Jendelakaba.com–Jakarta–Prof. Dr. H. Sjarifuddin Hasan, MM. MBA. (Anggota Komisi 1 DPR RI) hadiri webinar Forum Diskusi Publik yang digelar Kominfo RI dengan tema “Menjadi Pemilih Cerdas pada Pemilu 2024” melalui platform online zoom meeting pada Minggu, 28 Januari 2024.
Webinar dimulai dengan adanya keynote speech dari Drs. Dikdik Sadaka (Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Pertahanan dan Keamanan). Beliau menyampaikan sangat senang berbagi informasi mengenai Pemilihan Umum 2024. Pemilihan Umum adalah momen krusial bagi kita sebagai warga negara, di mana kita memiliki kesempatan untuk memberikan suara dalam menentukan arah dan kepemimpinan negara kita.
Sebagai pemilih cerdas, kita dituntut untuk memahami dengan baik calon-calon yang bertarung dan program-program yang mereka usung. Hal ini tidak hanya mencakup pemahaman terhadap visi dan misi mereka, tetapi juga melibatkan penelitian lebih lanjut terkait rekam jejak dan integritas para calon. Ingatlah bahwa suara kita memiliki dampak besar terhadap masa depan negara ini.
Selain itu, mari kita bersama-sama memerangi politik uang dan praktik-praktik curang lainnya. Kita harus menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas pemilu agar hasilnya benar-benar mencerminkan kehendak rakyat. Partisipasi aktif kita dalam pemilu bukan hanya hak, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai warga negara.
Prof. Dr. H. Sjarifuddin Hasan, MM. MBA. (Anggota Komisi 1 DPR RI) menyampaikan Sejarah pemilihan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak masa awal kemerdekaan. Dalam rentang waktu tersebut, Indonesia telah melaksanakan berbagai pemilihan umum sebagai bentuk penyelenggaraan demokrasi. Dari Pemilu pertama pada tahun 1955 hingga Pemilu 2019, proses pemilihan telah menjadi bagian integral dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks perkembangan media sosial di Indonesia, fenomena ini menjadi semakin relevan seiring berjalannya waktu. Media sosial tidak hanya menjadi platform untuk berkomunikasi, tetapi juga alat yang dapat memengaruhi pandangan politik dan persepsi masyarakat terhadap calon pemimpin. Peran media sosial semakin mendominasi dalam menyampaikan informasi politik dan kampanye.
Pentingnya media sosial dalam Pemilu 2024 tidak dapat diabaikan. Media sosial bukan hanya sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai alat kampanye yang sangat efektif. Calon-calon dapat berkomunikasi langsung dengan pemilih, menyampaikan program, dan merespons isu-isu terkini dengan cepat. Oleh karena itu, pemilih harus memahami dampak media sosial dalam membentuk opini publik.
Waspada terhadap konten media sosial menjadi aspek krusial dalam menghadapi Pemilu 2024. Pemilih perlu mengembangkan kemampuan untuk memilah informasi yang valid dan terpercaya, serta menghindari penyebaran berita palsu atau hoaks. Pendidikan politik dan literasi media menjadi kunci untuk membekali pemilih dengan pengetahuan yang cukup agar dapat membuat keputusan yang tepat.
Cerdas dan cermat dalam melihat kampanye di media sosial juga diperlukan. Pemilih harus mampu menyaring informasi, mengidentifikasi retorika politik, serta memahami substansi program yang diusung oleh setiap kandidat. Melalui pendekatan kritis dan objektif, pemilih dapat membuat keputusan yang berlandaskan informasi yang akurat dan relevan.
Gun Gun Siswadi (Pegiat Literasi Media) salah satu narasumber dalam webinar memaparkan Salah satu kunci untuk menjadi pemilih cerdas adalah mengenali informasi hoaks. Pemilih perlu mampu membedakan antara berita yang faktual dan informasi yang tidak dapat dipercaya. Langkah cerdas melawan hoaks melibatkan kritisisme terhadap informasi, memverifikasi sumber, dan tidak langsung mempercayai informasi yang bersifat provokatif atau berlebihan.
Dalam era digital, mengawasi pemilu melalui platform digital menjadi sangat penting. Pemilih perlu aktif mengikuti perkembangan politik melalui media sosial, situs berita terpercaya, dan sumber informasi resmi. Selain itu, partisipasi dalam diskusi online yang sehat dapat membantu memahami sudut pandang yang beragam dan memperkuat basis pengetahuan politik.
Adapun tips dan langkah yang benar untuk menjadi pemilih cerdas melibatkan penelitian yang cermat terhadap calon, memahami platform politik mereka, dan membandingkan program serta visi mereka. Pemilih juga sebaiknya melibatkan diri dalam forum diskusi dan debat untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas.
Narasumber lainnya, Dr. Denny Aditya, SE. M.AP. (Pegiat Komunitas) juga menyampaikan bahwa Menuju pemilu demokratis, pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan proses pemilihan yang bersih dan transparan. Penyelenggaraan pemilu dilandaskan pada asas dan tujuan, seperti menghormati hak asasi manusia, memajukan keadilan sosial, dan membangun tatanan politik yang stabil.
Golput, atau golongan putih, adalah sikap tidak menggunakan hak pilih pada saat pemilu. Golput dapat timbul dari ketidakpuasan terhadap sistem atau calon yang ditawarkan. Dampaknya dapat merugikan, karena partisipasi aktif dalam pemilu merupakan cara konstruktif untuk memberikan suara dan mempengaruhi kebijakan yang dihasilkan.