos, maupun yang diterima melalui medsos (agar tidak terjebak hoax dan menjadi mata rantai penyebaran hoax)

5. Jangan mudah terjebak dalam rezim/sistem algoritma media sosial.

(Sebaliknya) control dan manfaatkan rezim/sistem algoritma media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat, tidak hanya untuk kepentingan personal namun juga untuk kepentingan publik/sosial.

Narasumber lainnya, KH. Saiful Islam (Aktifis NU dan Pemerhati Islam Moderat Jawa Timur) mengajak Milenial Islam perlu menyadari bahwa kehadiran online mereka dapat memberikan dampak positif atau negatif. Untungnya, media sosial memungkinkan mereka untuk menyebarkan nilai-nilai moral, menginspirasi orang lain, dan membangun kesadaran atas isu-isu penting. Di sisi lain, rugi dapat muncul dalam bentuk penyalahgunaan platform untuk menyebarkan konten negatif, provokatif, atau tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Beliau membagikan beberapa dampak dari media sosial yaitu:

1. Semakin bebasnya berita dan informasi serta hiburan dalam dunia medsos.

2. Munculnya kebebasan dalam berstatemen, beropini maupun berkonten. Bahkan tak ada sekat usia.

3. Kebenaran ataupun kebatilan semakin banyak menemukan versinya.

4. Runtuhnya gelar akademisi. Seseorang bisa memegang pisau analisanya tanpa memandang siapa kawan siapa lawan.

Dampak media sosial pada kehidupan sehari-hari milenial Islam sangat signifikan. Mereka dapat berbagi pengetahuan agama, memberikan dukungan moral, dan terlibat dalam kegiatan amal secara daring. Namun, seringkali terdapat risiko konflik dan perpecahan dalam komunitas online. Oleh karena itu, penting bagi milenial Islam untuk memahami bahwa setiap tindakan online mereka memiliki konsekuensi di dunia nyata.